Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kereta Rel Listrik, Gaya Hidup Bukan Trik

21 Oktober 2021   09:32 Diperbarui: 21 Oktober 2021   09:39 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menanti kereta rel listrik / KRL di  Stasiun Cikini Jakarta. (Foto dokumen pribadi)

Pandemi telah menguji bahwa lapisan ozon semakin membaik selama masa pandemi salah satunya akibat "beristirahatnya" kendaraan yang menghasilkan emisi.  Banyak kendaraan minim beroperasi di banyak negara akibat kebijakan otoritas negara di dunia seperti lockdown, pembatasan pergerakan masyarakat dan semacamnya.

Jam tanganku sudah menunjuk angka 9 lewat 5 menit di hari Senin saat aku menginjakkan kaki di Stasiun CIlebut, Bogor. Stasiun ini sekitar 8 bulan terakhir menjadi lokasi yang akrab dan paling sering kukunjungi. Itu setelah aku berdomisili di Bogor. Aku pun semakin terbiasa dengan aroma keringat penumpang, ritual checkin PeduliLindungi Apps, sampai ritual antrean. Terbiasa dan makin terbiasa menjalaninya sebagai bagian dari aktivitas hidup. 

Commuterline atau Kereta Rel Listrik/ KRL menjadi transportasi utama yang jadi pilihanku dalam hal ini rute Bogor - Jakarta dan sebaliknya. Alasannya sederhana. Ekonomis/ murah, dapat diandalkan soal estimasi waktu dibanding transportasi lain, nyaman, mudah diakses. 

Namun disadari atau tidak, menggunakan transportasi publik dan meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi dapat mendukung gerakan nol-bersih emisi atau bahasa kerennya  Net-Zero Emissions (NZE). 

Berhitung Kasar Emisi

Jujur saja, aku bukan orang yang berkemampuan untuk urusan renik hitung menghitung. Seperti halnya menghitung emisi karbon ini. Aku cuma hendak menggambarkan bahwa seberapa besar gaya hidup dengan satu aktivitas berkereta listrik dapat mengurangi dan mendukung Net-Zero Emissions.

Jika aku berangkat dari Bogor ke Jakarta dan sebaliknya menggunakan kendaraan sendiri, sepeda motor (ojol) atau mobil maka aku akan menghasilkan emisi karbon sendiri (dari kendaraan). Itu akan semakin banyak saat frekuensi yang kulakukan bepergian ke Jakarta dan pulang ke Bogor semakin sering. Taruhlah dalam sebulan. Berapa banyak yang aku buang emisi di jalanan yang kulalui? 

Itu hanya dari aku sendiri, sementara ada banyak orang melakukan hal yang sama. Orang-prang yang melakukan pergerakan aktivitas harian di luar rumah. Sebut saja mereka para pekerja di Jakarta yang tinggal di daerah penyangga Jakarta seperti di Tangerang, Bekasi, Bogor, Depok. 

Kereta rel listrik / KRL di Stasiun Manggarai Jakarta. (Foto dokumen pribadi)
Kereta rel listrik / KRL di Stasiun Manggarai Jakarta. (Foto dokumen pribadi)

Kiprah Kereta Rel Listrik   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun