Mohon tunggu...
Ns.Rahayu Setiawati Damanik, S.Kep, M.S.M
Ns.Rahayu Setiawati Damanik, S.Kep, M.S.M Mohon Tunggu... Penulis buku & Wirausaha -

1. Do your best and God will do the rest (Lakukan yang terbaik apa yang menjadi bagianmu dan biarkan Tuhan menentukan hasilnya) 2. Penulis lahir di Kabanjahe Sumatera Utara pada tanggal 15 Juni 1983. Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Pasca Sarjana Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis buku “Sakitnya Membuka Usaha Penitipan Anak” dan “Lepas dari Krisis Asisten Rumah Tangga”. Sejak Tahun 2013 hingga kini mengelola usaha day care (penitipan anak) “Happy Day Care”. Sering menulis artikel mengenai keluarga, pernikahan, perempuan, dan anak-anak. 3. Kini mengelola usaha Daycare dan Homeschooling DeanMores di Jatibening Bekasi 4. Percaya bahwa keluarga adalah kekuatan suatu bangsa. Keluarga yang teguh akan membangun bangsa yang kokoh. 5. Best in Specific Interest Kompasianival 2016 6. Tulisan lainnya bisa dibuka di www.rahayudamanik.com, www.rahayudamanik-inlove.com, dan www.rahayudamanik-children.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyelamatkan Diri dari Godaan Perselingkuhan

28 Februari 2017   15:38 Diperbarui: 1 Maret 2017   04:00 1944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadikan diri pasangan yang setia (foto: Vemale.com)

Sebuah kalimat bijak mengatakan, “Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya”. Bagaimanakah menjadikan diri sebagai pasangan yang terus setia sampai akhir hayat? Bisakah kita menjadi seorang yang setia? Benarkah Kesetiaan kita sebagai suami atau istri sangat dipengaruhi oleh perhatian, kebaikan, dan berbagai kualitas dari pasangan kita? Bila saja itu benar maka artinya seseorang yang memiliki pasangan yang begitu baik dan perhatian tentu saja tidak akan pernah mengkhianati suami atau istrinya tersebut.

Nyatanya, meskipun sudah memiliki suami atau istri yang sangat baik dan sangat kita cintai namun kemungkinan untuk berselingkuh itu tetap saja ada bukan? Buktinya, ada kasus dimana sang suami sudah begitu banyak berkorban untuk istrinya namun tetap saja sang istri berkhianat. Pun demikian sebaliknya meskipun demikian besar perhatian seorang istri kepada sang suami tetap saja suami nekad menyeleweng.

Kenyataan ini sering membuat kita geleng-geleng kepala melihat fakta yang ada di masyarakat. Kita mempertanyakan sebenarnya apa yang dicari oleh pelaku perselingkuhan itu? Mengapa kesetiaan sepertinya tetap sulit dia berikan kepada pasangannya yang notabene sudah berbaik hati mau menerima dia sebagaimana adanya. Kenyataan suami atau istri yang tetap berani mengkhianati pasangan yang sudah sedemikian baik membuat kita pun tidak yakin kalau kesetiaan itu dapat ‘dibeli’ dengan memberikan kasih sayang dan pengorbanan yang luar biasa kepada pasangan kita sendiri.

Lalu apakah penyebab perselingkuhan itu karena adanya rasa kurang mencintai pasangan? Sebab ada yang mengatakan kalau seorang yang benar mencintai kita pasti dia setia. Benarkah? Tak jarang setelah ketahuan selingkuh suami atau istri menyesalinya dan ingin kembali kepada suami atau istrinya. Hal ini membuktikan kalau perselingkuhan bukanlah karena kurang rasa mencintai sebab hati tidak ingin berpisah dengan pasangan sendiri meskipun telah berselingkuh.

Idealnya cinta dan kesetiaan memang seperti sekeping mata uang logam yang memiliki dua sisi yang selalu beriringan. Namun ternyata tidak selalu cinta yang dalam diikuti dengan kesetiaan bukan? Cinta tanpa kesetiaan adalah kekejian namun faktanya, cinta yang besar terhadap suami atau istri tidak lantas menjamin kita akan menjadi pribadi yang setia. Lalu mengapa perselingkuhan bisa terjadi sebab sudah jelas di atas kalau perselingkuhan bukan disebabkan karena pasangan kita kurang baik atau karena kita kurang memiliki rasa cinta yang dalam. Lalu sifat apa yang kurang di dalam diri seseorang yang berani berselingkuh?

