Sebelum saya melanjutkan tulisan ini, izinkan saya melambungkan apresiasi kepada tim Kompasiana yang telah memilih Menopause sebagai Topik Pilihan. Mengapa?
Selama ini, menopause dipahami sebagai transformasi biologis yang eksklusif dialami perempuan.
Namun sedikit yang menyadari, proses ini juga memantik perubahan emosional, relasional, bahkan eksistensial pada pasangan.
Disinilah pentingnya semua suami, termasuk saya, untuk belajar dan memperluas literasi tentang menopause. Memahami bahwa ini adalah bagian dari perjalanan hidup bersama antara istri dan suami.
Saya membaca cukup banyak suami yang menulis tentang menopause di Topik Pilihan Kompasiana. Ini merupakan hal yang luar biasa.
Menulis tentang menopause dari sudut pandang suami akan membuka ruang untuk narasi reflektif yang mengandung welas diri (self-compassion) dan empati, dua konsep penting dalam psikologi modern.
Suami yang mampu merefleksikan perasaannya dan memahami pengalaman istri dengan welas diri dapat membantu mengurangi stigma dan rasa malu yang sering menyertai menopause.
Penelitian narrative therapy (White & Epston, 1990) menunjukkan bahwa mengungkapkan pengalaman melalui tulisan atau cerita dapat membangun makna baru atas krisis.
Dengan Topik Pilihan ini saya turut belajar bahwa banyak Kompasianer yang secara jujur mencoba untuk mengungkap bagaimana suami memaknai, merespons, dan berperan dalam menopang istri selama masa transisi menopause.
Menawarkan sudut pandang baru bahwa menopause bukan sekadar "urusan hormon perempuan" belaka, melainkan perjalanan kolektif dalam dinamika pasangan.