Politik nasional ditandai dengan langkah Presiden Prabowo pada momentum Idulfitri 2025 untuk memperkuat jejaring politik melalui putranya, Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo (Didit Prabowo).
Kunjungan Didit ke tokoh-tokoh nasional seperti Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo (Jokowi), bukan sekadar tradisi lebaran, melainkan strategi politik terstruktur.
Strategi ini menjadi sangat menarik karena sarat dengan pesan-pesan politik di tengah upaya konsolidatif yang dikedepankan pemerintahan Prabowo.
Apakah ini hanya sebuah isyarat silaturahmi belaka, ataukah merupakan langkah politik yang lebih strategis?
Artikel ini akan mengulas langkah tersebut, serta implikasinya bagi percaturan politik Indonesia.Â
Silaturahmi sebagai Infrastruktur Politik
Pada permukaan, tindakan mengutus Didit untuk mengunjungi tokoh-tokoh besar dalam momen Idulfitri dapat dipandang sebagai bentuk silaturahmi atau tradisi yang mempererat hubungan antar-elit politik.
Namun, dalam dunia politik yang penuh dengan perhitungan, tidak ada langkah yang benar-benar tanpa makna.
Prabowo, sebagai tokoh yang dikenal dengan pendekatan politik pragmatisnya, mungkin menyadari bahwa meskipun ia sudah memegang posisi kuat di pemerintahan, ia tetap memerlukan dukungan yang lebih luas lagi, terutama dari pihak-pihak yang memiliki pengaruh besar, seperti Megawati dan Jokowi.
Dengan mengutus putranya, Prabowo memberikan pesan bahwa ia siap memperbaiki hubungan dan membangun aliansi yang lebih kuat dalam menghadapi berbagai tantangan politik ke depan.