Sebelum kita sampai pada pembahasan hal yang dapat menimbulkan perselingkuhan maka sebaiknya kita teliti dulu definisi kesetiaan itu. Kesetiaan adalah suatu sikap yang memegang teguh teguh janji pernikahan meskipun tampaknya ada yang orang lain yang terlihat lebih baik dan menjanjikaan untuk dijadikan sebagai pengganti. Artinya, seorang yang setia tidak akan pernah mendua hati karena tetap pada janji setia pernikahannya.

Bila kebaikan pasangan dan cinta kita yang besar tidak lantas membuat kita bisa setia kepadanya lalu kesetiaan itu dipengaruhi oleh apa? Sebenarnya kesetiaan itu sangat dipengaruhi oleh prinsip hidup yang dimiliki seseorang. Mungkin kita tidak terlalu mencintai pasangan kita atau pasangan kita tidak terlalu baik di mata kita namun bila kita memiliki prinsip yang harus setia kepadanya maka sampai kapan pun dan bagaimana pun keadaannya kita akan berjanji terus setia bersamanya.

Tidak jarang bukan kita melihat seorang suami atau istri yang tetap setia kepada pasanganya yang sudah sakit-sakitan dan seolah tiada harapan lagi. Pun kita terkadang heran mengapa ada pasangan yang tetap setia kepada suami atau istrinya yang berlaku demikian kasar kepadanya. Ada lagi seorang yang tetap setia kepada suami atau istrinya padahal jelas-jelas pasangannya tersebut dinikahi bukan karena cinta namun karena dijodohkan orang tua. Jelas sekali kalau niat untuk menjalin hubungan sampai maut memisahkan atau kesetiaan sangat tergantung kepada prinsip hidup yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang hanya bisa setia asalkan di dalam hatinya memang ada suatu tekad yang bulat dan mantap untuk menjadi seorang yang setia.

Lalu bagaimana agar di dalam hati kita bisa terus menjadi seorang yang setia? Pertama-tama kita harus berani menerima pasangan kita apa adanya dalam perjalanan pernikahan kita. Kita harus siapmenjalani keputusan untuk tetap setia dengan tidak menuntut pasangan secara berlebihan sebaliknya bersedia menerima kekurangan dan kelebihannya dalam untung dan malang. Artinya, kesetiaan adalah sebuah pilihan pribadi. Materi yang kurang atau pasangan yang terlihat tidak sempurna sebenarnya hanyalah alasan untuk membenarkan ketidaksetiaan kita.

Hal kedua yang perlu kita lakukan agar menjadi seorang yang setia adalah dengan memiliki hati yang takut melanggar janji setia di hadapan Tuhan yang adalah pemberi cinta dan saksi utama sumpah setia pernikahan. Artinya, seorang bisa menjadi setia asalkan prinsip hidupnya adalah untuk setia kepada janjinya bukan hanya sekedar takut ketahuan suami atau istri bila berani selingkuh. Pasangan mungkin tidak mengetahui niat selingkuh di dalam hati kita namun apa yang tersembunyi dari-NYA? Seseorang yang takut kepada Tuhan tidak akan membiarkan perselingkuhan terjadi sekalipun masih dalam bentuk niat di dalam hati. Artinya, meskipun masih dalam bentuk keinginan berselingkuh maka dia akan cepat-cepat menghilangkannya dari dalam hatinya.

Hal ketiga yang perlu kita lakukan agar menjadi seorang yang setia adalah dengan menyadari konsekuensi dari perselingkuhan itu sendiri. Bila kita menyadari konsekuensi perselingkuhan maka akan membuat kita lebih bisa menahan diri dari godaan perselingkuhan. Perselingkuhan itu mungkin indah di bagian awal saja namun pada akhirnya akan menimbulkan penyesalan. Perselingkuhan hanya membuktikan kita tidak pandai bersyukur atas apa yang sudah kita miliki sekarang ini. Berikutnya siap-siap menelan penyesalan ketika kita sudah kehilangan segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun