Mohon tunggu...
Rahma Fajr Mawidha
Rahma Fajr Mawidha Mohon Tunggu... Jurnalis - Long Life Moeslim Learner

saya berada disini untuk mengerjakan tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Radikalisme, Kegalauan Identitas Beragama

10 Mei 2021   22:08 Diperbarui: 10 Mei 2021   22:10 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            By : Rahma Fajr

            Mengingat bahwa paham radikalisme telah merambah dikalangan generasi muda khusunya pelajar dan mahasiswa. Pada tahun 2016 BNPT menemukan gejala radikalisme sudah menyebar dikalangan mahasiswa. Survey kepada pelajar dan mahasiswa ditemukan bahwa 26,7 % setuju dengan jihad menggunakan kekerasan. Riset menemukan bahwa gejala radikalisme sudah mulai menyebar dikalangan mahasiswa. Survey di 15 provinsi di indonesia ditemukan bahwa 39% mahasiswa tertarik untuk masuk ke organisasi radikal dengan maksud mengganti ideologi negara dengan maraknya ujaran kebencian dan persebaran hoax yang berlebihan. Ini membuktikan bahwa radikalisme sudah menganjam dan memasuki ruh para generasi peradaban.

            Seperti yang dikutib dalam buku Gen Z bahwa tataran sikap di kalangan siswa menengah atas dan mahasiswa, melalui penelitian yang dilakukan oleh PPIM UIN Jakarta mengungkap bahwa yang setuju terhadap pernyataan "Pemerintahan Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 adalah thaghut dan kafir" terdiri dari 47,8% dari 100% siswa dan mahasiswa yang sangat radikal, 14,2% yang radikal, 8,1% yang sangat moderat dan 5,9% yang moderat. Sedangkan pada tataran aksi, hal ini disetujui oleh 5,0% dari siswa dan mahasiswa yang sangat radikal dan 8,9% yang radikal, sedangkan 54,8% dari siswa dan mahasiswa yang sangat moderat dan 22,1% yang moderat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

            Maraknya kasus dalam 2 dekade kebelakang akan bom bunuh diri yang dibalut dengan  jihad kian merebak merupakan aksi behaviorism radikalisme yang memang sudah mengancam.

Sebelumnya, menurut Dr. Azyumardi azra bahwa radikalisme merupakan interaksi keberagamaan yang memiliki 2 orientasi, yakni orientasi kedalam dan orientasi keluar. Orientasi kedalam yakni radikalisme yang diterapkan pada kepercayaan diri pribadi, sedangkan orientasi diluar ketika radikalisme yang ada didalam diri seseorang di orientasikan untuk merubah keadaan yang berada di luar diri mereka.

Jadi radikalisme yaitu berorientasi pada 2 hal yakni ketika kita beragama dengan sungguh sungguh sesungguhnya kita punya orientasi radikalisme ke dalam namun ketika kita mengaktualisasikanya maka radikalism diorientasikan ke luar.radikalisme ada 2 radikalisme gerakan dan pikiran, Radikalisme gerakan yakni radikalisme idiologi dan radikalisme tingkah laku. Idiologi radikalime merupakan mereka yang secara idiologi menolak nilai nilai dan prinsip demokrasi.

Perbedaan radikalisme dan terorisme adalah ketika tindakan tindakan untuk mengukuhkan idiologi mereka yang disertai dengan aksi teror behavior radikalism berubah menjadi teror, contohnya peristiwa bom bunuh diri yang dilakukan kelompok masyarakat yang memiliki pendapat dan ideologi berbeda.

Radikalisme merupakan virus yang mematikan bagi tubuh pemuda yang menyerang ideologi, menampakan kegalauan akan identitas agama dan sikap beragama mereka. sudah bisa dipastikan bahwa oknum radikalisme yang ingin mengganti ideologi bangsa merupakan oknum yang tidak tahu mengenai sejarah indonesia. bagaimana indonesia diperjuangkan dan diberhasilkan jaya atas perbedaan dan ideologi bangsa pancasila merupaka ideologi yang sempurna dan atas kesepakatan bersama. 

            Gerakan radikalisme menjadi sebuah gerakan sering kali menafikan tradisi masyarakat yang sudah lestari sebelumnya. Sering kali radikalisme mengerucut kepada arabisasi yakni mereka membawa tradisi arab kepada lingkungan budaya yang berbeda. Islamisasi tidak identik dengan arabisasi. Untuk menangkal hal itu maka pribumisasi lah menjadi solusi kembalikan kita ada dimana jika diindonesia  yakni islam nusantara  islam yang khas dengan masyarakat nusantara dan menyesuaikan dengan tradisi budaya nusantara. Dengan kearifan budaya lokal islam tumbuh dengan damai. Menyemai persatuan untuk mewujudkan kesejahteraan dalam perbedaan.

            Maka upaya dan solusi yang ditawarkan adalah dengan berislam seara washatiyyah, berislam dijalur tengah, menimbang dan mengkaji secara dalam. Tidak fundamental bahkan revival, akomodatif terhadap budaya lokal. Berislamlah secara real kontekstual dan melihat hal dimana kau berpijak. Tidak menelan mentah- mentah sebuah informasi dan terjebak fanatisme buta. maka tidak salah jika banyak aksi radikal akibat mabuk agama. 

JIKA BELUM BISA MENERIMA PERBEDAAN MAKA CARILAH PERSAMAAN

           

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun