Mohon tunggu...
Rahayu Rahmayati
Rahayu Rahmayati Mohon Tunggu... Penulis - Blog Pribadi

berekspesi dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Koruptor Terlatih, Suara Rakyat Dijual-beli Apa Bisa Digadai Bahkan Disewa?

25 Februari 2020   09:50 Diperbarui: 25 Februari 2020   10:01 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koruptor bukan hal yang lumrah lagi bagi masyarakat Indonesia, namun tak sedikit orang yang seolah-olah terserang tuli dan buta menyoal korupsi dan pelakunya koruptor. Malah mereka menerima dengan keterbukaan terhadap lahirnya calon-calon koruptor, di buktikan dengan musim pemilihan pemimpin baik tingkat Desa, Kabupaten/Kota, Provinsi hingga Presiden adalah hari dimana calon-calon koruptor perusak bangsa ini dilahirkan. Mereka yang seolah buta dan tuli bahkan menyeru dengan bangganya untuk dukungan yang suatu saat nanti mereka akan menyesalinya.

Entah kenapa mereka tiba-tiba buta dan tuli karena materi yang diberi dan janji-janji yang tak pasti, apalagi janji kekuasaan yang menggiurkan tapi tak bisa dibawa sampai mati. 

Mereka tiba-tiba amnesia dengan pekikan mereka sebelum musim kampanye dimulai "Berantas Korupsi!" eeeh, sekarang malah jadi pelatih koruptor. Terima uang jual-beli suara dengan alasan "Rezeki mah gak boleh ditolak" tanpa sadar mereka makan dengan uang calon penimbun hutang negara. Woow serem atau seneng?

Yang lebih memilukan Ibu Pertiwi adalah para putra-putri bangsa yang seharusnya menjadi masa depan bangsa dimasa yang akan datang eeh malah jadi budak suara, mau aja suaranya dibeli ratusan ribu. 

Eits ini bukan masalah seberapa besar uang yang diberi, mau ratusan ribu atau jutaan pun kalau kamu tau demokrasi itu  bukan untuk melahirkan koruptor dengan membeli suara. Kamu akan sadar seberapa pentingnya suaramu untuk kemajuan Desa, Kabupaten/Kota, Provinsi, hingga ranah Indonesia.

Yang anehnya lagi istilah 'SERANGAN FAJAR" seperti nuklir yang membombardir masyarakat untuk menjadi budak yang tunduk dan patuh pada si pembombardir dimenit-menit terakhir suara akan melesat tinggi menjadi harapan. Semua musnah karena serangan yang digerak waktu subuh oleh kumpulan orang yang mendambakan kekuasaan tak sedikit orang yang terlena karena nya.

Kumpulan mobil berwarna hijau, mobil-mobil aneh lainnya yang menjadi saksi amplop putih yang tersalamkan kepada rakyat yang nuraninya tergoyahkan. Kepentingan dirinya sendiri dan money yang merah merona itu tiba-tiba tersenyum dan membungkam suara rakyat. Sekarang bukan hanya seolah tuli dan buta tapi juga bisu tiba-tiba.

Apa kamu tau lirik lagu dari GAC:

"Tak kuasa ku menyimpan
tak jua kan ku melawan
naluri ku.. naluri ku
akan dapatkan jawabnya"

Lirik tadi sangat tepat sekali hanya tertitik pada naluri, tanpa menyimpan dan melawan. Sepenting itu suara kita sampai berpengaruh besar bagi kemajuan negara kedepannya. Tak ada yang sia-sia jika kita mengeluarkan suara dari naluri kita tanpa ditunggangi materi bahkan janji kekuasaan. 

Betapa pentingnya peran putra-putri apalagi Indonesia masuk kedalam bonus demografi yang usia produktifnya lebih banyak dari pada usia non-produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun