Mohon tunggu...
Pryadita
Pryadita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar

Tenang :)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Apa yang Lebih Penting dari Merasa Berharga?

25 Mei 2021   19:04 Diperbarui: 25 Mei 2021   19:22 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Saat ini, tanpa dimaki atau direndahkan pun, seseorang mudah sekali kehilangan harga dirinya. Bukankah salah satu alasan seseorang untuk bertahan hidup adalah karena merasa bahwa dirinya berharga?

Ada yang sama-sama menghawatirkan dengan wabah covid-19 yang tak kunjung usai, bencana yang melanda dunia secara bergiliran, dan konflik antar Palestina dengan Israel yang memilukan. Ketika dihadapkan dengan masalah-masalah tersebut, antarnegara bahu membahu untuk mencari solusi untuk mengatasi masalah yang tengah dihadapi.

Namun, bagaimana ketika seseorang mengalami krisis harga diri dan tidak banyak yang peduli? Kita sama-sama tahu bahwa topik tersebut memang bukanlah hal baru. Bahkan, jarang sekali dilirik. 

Namun, tanpa kita sadari, dampak dari krisis harga diri tidak bisa kita sepelekan. Sederhanya, kita bisa coba meningat-ingat suatu moment dimana kita benar-benar merasa tidak berharga. Saat itu, kita menganggap bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan. 

Dampaknya, tidak punya semangat dalam menjalani hidup. Sehingga, alih-alih bisa memberikan kontribusi buat orang-orang di sekitar kita. Justeru, bisa saja menjadi beban.

Kebiasaan menghabiskan  waktu dengan scroll sosial media, tanpa disadari seringkali menjadi salah satu sebab seseorang mengalami krisis harga diri. 

Misalnya, ketika buka scroll beranda facebook, terpampang postingan pencapaian seorang teman lama yang dulunya sama-sama biasa saja, kan tetapi sekarang kehidupannya sudah jauh lebih baik. 

Kemudian, lanjut lagi scroll instagram, kita disuguhkan lagi dengan orang-orang yang seumuran kita namun yang sedang membagikan rasa bahagianya sebab bisa menikmati pencapaiannya di usia yang masih muda. Dan begitu seterusnya. 

Mungkin bagi sebagian orang, hal tersebut bisa menjadi sumber motivasi. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang kesehatan mentalnya sedang tidak baik-baik saja sebab berbagai tekanan? 

Tidak jarang, hal tersebut menjadi boomerang bagi mereka. Sebab, merasa bahwa hidupnya yang terburuk dan masalahnyalah yang terberat. Sebab, ia merasa bahwa tidak pernah bisa sebahagia mereka. Bahkan, mereka yang mengalami krisis harga diri seringkali ingin mengakhiri hidupnya dengan jalan pintas, sebab merasa bahwa hidupnya tidak berguna. 

Mungkin, diantara kita ada yang pernah merasakan hal itu ? atau mungkin orang-orang terdekat kita yang mengalaminya ?  Kalau iya, kita pernah menghadapi hal yang serupa. Ucapan tersebut dilontarkan oleh adik perempuan saya. 

Beberapa minggu belakangan ini, ia sering bilang " Percuma saya sekolah. Toh, nggak ada yang bisa diharapkan dari saya. Sebab, pada dasarnya saya tidak bisa apa-apa. Tidak ada yang bisa dibanggakan oleh keluarga dari saya." " Allah tau, kamu adalah sosok berharga makanya kamu diciptakan. Sekarang kamu memang terlihat biasa-biasa aja, karena masih dalam proses belajar. Tapi besok atau lusa, barangkali ada  hal besar yang mampu kamu torehkan kalo sekarang kamu rajin belajar dan fokus mengambangkan kemapuanmu yang masih tersembunyi. Tapi kalo kamu menyerah sekarang, bagaimanakita bisa tau kemampuan terbaik yang Allah titipkan dalam diri kamu ?" 

Ketika itu, sebenarnya sulit untuk melontarkan tanggapan tersebut. Karena, ketika mendengarnya mengucapkan kalimat yang miris itu, saya down . Namun, saya sadar bahwa saat itu sebenarnya ia sedang berusaha menemukan bukti bahwa ia berharga. Dan tanggung jawab saya saat itu adalah membantunya untuk yakin bahwa dia berharga.

Tidak berhemti sampai disitu. Ia melanjutkan kalimatnya," Nggak,saya sama sekali nggak berharga di hadapan siapapun. Saya sudah terlau capek dibanding-bandingkan. Disalahkan. Hidup saya penuh dengan aturan yang membuat saya tertekan. Karena itulah saya selalu berdoa agar Allah segerakan untuk mencabut nyawa saya. Untuk apa saya hidup dalam rasa macam ini." 

Label buruk yang kita berikan untuk orang lain, pada dasarnya tidak akan pernah bisa memotivasi sama sekali. Sekalipun awalnya kita melakukannya adalah niat baik karena ingin ia berkembang dan memperbaiki kesalahannya. 

Namun, yang lebih sering terjadi karena label buruk yaitu, pertama  seseorang akan kehilangan harga dirinya dan memilih mengakhiri hidup. 

Kedua, seseorang akan berupaya dengan berbagai cara untuk membuktikan kepada dunia bahwa ia tidak seburuk yang mereka kira dengan tetap menyimpan benci terhadap orang yang telah memberinya label buruk.  

Terlebih bagi mereka yang belum bisa mengelola emosi dan tumbuh dalam keluarga yang berlatar belakang tidak harmonis dan penuh ketegangan. Bisa jadi label buruk terhadapnya yang kita anggap "biasa saja" ternyata menjadi alasan utamanya untuk mengakhiri hidup.

Padahal, kita tidak pernah tau, jika dia mendapatkan dukungan untuk mengembangkan potensi yang dia miliki, mungkin dia bisa menjadi salah satu orang yang memberikan solusi di tengah-tengah krisis yang kita alami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun