Mohon tunggu...
Rahel Maretha
Rahel Maretha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication

positive vibes✨

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Suara Feminisme yang Terdengar dalam Film Captain Marvel (2019)

6 November 2021   02:45 Diperbarui: 6 November 2021   02:47 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brie Larson sebagai Carol Danvers dalam film Captain Marvel (2019). Sumber: spicypulp.com

Siapa yang tidak mengenal Carol Danvers? Yap! Dia adalah salah satu superhero perempuan dari Marvel Cinematic Universe dalam film solo perdananya, Captain Marvel (2019). Selain efek-efek canggih dan visual yang keren, film ini juga memiliki makna mendalam yang merepresentasikan feminisme sebagai upaya untuk menyetarakan gender, loh!

Untuk membahas Mbak Carol dalam film Captain Marvel (2019) lebih dalam, mari kita simak dahulu tentang gender dan feminisme.

Realitas Gender yang Ada

Mungkin banyak dari kita sudah mengetahui bagaimana sosok perempuan dipandang dalam kacamata sosial. Sering dibandingkan dengan laki-laki, perempuan dianggap lebih 'lemah' dan memiliki derajat di bawah laki-laki.

Berdasarkan analisis sastra dan budaya, secara tradisional, perempuan telah diberi peran sosial sekunder oleh laki-laki yang memonopoli sumber daya dan kekuasaan untuk mereka sendiri (Ryan, 2012, hal. 89).

Sosial dan budaya yang telah membentuk identitas perempuan ini dapat dikatakan merupakan sebuah ketidaksetaraan gender. Tidak jarang perempuan mendapat perlakuan berbeda, diskriminasi, dan terbatas dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan.

Seperti yang tertulis dalam buku 'An Introduction to Criticism Literature/Film/Culture' oleh Michael Ryan, bahwa hal ini disadari oleh para kritikus feminis dan sejarawan budaya tentang stereotip atau citra perempuan dapat sangat negatif maupun sangat positif.

Perempuan cenderung diarahkan untuk mengurus kegiatan rumah dan merawat keluarga, sedangkan pria dapat bebas bekerja dan berkarir dalam hidupnya. Budaya seperti ini sudah berkembang sejak dulu, sehingga menimbulkan persepsi bahwa perempuan memiliki 'kasta' di bawah laki-laki.

Hal ini juga menjadi beban dan ancaman bagi pria, di mana bila mereka tidak mencapai suatu kesuksesan atau ada perempuan yang lebih sukses daripada pria, akan menjadi hal yang tidak sewajarnya dan menghilangnya kekuasaan atau maskulinitas.

Ketidaksetaraan gender yang dialami perempuan ini memunculkan adanya gerakan feminis yang dimulai sejak tahun 1960-an.

Feminisme dalam Film

Feminisme ini singkatnya merupakan gerakan dalam ranah sosial, politik dan ideologi dalam upayanya memperjuangkan kesetaraan gender atau hak yang harusnya diterima secara adil oleh laki-laki dan perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun