Pernahkah kita sebagai orang tua merasa emosi karena perilaku anak kita yang menantang? Rasanya ingin sekali segera memarahi dan mengoreksinya. Tapi apakah tindakan itu efektif? Atau malah hanya akan membuat anak kita jadi resisten dan bertambah melawan?
Dr. Daniel Siegel, seorang psikiater dan penulis terkenal yang berspesialisasi dalam perkembangan anak dan ilmu saraf, telah mempopulerkan frasa connection before correction, yaitu koneksi sebelum koreksi. Ini berarti bahwa sebelum kita mencoba untuk mendisiplinkan atau memperbaiki perilaku anak-anak kita, kita perlu fokus untuk membangun hubungan yang kuat dengan mereka.
Sebagai orang tua, kita ingin anak-anak mendengarkan dan menghormati kita, serta mengikuti aturan kita. Namun, agar anak-anak bersedia untuk mendengarkan kita, mereka perlu merasakan hubungan yang kuat dengan kita terlebih dahulu.
Koneksi mengacu pada kualitas hubungan antara orang tua dan anak. Ini termasuk kepercayaan, pemahaman, empati, dan komunikasi.
Kita sering membuat kesalahan dengan mengoreksi terlebih dahulu perilaku anak, seperti dengan memarahi, mengomel, atau menghukum mereka. Setelah itu, baru mencoba memahami kenapa mereka berperilaku seperti itu.
Kadang kita merasa frustrasi dan kewalahan ketika anak-anak melakukan kebalikan dari apa yang kita inginkan. Anak-anak mungkin membuat kesalahan dan menunjukkan perilaku yang menantang dari waktu ke waktu, sedangkan harapan orang tua berada di luar kemampuan mereka.
Ketika anak kita berperilaku menantang, penting untuk kita agar tetap tenang. Bereaksi secara impulsif atau menuruti amarah hanya dapat memperparah keadaan dan membuat lebih sulit untuk mengatasi perilaku tersebut. Sebaliknya, kita harus tetap tenang, tegas, dan bersikap konsisten.
Ketika kita lebih mengutamakan koneksi sebelum kita memberikan respons korektif, kita menunjukkan kepada anak-anak bahwa kita peduli pada mereka sebagai individu. Mereka juga akan tahu jika kita ingin memahami tentang apa yang membuat mereka kesal atau menyebabkan mereka emosi. Semua itu menunjukkan bahwa kita ingin membangun hubungan yang kuat dan positif dengan mereka.
Dengan melakukan ini, kita menciptakan lingkungan yang membuat anak kita merasa aman dan didukung. Lingkungan yang dapat membantu mereka mengatur emosi dan perilaku mereka.
Sederhananya, kita perlu fokus pada pemahaman akan perspektif anak -anak kita, secara aktif mendengarkan mereka, serta menunjukkan empati dan kasih sayang terhadap mereka.