Mohon tunggu...
Rahayu Juwarini
Rahayu Juwarini Mohon Tunggu... Guru - Guru aktif di MTSN 1 Kediri

Lahir 23 Juni 1972 tamat S1 tahun 1995 sekarang mnempuh S2 Di IAIN Kediri

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Jempolmu Sangat Berarti bagi Tulisanku

16 September 2021   08:43 Diperbarui: 16 September 2021   08:48 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dear Kompasioner

Admin Perpusnas pada tanggal 23 Maret 2021 melansir pernyataan Mendagri tentang peringkat literasi masyarakat Indonesia.  Beliau menyatakan bahwa tingkat literasi Indonesia pada penelitian di 70 negara itu berada di nomor 62. Beliau juga menyatakan sebab mengapa masyarakat Indonesia masih rendah tingkat literasinya.

Hal ini disebabkan adanya justifikasi bahwa masyarakat Indonesia memang rendah budaya bacanya. Karena justifikasi itulah maka berimbas bahwa masyarakat Indonesia benar-benar rendah tingkat budaya bacanya. 

Mengetahui hal itu kemudian pemerintah membuat program peningkatan budaya literasi masyarakat Indonesia  melalui Gerakan Literasi Nasional (GLN). Gerakan ini meliputi  6 aspek literasi dasar: baca-tulis, numerasi, sains, finansial, digital, dan budaya & kewargaan.  

Gerakan Literasi Nasional (GLN) dalam pelaksanaannya di fokuskan pada Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga dan Gerakan Litersi masyarakat. Untuk Gerakan Literasi Sekolah sudah disambut dan ditindaklanjuti oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadhiem Makkariem, melalui program Assesmen Kompetensi Minimal (AKM). Begitu juga program ini juga disambut juga oleh Menteri Agama Republik Indonesia dengan menetapkan program AKSI (Assesmen Kompetensi Siswa Indonesia). 

Tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah menumbuhkembangkan minat dan budaya literasi dari elemen sekolah atau madrasah. Dimasukkannya literasi dalam kurikulum diharapkan dapat meningkatkan budaya baca dan tulis siswa sehingga akan meningkatkan ketrampilan siswa dalam membaca, menulis dan berfikir secara logis.

Sedangkan untuk Gerakan Litersi Keluarga (GLK) dapat dilakukan dengan memberikan contoh kebiasaan membaca buku kepada anggota keluarga, berdiskusi tentang isi buku dengan anak, memberikan hadiah buku kepada anggota keluarga yang sedang berulang tahun atau berprestasi, menyisihkan pendapatan untuk membeli buku atau mengajak anggota keluarga untuk pergi refreshing ke perpustakaan umum.  

Sekarang bagaimana sekarang dengan Gerakan Litersi Masyarakat (GLM) ?

Untuk Gerakan Litersi Masyarakat harus ada sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Kita tidak bisa meminta pemerintah bertanggung jawab penuh dalam peningkatan literasi masyarakat. Akan tetapi justru masyarakatlah yang harus berkontribusi besar terhadap pengembangan dan peningkatan literasi masyarakat. Masyarakat bisa memberikan masukan kepada pemerintah apa saja yang harus dilakukan dan diperlukan dalam peningkatan literasi masyarakat.

Saat ini telah banyak usaha yang telah dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat  peduli literasi yang berkontribusi dalam pendistribusian buku-buku ke masyarakat pedalaman, pengadaaan perpustakaan keliling, dan mendirikan rumah-rumah belajar. 

Selain itu juga  pendidikan dan pelatihan menulis yang diadakan oleh penggiat literasi seperti yang pernah dilakukan oleh tim SAGUSABU (Satu Guru Satu Buku) ataupun CERIS (Cerita Islami) , ternyata melalui program diklat menulis seperti ini mampu menumbuhkan semangat untuk menulis dan membaca dari para guru dan siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun