Mohon tunggu...
Rahmad Arif Setiawan
Rahmad Arif Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - teknisi AC

seorang teknisi AC Sukoharjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Terlena, Masih Adakah Dibenak Kita?

27 Februari 2015   12:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:26 2
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah kata yang tak pernah berhenti didendangkan oleh penyair penyair puisi dalam memaknani hidup ini. >> yap betul, kata terlena yang sangat pantas dipundakkkan pada sebagian besar dari kita. 

>> coba bayangkan saja bila kita dalam merangkai kehidupan sehari-hari banyak chaos-chaos /waktu kosong yang terbuang dengan sia-sia. padahal banyak aktifitas positif yang dapat kita lakukan. >> selain itu kata malas juga menemani dalam trak ranking sifat keseharian kita. maknanya, apakah kita akan terus diselimuti dengan sifat-sifat tersebut? atau apakah bisa kita melawannya dengan mengahadirkan aura semangat positif dalam kehidupan ini. >> bila kita melihat diri kita, pasti susah.. coba lihat lah didepan cermin /kaca yang besar.. yap coba lihat dengan seksama . ya itu diri kita.. diri yang sudah dianugrahi oleh Allah dengan tubuh yang sempurna untuk bisa menjalankan aktifitas sedemikian rupa.>> sesekali coba tutup salah satu mata kita dengan tangan kita, apakah kita akan kesusahan dalam melihat diri kita dikaca tersebut. jawaban seratus persen.. pasti akan lebih kesusahan dibandingkan dengan melihat dengan dua mata/ normal. >> dan coba bayangkan jika salah satu anggota tubuh kita hilang, misalkan kaki.. apa yang akan terjadi?>> kita akan kesusahan dalam berjalan.. satu meter.. dua meter.. aja sudah mengeluh bila berjalan tanpa kaki.>> nah itulah salah satu makna yang ingin saya sampaikan. bahwa kita masih terlena dalam kehidupan disekitar kita.. kita masih membuang kesempatan dalam beraktifitas yang positif.. kita kurang memanfaatkan waktu kosong kita.. kita kurang memaksimalkan semua anggota tubuh kita untuk senantiasa beramal atau menjalankan amanah dari Allah.>>
suatu saat saya sedang pulang kekampung sukoharjo, dalam perjalanan dijalan raya solo-boyolali. bagi yang belum tahu jalan royo solo-boyolali cukup panjang sekali dan panasnya lumayan menyengat karna tidak ada teduhan disekitar jalan.>> saat itu, saya terkejut dengan seorang bapak yang jalan dengan kursi roda . saya kira dari kejauhan itu seperti anak kecil yang sedang main kursi roda.. tapi semakin mendekat terlihat bahwa itu adalah seorang bapak yang mempunyai keterbatasan fisik yakni tidak punya kaki. beliau berjalan menggunakan kursi roda yang digerakkan oleh kedua tangannya. dari boyolali-hampir mau kesolo.. >> betapa semangatnya beliau dalam menjalankan kehidupannya.. beda halnya dengan apa yang kita lihat dilampu merah. sebelumnya saya mohon maaf, apabila membanding-bandingkan orang.. dilihat dari segi semangatnya jauh sekali.. bila ketika kita melihat orang meminta-minta kita merasa iba dan ingin memberikan sebagian uang kita untuk mereka .. dan bila kita melihat orang yang penuh semangat terus beraktifitas walau keterbatasan fisik.. kita merasa ..”jlebbb”.. mungkin kata itu ya yang pantas untuk mewakili akan terlenannya kita.. atau kurang semangatnya kita dalam menjalani kehidupan ini. >> orang pintar itu tidak suka menyalahkan .. akan tetapi banyak dari kita yang kurang pintar. >> sak penakke dhewe.. sak udhele dhewe.. urip mung dolan-dolan wae.. madhang turu mangan turu.>> teakhir akan coba saya nukilkan sebuah surat al insyirah:ayat 7>> yang artinya “Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk (urusan yang lain )”>> Sebagian mufassir menafsirkan, bahwa apabila kamu (Muhammad) telah selesai berdakwah, maka beribadahlah kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia, maka kerjakanlah urusan akhirat, atau apabila kamu telah selesai dari kesibukan dunia, maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah dan berdoa. Ada pula yang berpendapat, bahwa maksudnya adalah, apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka berdoalah. Orang yang berpendapat demikian, berdalih dengan pendapat tafsir ini, bahwa disyariatkan berdoa dan berdzikr setelah shalat fardhu. >>

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun