Mohon tunggu...
rahmad joko lusiyanto
rahmad joko lusiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Amtenar

Menulis untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gergaji, Palu, dan Api

7 Agustus 2020   16:46 Diperbarui: 7 Agustus 2020   16:38 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu masa ketika setiap benda dapat berbicara dan berbincang-bincang dengan enaknya, terdengarlah pembicaraan antara gergaji, palu, dan kapak. Siang itu mereka sedang bepergian mencari sesuatu yang sangat langka sampai akhirnya perjalanan mereka terhalang oleh benda yang besar seperti baja. Lalu, mereka berebut unjuk kekuatan menghancurkan baja itu agar perjalanannya bisa kembali dilanjutkan.

" Biar aku saja yang menghancurkannya," ucap gergaji dengan congkaknya. Tapi, belum lama ia melakukannya, gigi-giginya sudah berguguran tanpa menyisakan satu pun. Baja itu tetap kokoh. Gergaji akhirnya menyerah.

" Kamu kan lemah. Biarlah aku yang menghancurkannya," uajr si palu tak kalah sombongnya dengan gergaji yang sudah babak belur. Tapi, baru sesaat saja kepalanya langsung copot dan ia kehilangan kesadaran untungnya masih bisa selamat. Palu pun ikut rombongan pesakitan si gergaji. Menyerah.

" I told u, kalian semua lemah. Lihat sini orang jago mau menghancurkan baja ini, " kata si kapak dengan kesombongan yang melebihi kedua temannya . Baru satu hentakan saja, kapak itu pun terpental dan patah. Ia pun juga ikutan menyerah.

Tiba-tiba dari arah yang tak diduga-duga datanglah nyala api. Ia menawarkan bantuan untuk menghancurkan baja itu. Gergaji, kapak, palu yang sudah tak berdaya tentu saja mengiyakan permintaan si makhluk baru ini. " Ah paling juga si api gk bisa," ucap si pesakitan sebelumnya. Api kemudian mulai mengeluarkan aksinya, ia menggeluti, memeluk, mendekap erat-erat dan tak melepaskan sedikit pun baja tersebut. Akhirnya baja itu meleleh dan mencair.

Begitulah. Hati manusia laksana baja. Hanya bisa diluluhkan dengan api. Bukan api secara harfiah, melainkan: Api Cinta..

Cintalah yang menguatkan, menyatukan, juga memisahkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun