Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Self-Cencorship dan Teror, Mengapa Jurnalis Kesulitan Mengungkapkan Pikiran?

28 Maret 2025   00:11 Diperbarui: 28 Maret 2025   00:49 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebebasan pers.(Foto: Shutterstock via Kompas.com)

Lebih dari dua abad yang lalu, tepatnya tahun 1787, Edmund Burke menambahkan dimensi baru dengan mengidentifikasi pers sebagai "cabang keempat" yang vital untuk demokrasi.

Media massa--pekerja jurnalistik ada di dalamnya--menjadi watchdog atas triad kekuasaan (eksekutif, legislatif, yudikatif) ala Montesquieu.

Media massa menyediakan informasi yang objektif dan akurat, mendukung partisipasi politik, serta memperkuat akuntabilitas pemerintah.

Singkatnya, pers berfungsi untuk mengawasi tingkah-polah pejabat, termasuk mengungkap skandal politik, korupsi, kolusi, nepotisme, otoritarianisme, dan semua yang berhubungan dengan kepentingan publik.

Kemudian kita bertanya: Apa jadinya jika seorang jurnalis sebagai insan pers mengalami kesulitan dalam mengungkapkan isi pikirannya? Atau lebih luas lagi, apa jadinya jika kebebasan pers dibungkam pikirannya?

Kondisi Umum

Kesulitan dalam mengungkapkan isi pikiran, baik secara lisan maupun tulisan, adalah masalah yang kerap dialami oleh banyak orang.

Dalam banyak kasus, ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan kesulitan ini, seperti psikologis, emosional, maupun lingkungan.

Kadang-kadang, rasa cemas, takut salah, atau bahkan terlalu banyak berpikir tentang apa yang akan ditulis atau dikatakan bisa menghambat proses ekspresi pikiran.

Namun, bagi para jurnalis, hambatan ini bisa lebih kompleks dan berbahaya, terutama dalam konteks di mana mereka mengalami tekanan atau teror.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun