Dizaman yang penuh tekanan saat ini. Marah dirasa pernah dilakukan oleh semua orang termasuk penulis sendiri. Marah seakan menjadi reaksi diri ketika merasa tidak senang terhadap sesuatu.
Tapi apa jadinya jika seseorang itu marah hanya karena hal-hal yang dianggap sepele. Dan marahnya itu besar, sampai-sampai tidak melihat telinganya sendiri. Guyonan orang tua saya jika ada yang marah.
Misalnya di senggol oleh orang sedikit marah dan sampai meledak-ledak, atau beda pendapat dengan orang lain marah, dan marahnya bisa sampai keubun-ubun. Mengatakan kata-kata yang tidak sepatutnya bahkan sampai menyakiti orang lain. Â
Saya rasa ini bukan sifat yang baik, sifat yang tidak boleh dibiarkan ada didalam diri karena hanya akan menjadi penyakit buat diri sendiri.
Seperti penyakit tekanan darah tinggi yang bisa membuat sakit kepala. Semakin seseorang marah, maka akan semakin besar resiko terkena tekanan darah tinggi. Yang bisa menjadi pemicu penyakit jantung, stroke dan penyakit mematikan lainnya.
Kalau menurut orang jawa, legowo saja. Sabar... sabarnya harus lebih di perbanyak. Sabar harus yang pertama dikedepankan saat berhadapan dengan hal-hal yang tidak mengenakkan hati.
Tarik nafas yang dalam lalu hembuskan, tenang. Tenang adalah salah satu bentuk dari sifat sabar. Bukankah saat kita tenang otak akan bisa berfikir secara jernih. Sehingga persoalan yang dialami akan bisa diselesaikan dengan lebih baik.
Rasa marah perlu pengendalian, perlu dilatih. Jangan sampai marah membuat menyesal karena telah menyakiti hati atau bahkan sampai fisik orang lain.
Berikut beberapa tips agar kita bisa mengendalikan marah :
1. Sadari tentang citra diri
Saya pernah mendengar nasehat.
"Sifat asli seseorang itu akan terlihat disaat dia marah."
Maka dari itu saat marah ingat selalu nasehat tersebut. Jangan sampai kita dijauhi orang karena sifat marah yang dimiliki.
