Mohon tunggu...
Ns.Rahayu Setiawati Damanik, S.Kep, M.S.M
Ns.Rahayu Setiawati Damanik, S.Kep, M.S.M Mohon Tunggu... Penulis buku & Wirausaha -

1. Do your best and God will do the rest (Lakukan yang terbaik apa yang menjadi bagianmu dan biarkan Tuhan menentukan hasilnya) 2. Penulis lahir di Kabanjahe Sumatera Utara pada tanggal 15 Juni 1983. Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Pasca Sarjana Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis buku “Sakitnya Membuka Usaha Penitipan Anak” dan “Lepas dari Krisis Asisten Rumah Tangga”. Sejak Tahun 2013 hingga kini mengelola usaha day care (penitipan anak) “Happy Day Care”. Sering menulis artikel mengenai keluarga, pernikahan, perempuan, dan anak-anak. 3. Kini mengelola usaha Daycare dan Homeschooling DeanMores di Jatibening Bekasi 4. Percaya bahwa keluarga adalah kekuatan suatu bangsa. Keluarga yang teguh akan membangun bangsa yang kokoh. 5. Best in Specific Interest Kompasianival 2016 6. Tulisan lainnya bisa dibuka di www.rahayudamanik.com, www.rahayudamanik-inlove.com, dan www.rahayudamanik-children.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lebih Sakit Melahirkan Normal atau Caesar?

18 Februari 2016   10:28 Diperbarui: 18 Februari 2016   10:58 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Cara Melahirkan Tidak Memengaruhi Karakter Anak (www.styleofarabia.com)"][/caption]Sekarang ada fenomena yang berkembang, para ibu yang melahirkan normal mengaku, melahirkan secara normal adalah yang paling berat deritanya. Ibu yang melahirkan secara caesar tidak mau kalah, step by step operasi caesar dijabarkan untuk memberi kesan seolah sakit yang dia rasakan tidak kalah pilunya. Penyebarluasan foto-foto caesar semakin memperjelas kalau ibu yang lahiran caesar tidak terima bila dianggap memilih ‘jalan enak’ untuk melahirkan anak.

Ibu yang caesar sering mendapat tanggapan yang kelihatannya menunjukkan perhatian tetapi terkesan memojokkan, “Enak ya lahiran caesar", atau "Aduh, kenapa lahirannya caesar? Sayang banget enggak ngerasain perjuangan ibu kamu dulu?”. Padahal jelas-jelas ibu yang memilih caesar sebenarnya ingin melahirkan normal namun ternyata kondisi yang memaksa harus dilakukan operasi.

Ibu mana yang tidak khawatir bila dokter mengatakan kalau kondisi anak atau ibu tidak memungkinkan untuk kelahiran normal, harus segera caesar. Ada ibu yang tetap bersikeras memilih melahirkan secara normal sekalipun dokter menyatakan harus caesar. Ada yang berhasil tetap jalur normal namun tidak jarang akhirnya mengikuti saran dokter untuk operasi.

Ada juga yang mengalami risiko akibat bersikeras ingin normal padahal sudah diindikasikan caesar. Namun, tidak semua ibu berani mengambil risiko demikian karena membayangkan keselamatan sang anak di dalam kandungan. Prinsipnya yang penting anak maupun ibu selamat dan sehat.

Seharusnya sang ibu harus tetap teguh mempertahankan cara melahirkan secara normal dan jangan mudah menyetujui anjuran caesar dari dokter. Bukankah zaman dulu ibu-ibu hampir semua melahirkan secara normal? Kira-kira demikianlah anggapan orang-orang. Tidak peduli alasan medis apa pun yang dikemukakan dan seberapa dalam nyeri yang mereka rasakan akibat operasi, sebagian orang tetap menilai mereka tidak lebih tangguh karena memilih sakit yang 'tidak seberapa' dibandingkan rasa sakit kontraksi melahirkan normal.

Mengapa para ibu seolah merasa bangga kalau mengalami rasa sakit yang lebih saat melahirkan? Berikut hasil analisis saya:

1. Para ibu menganggap bila melahirkan dengan rasa yang sangat sakit, maka ibu cenderung lebih mengasihi anaknya dan sebaliknya rasa sakit yang minimal menunjukkan rasa sayang yang lebih kecil karena kurangnya pengorbanan untuk merasakan derita melahirkan.

2. Anak akan lebih menghormati ibu yang rela bersakit-sakit demi melahirkan anak daripada ibu yang lebih memilih ‘jalan enak’. Bahkan ada ibu yang merekam saat-saat kelahiran dengan tujuan agar anaknya kelak tidak melawan dan senantiasa menghormati ibunya.

Benarkah ibu yang melahirkan secara caesar rasa cintanya lebih kecil daripada yang melahirkan normal? Ternyata bila diamati, banyak juga ibu yang melahirkan normal dengan mempertaruhkan nyawa namun saat ada persoalan dengan suami, dia terkadang bagaikan orang yang lepas kendali memukuli anaknya sendiri.

Kemudian ada ibu yang melahirkan anak secara caesar dan sebagai bukti cintanya dia rela merawat anak-anaknya secara langsung dan meninggalkan ambisi meniti karier setinggi bintang di langit. Bila dibandingkan, ibu mana yang lebih mengasihi anaknya? Tidak ada jawaban yang pasti karena memang rasa cinta kepada anak tidak dipengaruhi oleh cara Ibu melahirkan. Semua ibu pasti ingin memberikan kasih sayang terbaik untuk anak-anaknya dengan caranya sendiri.

Lalu benarkah anak akan lebih menghargai ibu yang melahirkan secara normal daripada caesar? Sekalipun Ibu meninggal saat melahirkan kemudian tiba-tiba bangkit lagi, sang anak tidak bisa tiba-tiba begitu saja menghormati ibunya. Serajin apa pun ibu mengingatkan derita yang dirasakan saat melahirkannya, sang anak tidak bisa otomatis langsung menghormati ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun