Mohon tunggu...
Ns.Rahayu Setiawati Damanik, S.Kep, M.S.M
Ns.Rahayu Setiawati Damanik, S.Kep, M.S.M Mohon Tunggu... Penulis buku & Wirausaha -

1. Do your best and God will do the rest (Lakukan yang terbaik apa yang menjadi bagianmu dan biarkan Tuhan menentukan hasilnya) 2. Penulis lahir di Kabanjahe Sumatera Utara pada tanggal 15 Juni 1983. Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan Pasca Sarjana Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Penulis buku “Sakitnya Membuka Usaha Penitipan Anak” dan “Lepas dari Krisis Asisten Rumah Tangga”. Sejak Tahun 2013 hingga kini mengelola usaha day care (penitipan anak) “Happy Day Care”. Sering menulis artikel mengenai keluarga, pernikahan, perempuan, dan anak-anak. 3. Kini mengelola usaha Daycare dan Homeschooling DeanMores di Jatibening Bekasi 4. Percaya bahwa keluarga adalah kekuatan suatu bangsa. Keluarga yang teguh akan membangun bangsa yang kokoh. 5. Best in Specific Interest Kompasianival 2016 6. Tulisan lainnya bisa dibuka di www.rahayudamanik.com, www.rahayudamanik-inlove.com, dan www.rahayudamanik-children.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Uluran Tangan Pejabat dan Solusi Gotong-royong BPJS yang Menggugah Kesinisan Saya

7 Juni 2016   22:20 Diperbarui: 10 Juni 2016   11:34 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Bayu Wahyudi dalam acara nangkring Kompasiana-BPJS (foto: Rahayu)

Sungguh tidak mungkin semua keluarga saya berharap dan mengandalkan uluran tangan seorang pejabat. Harus ada sebuah sistem yang diciptakan agar mereka seluruhnya bisa mendapatkan perawatan atas penyakit yang diderita.

Apalagi keluarga kami tidak bisa diandalkan untuk menggelontorkan uang puluhan atau ratusan juta demi mengobati penyakit salah seorang dari keluarga besar. Belum lagi jumlah keluarga besar yang dari bapak dan mama begitu banyak dan rata-rata memiliki penghasilan harian yang mungkin tidak cukup untuk makan sehari.

Jadi, bila sakit jangan berharap mendapat perawatan dokter atau dirawat di rumah sakit. Siapa yang bisa menjamin dengan kesibukan sang pejabat, suatu saat bila salah seorang keluarga saya sakit bisa bernasib mujur seperti tetangga oppung yang langsung didatangi oleh seorang bupati?

Acara Nangkring Kompasiana - BPJS yang Menginspirasi

Sekalipun saya tinggal jauh di ibu kota namun saya sungguh ingin menunjukkan kepedulian kepada keluarga besar, khususnya saat ada yang sakit. Caranya tentu saja tidak mudah mengingat kami adalah keluarga muda yang terkadang masih kelabakan memenuhi kebutuhan hidup.

Saya pun bersyukur bisa mendengar langsung penuturan Bapak Bayu Wahyudi yang merupakan Direktur hukum komunikasi dan hubungan antar lembaga BPJS kesehatan. Beliau menjelaskan banyak hal mengenai konsep gotong-royong BPJS yang sungguh-sungguh membuat saya merasa lega karena menemukan sebuah solusi. Jalan keluar yang bisa membantu banyaknya keluarga besar saya yang masih banyak hidup dalam perjuangan yang sangat berat.

Bapak Bayu Wahyudi menjelaskan dengan turut menjadi peserta BPJS saya sudah berpartisipasi aktif membangun kesehatan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Betapa terharunya, hanya dengan membayar sejumlah premi untuk keluarga kecil, saya sudah turut membantu pengadaan pengobatan dan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin. Tentunya termasuk keluarga besar saya yang banyak hidup di bawah garis kemiskinan.

Saya dan keluarga membayar total premi terjangkau yang nilainya jauh di bawah premi asuransi swasta namun dampaknya ratusan keluarga besar saya bisa merasakan pengobatan gratis. Siapa yang tidak terharu membayangkan kelak tidak akan terulang lagi peristiwa seperti yang dialami bapak tongah saya?

Sakit rasanya membayangkan saat salah seorang keluarga datang dengan penderitaannya dan berharap bisa mengandalkan saya namun saya tidak berdaya berbuat apa-apa. Saya yakin dulu bapak saya merasakan perasan bersalah. Sungguh sedih melihat adik kandung sendiri tidak mendapatkan perawatan karena ketiadaan uang. Satu sisi ingin membantu namun di sisi lain, dana untuk istri dan anak-anak masih penuh perjuangan.

Suka atau tidak suka, ungkapan pilu yang mengatakan “orang miskin dilarang sakit” adalah sebuah fakta yang terjadi di keluarga besar saya. Bila tidak memiliki tanah atau aset untuk dijual maka saat sakit, siap-siap berobat kampung yang biayanya relatif murah namun belum terbukti khasiatnya.

Bisa dirawat di rumah sakit adalah sebuah kemewahan yang sulit dijangkau oleh mereka. Tidak heran bila seumur hidup, banyak keluarga besar saya yang belum pernah menginjakkan kaki di rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun