Mohon tunggu...
Di Timur Fajar
Di Timur Fajar Mohon Tunggu... -

Titip salam dari pemilik lapak ini: Aku andaikan mereka dan mereka andaikan aku. Cobalah berempati: merasakan berada pada posisi mereka, maka akan banyak yang bisa kita mengerti dan pahami tentang mereka, tentang kesalahan mereka. Karena kenyataan tidak pernah salah. Tuhan menghadiahi kita akal, bahwa ada kausalitas dalam setiap persoalan. Maka pandai-pandailah menguraikannya." (Rahayu Winette) Jadilah diri sendiri namun tak ada salahnya Anda(i) coba berempati dalam posisi orang lain. (Di Timur Fajar)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

54). Setan Itu, Baru Mencatut Namanya Saja Sudah membuat Kita Tersesat!

7 Oktober 2010   11:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Sebuah Tulisan Yang Terinspirasi Setelah Membaca: "Berguru Kepada Setan" nya Median Editya)

...Saya belum pernah melihat setan. Sama halnya saya juga belum pernah mengenali provokator, apalagi sampai ketemu orang yang ngaku-ngaku dirinya biang provokasi. Yang sering saya jumpai bahkan rasakan cuman kenal itu yang namanya kambing hitam. Baik secara harfiah; ada di “pelupuk mata” (dalam diri sendiri), maupun nyata berkeliaran di depan mata, walaupun ujudnya sebesar kuman ada di seberang sana. Itu dalam bentuk: melihat kesalahan orang lain.

...Pada hal mahluk itu sendiri sebenarnya ada, seekor kambing hitam! Mungkin karena emaknya hitam, bapaknya hitam, saudara-saudaranya hitam, anaknya nanti berwarna hitam, makanya dia jadi hitam legam. Cuma bedanya dengan kita, yang ini punya ekor; hitam lagi.

...Lantas ada apa dengan setan dan proyektor? Eh salah, maksudnya saya membayangkan setan itu ibarat provokator. Lalu persoalannya bagaimana kita terlalu mem”provokasi”nya, terus ujung-ujungnya kita sendiri yang malah jadi terprovokasi.

...Bayangkan mahluk itu , setan itu, eh keliru; provokator itu(kan kita lagi bicara ibarat’nya’?) ada di daerah rawan kerusuhan. Di sana sosok itu menjadi momok yang mencurigakan sekaligus mengacaukan. Siang dia gentayangan sesaat memprovokasi warga, lalu diam tidur sepanjang malam. Hasilnya?

............... * * * ....... .........

[caption id="attachment_281867" align="alignright" width="300" caption="ilustrasi"][/caption]

...Dalam sebuah kekacauan !

? : “Eh, siapa biang kerusuhan ini?”

= : “Siapa lagi kalau bukan provokator!”

? : “Lalu siapa yang membakar rumah(jiwa) ini?”

= : “Sudah pasti mereka provokator itu!”

? : “Terus di sana dua orang sedang bertikai, ada apa?”

= : “Itu gara-gara provokator!”

? : “Lalu kenapa tidak sampai dilerai?”

= : “Tidak dikasih sama provokatornya !”

? : “Kenapa tidak dilaporkan ke Polsekta?”

= : “Ada, malah sedari tadi! Yang ke sana provokatornya, ngkali !”

? : “Terus polisinya sudah datang ke TKP?”

= : “Belum!, mungkin laporannya tidak disampaikan provokator itu. !”

? : “Haah, kenapa jadi begini?”

= : “Gimana mau dilaporkan. Lha, mereka sendiri yang memprovokasinya!”

? : “Salah kalian, kenapa yang disuruh lapor provokatornya?!”

= : “Itu karena yang suruh provokator juga.”

= : “Hah, kenapa bukan kalian yang menyuruhnya?”

? : “Bapak ini blo’on ya? Sama saja! Kalau kita yang nyuruh, yang disuruh tetap provokator, apa bedanya?”

? : “Maksud saya, baik yang nyuruh dan yang disuruh jangan mereka!”

= : “Bagaimana bisa tahu kalau di antara mereka mana yang provokator?!”

? : “Nah, kalau sampeyan sendiri siapa?”

= : “Haah, saya??! Masak bapak tidak kenal?! Jangan-jangan nanya sana sini dari tadi, bapak yang provokator??”

? : “Kalau saya bukan. Kamu yang saya tanya, rasanya belum pernah saya lihat (‘segelap’ ini)”

= : “Haah, masak? Bapak belum pernah melihat saya? Jangan-jangan. . .??”

? : “Jangan-jangan apa??!”

= : “ Jangan-jangan benar, saya provokatornya??? Kalau begitu saya mau kabuurr dulu! Ciiiaaaa . . . “(aatttt, mau lari dia).

? : “Eh, tunggu..tunggu!! Saya punya senter, ini kan malam. . .??” menyorotkan senter ke muka yang mau kabur.

? : “Haah, kamu kan tetangga saya, kenapa jadi begini? Kita tidak saling kenal suara??”

= : “Waahhh, ini paling kerjaan provokator itu!!!!”

...............* * * ...............

. . Syahdan, pernah di sebuah masjid, setan mampir dan bermaksud mau menggoda siapa yang ada di dalamnya. Di dalam situ baru ada dua orang yang lagi suntuk menunggu masuknya waktu shalat. Yang satu orang bodoh yang lagi suntuk sujud beribadah, yang satu lagi di pojok sana seorang alim(pintar) sedang suntuk tertidur karena mengantuk.

. . Tahukah anda, setan itu berjalan ke arah mana?

. . By : Rahayu Winnet, Kamis sore 7 Oktober 2010.-

. . NB : Cerita permisalan di atas bisa jadi semacam ikhtibar(pelajaran) untuk menyikapi sebuah persoalan secara proporsional. Tidak terlalu mempersetankan kesalahan pada orang lain, sebelum mengoreksi lebih jauh ke diri sendiri. Setan sangat suka kepada orang bodoh yang bawaannya selalu curiga tanpa dasar,  dan takut pada orang alim yang suka berintrospeksi diri, di dalam tidur sekali pun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun