Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pneumonia, Rokok, dan Jiwa Balita yang Terenggut

29 Agustus 2019   04:48 Diperbarui: 29 Agustus 2019   17:17 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Pneumonia pada anak. (Foto Ganendra)

World Health Organization (WHO) menyatakan pneumonia sebagai pembunuh balita tertinggi di dunia.

Ada yang menarik saat aku turut dalam acara yang digelar Save The Children (STC)  bertema  "Stop Pneumonia Pada Anak" di lapangan Museum Fatahilah Kota Tua Jakarta pada Minggu 18 Agustus 2019 lalu.

Gelaran itu adalah kegiatan "Kampanye Stop Pneumonia Pada Anak" dengan tujuan mengajak semua komponen masyarakat melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit Pneumonia.  

Yang menarik adalah kalimat di atas tuh, "World Health Organization (WHO) menyatakan pneumonia sebagai pembunuh balita tertinggi di dunia."

Itu fakta yang diungkapkan di acara dengan narasumber kompeten di bidang keseahatan. Ada Dr. Erna Mulati MSc. CMFM, Direktur Kesehatan Keluarga, Direktorat Jenderal Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI. Dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular P2PM.

Tak ketinggalan Bayu Oktara sebagai Ayah ASI dan seorang artis dan Selina Patta Sumbung, Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik partner of Save The Children.

Stop Pneumonia pada anak. (Foto Ganendra)
Stop Pneumonia pada anak. (Foto Ganendra)
Fakta itu diperkuat informasi dari Selina Patta Sumbung, yang menyatakan bahwa Pneumonia merupakan pembunuh utama anak di bawah usia lima tahun di dunia. Angka itu lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak.

Tak heran pneumonia menempati peringkat 1 dunia. Di tingkat nasional, pneumonia menempati peringat 2 setelah penyakit diare. Mengerikan bukan?

Itulah sebabnya Save The Children gencar melakukan kampanye STOP Pneumonia tak lain adalah karena  tingginya angka kematian balita akibat pneumonia.

Sebagai gambaran lebih jelas tentang fakta mengerikan pneumonia, menurut Kementerian Kesehatan dari 9 juta kematian balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia. Itu sama dengan setiap menit ada 4 balita yang meninggal.

Lalu apa sehh penyakit Pneumonia  itu?  

Pneumonia adalah infeksi akut sistem pernapasan bawah yang disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme mikro lainnya dari salah satu atau kedua belah jaringan paru-paru. Kantong udara atau alveoli pada paru-paru yang seharusnya berisi udara menjadi berisi cairan atau nanah. Akibatnya penderita mengalami nafas cepat napas, batuk berdahak, demam dan menggigil, karena kekurangan oksigen dan bisa mengakibatkan kematian.

Pneumonia sering disebut juga sebagai penyakit multifaktorial yang mengakibatkan sesak hingga kematian pada balita. Gejala yang paling mudah ditemui pada balita yang terkena pnemonia ringan, adalah sesak nafas atau gangguan dalam pengambilan oksigen dari paru-paru hingga demam serta adanya peningkatan suhu tubuh.

Sementara penyebabnya ada beberapa factor, salah satunya adalah asap rokok. Balita merokok? Tentu bukan. Itu karena balita menjadi perokok pasif. Akibat perokok aktif di sekitarnya seperti ayahnya yang perokok.

Salah satu poster yang menggambarkan bahaya rokok pada anak di area acara. (Foto Ganendra)
Salah satu poster yang menggambarkan bahaya rokok pada anak di area acara. (Foto Ganendra)
Tanpa bermaksud mendeskreditkan perokok, aku sendiri mantan perokok. Maksudnya dulu pernah menjadi perokok aktif. Namun sudah berhenti merokok karena alas an kesehatan. Sering batuk dan dada sesak, waktu itu.

Menurut Dr. