Lebih dari dua abad yang lalu, tepatnya tahun 1787, Edmund Burke menambahkan dimensi baru dengan mengidentifikasi pers sebagai "cabang keempat" yang vital untuk demokrasi.
Media massa--pekerja jurnalistik ada di dalamnya--menjadi watchdog atas triad kekuasaan (eksekutif, legislatif, yudikatif) ala Montesquieu.
Media massa menyediakan informasi yang objektif dan akurat, mendukung partisipasi politik, serta memperkuat akuntabilitas pemerintah.
Singkatnya, pers berfungsi untuk mengawasi tingkah-polah pejabat, termasuk mengungkap skandal politik, korupsi, kolusi, nepotisme, otoritarianisme, dan semua yang berhubungan dengan kepentingan publik.
Kemudian kita bertanya: Apa jadinya jika seorang jurnalis sebagai insan pers mengalami kesulitan dalam mengungkapkan isi pikirannya? Atau lebih luas lagi, apa jadinya jika kebebasan pers dibungkam pikirannya?
Kondisi Umum
Kesulitan dalam mengungkapkan isi pikiran, baik secara lisan maupun tulisan, adalah masalah yang kerap dialami oleh banyak orang.
Dalam banyak kasus, ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan kesulitan ini, seperti psikologis, emosional, maupun lingkungan.
Kadang-kadang, rasa cemas, takut salah, atau bahkan terlalu banyak berpikir tentang apa yang akan ditulis atau dikatakan bisa menghambat proses ekspresi pikiran.
Namun, bagi para jurnalis, hambatan ini bisa lebih kompleks dan berbahaya, terutama dalam konteks di mana mereka mengalami tekanan atau teror.