Mohon tunggu...
Rahman AshShaff
Rahman AshShaff Mohon Tunggu... Seniman - Illustrator and art lover

Illustrator and art lover

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ekonomi Kreatif, Tren Milenial atau Peluang Menuju Kemajuan?

25 April 2019   00:00 Diperbarui: 25 April 2019   08:12 2000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ekonomi digital (SHUTTERSTOCK) | Kompas.com

Bedanya, jika dulu sharing informasi berjalan lambat, sekarang menjadi sangat mudah dan cepat. Fasilitasnya pun sudah lebih mumpuni. Hal ini pun berdampak pada kondisi sosial dan kebiasaan masyarakat saat ini.

Jika dahulu kita harus berjalan ke ujung gang untuk naik angkot atau ojek, sekarang sudah tidak perlu lagi, cukup dengan membuka aplikasi di smartphone dalam beberapa saat ojek pun akan datang menjemput. Bahkan belanja pun sudah tidak perlu keluar rumah dengan adanya berbagai e-commerse dan e-payment.

Berbagai bidang usaha pun berkembang tidak hanya bergantung pada bahan baku saja, tetapi juga keunggulan yang ditawarkan serta kemudahan transaksi. Added value menjadi sangat penting dalam persaingan pasar saat ini. Disinilah peran kreatifitas bermain.

Ekonomi kreatif adalah suatu konsep perekonomian di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengedepankan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang paling utama.

Mengacu pada pengertian tersebut, berbeda dengan bidang usaha lain seperti pertambangan yang bergantung pada ketersediaannya di alam atau bidang manufaktur yang bergantung pada ketersediaan bahan baku, ekonomi kreatif bergantung kepada ide dan pengetahuan yang tidak ada batasnya dan tidak akan habis sampai kapan pun.

Ekonomi kreatif sendiri terdiri dari 16 subsektor, antara lain:
1. Aplikasi dan game
2. Arsitektur
3. Desain Produk
4. Desain interior
5. Desain komunikasi visual
6. Fashion
7. Film, Animasi, dan Video
8. Fotografi dan video
9. Kriya
10. Kuliner
11. Musik
12. Penerbitan
13. Periklanan
14. Seni Pertunjukan
15. Seni Rupa
16. Televisi

Dengan desain produk yang menarik akan memberi added value terhadap suatu produk, yang tentunya akan meningkatkan daya saing dan harga produk tersebut.

Mungkin anda masih ingat dengan sosok Steve Jobs, pendiri Apple. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi yang mempunyai mimpi untuk menggabungkan antara seni dan teknologi. Ya, mimpinya itu dapat terwujud dengan lahirnya machintosh, iPod, iPhone, iPad, dan beberapa produk lain. 

Saya masih ingat sebuah scene dalam film "JOBS", betapa Steve Jobs ngotot saat berdebat dengan salah satu anggota timnya hanya untuk menyematkan berbagai jenis font dalam sebuah aplikasi yang sedang dikembangkannya. Saya paham bagaimana pilihan font yang beragam menjadi sangat penting untuk menambah nilai estetika bagi aplikasi tersebut. 

Dan menjelang akhir film, ada sebuah scene yang memperlihatkan perbincangan antara Steve Jobs dan Jonathan Ive tentang pentingnya desain produk. Dalam hal ini, steve jobs yang memahami keinginan pasar mencoba untuk memberikan sentuhan kreatifitas pada produk yang diciptakannya untuk membuat setiap produk yang dihasilkan bisa menjadi produk yang eksklusif dan tidak terkesan kaku.

Intellectual Property seperti karya sastra, lagu, karakter komik, aplikasi dan game, konten video ataupun visual gambar, serta masih banyak lagi, terbukti mampu menjadi aset yang bernilai jika kelola dengan baik. Regulasi yang tepat dan tidak membatasi kreativitas serta fasilitas yang mumpuni sangat di butuhkan untuk mendorong tercapainya ekosistem ekonomi kreatif yang maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun