Saya dan beberapa kolega memiliki pengalaman menarik dalam membangun sebuah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang transportasi online. Meski pun tidak bertahan lama, namun cukup banyak pelajaran yang diambill dari waktu yang singkat tersebut.
Salah satu pelajaran terbaik yang didapat adalah tentang membangun sinergisitas antara User di satu pihak, dan HRD di sisi yang lainnya. Kebetulan, saat itu saya diberikan kewenangan untuk memegang salah satu program perusahaan.
Komunikasi saya dengan HRD, awalnya agak kurang baik, dikarenakan beberapa karyawan yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang saya harapkan agar program dapat berjalan optimal.
Bagi saya, proses rekrutmen bukan sekadar mengisi lowongan, apalagi sekadar 'menolong' orang lain agar memperoleh pekerjaan, melainkan investasi strategis untuk membentuk DNA organisasi.
Di era persaingan global, perusahaan perlu mengadopsi pendekatan holistik yang menggabungkan prinsip etis HRD, kolaborasi dengan user, serta integrasi program diklat dan pengembangan kapasitas.
Sialnya, pandangan saya ini tidak selalu diterima baik atau dipahami oleh pihak HRD dan Sebagian pimpinan perusahan. Saya sering berdebat tajam dengan mereka. Â
Prinsip Etis HRD dalam Rekrutmen
1. Meritokrasi Tanpa Basa-Basi
Meritokrasi adalah sebuah prinsip yang mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk dipraktikkan. HRD dan User selalu memiliki permasalahann dengan prinsip ini. Semakin tinggi jabatan seseorang, seharusnya semakin adil dalam memilih pegawai.
Prinsip meritokrasi dalam perekrutan pegawai perusahaan menekankan bahwa seluruh proses seleksi, penempatan, dan promosi harus didasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja nyata kandidat, bukan pada faktor non-kinerja seperti senioritas, hubungan personal, latar belakang sosial, atau preferensi subjektif.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!