Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kuota Impor: Sisi Gelap Bisnis dan Mengapa Prabowo Ingin Menghapusnya

13 April 2025   06:27 Diperbarui: 13 April 2025   06:27 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penghapusan kuota impor disampaikan Presiden Prabowo pada acara Sarasehan Ekonomi, Selasa (8/4/2025).(Foto: Ghibli via Kompastv)

Kalian tahu nggak sih, di balik kebijakan kuota impor yang terlihat fancy dan pro-rakyat, ada permainan kotor yang bikin beberapa perusahaan cuan besar, sementara yang lain gigit jari?

Yap, kuota impor sering jadi alat monopoli terselubung. Presiden Prabowo Subianto bahkan ngamuk dan minta kuota dihapus.

Kenapa? Karena ini game yang cuma menguntungkan segelintir orang! Kartel berkedok kebijakan, Presiden Prabowo sudah sangat paham permainan mafia impor kayak gini. Emang bikin gregetan!

Kuota impor sering dianggap sebagai alat kebijakan yang melindungi industri dalam negeri dari gempuran produk asing murah.

Namun, di balik tujuan mulia ini, ada sisi gelap yang jarang dibahas. Kuota impor sering kali menjadi ladang bisnis eksklusif bagi segelintir perusahaan besar yang memiliki akses terhadap lisensi impor.

Fenomena ini menciptakan monopoli terselubung, mengurangi efisiensi pasar, dan merugikan konsumen.

Nah, kita bahas tuntas sisi gelap kuota impor ini. Siap-siap shocked! 

Kuota Impor: Proteksi atau Monopoli?

Secara teoritik, kuota impor adalah bentuk pembatasan jumlah barang yang dapat masuk ke suatu negara.

Tujuannya adalah melindungi produsen lokal dari persaingan tidak sehat akibat harga produk asing yang lebih murah (Bhagwati, 1965).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun