Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rindu Tayangan Televisi yang Ramah Anak

17 Desember 2017   05:52 Diperbarui: 17 Desember 2017   16:18 2320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. KidsPopular.co.uk

Perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini berjalan begitu pesatnya. Saat ini kita dapat mengakses berbagai macam informasi secara mudah dan cepat. Salah satu produk perkembangan teknologi dan informasi yang besar pengaruhnya bagi masyarakat adalah televisi.

Hampir seluruh masyarakat Indonesia di setiap rumahnya pasti memiliki perangkat elektronik yang satu ini. Anak-anak hingga dewasa sangat setia dan tertarik menonton tayangan-tayangan yang ada di televisi. Banyak alasan mengapa masyarakat sangat menggandrungi bahkan rela merogoh kocek sakunya untuk membeli perangkat ini, di antara alasannya adalah sebagai sarana hiburan, mengingat banyaknya program-program yang cukup seru disaksikan untuk sekedar menghilangkan penat di kepala.

Saking laris manisnya perangkat ini di pasaran, hal tersebut tentu saja kini membuat kuantitas industri pertelevisian di Indonesia menjamur, subur, dan menjanjikan, dari yang dulu hanya ada TVRI seorang diri. Dari aspek kualitas, siaran pun kini telah mengalami peningkatan dan enak untuk disaksikan serta kejernihan tayangan yang semakin baik pula.

Fungsi yang sangat penting dengan adanya televisi adalah sebagai media pendidikan bagi penontonnya. Kita ketahui bahwa jangkauan televisi nasional kita sudah hampir merata di seluruh pelosok negeri. Tentu saja ini sangat menguntungkan sekali jika ditinjau dari aspek pendidikan mengingat segala bentuk informasi dalam rangka mendidik dan mencerdaskan rakyat kita dapat mudah dan cepat disebarluaskan.

Misalnya pemerintah dan perusahaan televisi kita dapat menyiarkan tontonan yang mendidik seperti gerakan anti korupsi, gerakan membaca, tips berwirausaha, mencintai lingkungan dan tentunya masih banyak tayangan positif lainnya. Jika terus ditayangkan secara berkelanjutan dan berulang dapat dipastikan tontonan positif tadi dapat juga menjadi tuntunan bagi yang menontonnya.

Sayangnya kini tontonan yang ada dalam pertelevisian kita kebanyakan sudah jauh dari kata mendidik. tentu sebuah kehilangan besar, di saat budaya negatif kian deras menerjang bangsa ini, televisi tak kuasa dan mampu menjadi benteng pemfilter budaya negatif tadi lewat tontonan-tontonannya yang mendidik. Nyatanya kini justru semakin memperkeruh suasana saja dengan banyaknya tayangan yang tidak mendidik.

Sebagai perangkat yang digemari segala usia, akan berbahaya bagi anak-anak khsusunya jika dibiarkan terpapar efek negatif dari tontonan yang tidak mendidik tadi. Contohnya sinetron sebagai salah satu tayangan televisi yang menjadi program unggulan, kebanyakan isinya malah bermuatan konten negatif. Di dalamnya banyak bentuk-bentuk pembodohan yang ditayangkan, ya ndak jauh dari cinta-cintaan, tonjok-tonjokan, bunuh-bunuhan, sampai balap-balapan di jalan.

Tak jarang dalam sinetron banyak budaya luar yang sengaja ditampilkan, dari busana mini bak artis hollywood, budaya hedonisme, sampai penggunaan bahasa-bahasa dan istilah alay, contohnya "ciyus", "mie apah", "terus gue mesti bilang wow gituh", sampai "biasa ajah keles". Dengernya aja udah bikin geli. Loh, tapi ini justru banyak ditiru anak -- anak dan remaja kita. Waduh!. Jangan kaget juga jika kasus kekerasan pada anak terus meningkat, kasus bullying makin sering terjadi, dan skandal cinta remaja kian merebak.

Ada juga acara musik, dalemnya sama saja pembodohan, artisnya pake baju kurang bahan, dengan goyangannya yang mengundang dosa, dan sebetulnya lagunya ngga begitu enak - enak amat. Tapi karena ditayangkan terus menerus dan berulang,  yang tadinya kita tidak suka pun jadi suka. Bahkan ketika mandi pun tanpa sengaja tiba - tiba kita nyanyikan. That's true story!. Anak -- anak pun tak kalah mahir dan lihainya menyanyikan lagu - lagu cinta, tanpa mereka tahu maknanya. Astaghfirullah.

Acara infotainment pun tak kalah m'blahomnya, hobinya ngomongin orang cerai, gosip percintaan, serta style dan konflik para selebritis. Parahnya, banyak datanya yang hanya berasal dari kabar burung, dan tidak faktual. Bukan hanya ibu - ibu saja yang doyan nonton acara ini, terkadang ibu dan anak remajanya berbarengan menontonnya, sampai akhirnya ngegosip bareng pula!.

Tapi nyatanya acara diatas laris manis, bahkan anak - anak dan remaja menjadi penonton setianya. Setiap hari ditonton, terkadang ketika ibunya meminta tolong belikan gula ke warung pun ditunda beberapa saat dulu sampai iklan. Menurut hemat penulis tayangan tadi lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. KPI sebagai kepanjangan tangan pemerintah seharusnya dapat lebih tegas terhadap tayangan yang tidak mendidik tadi, berikan peringatan atau berhentikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun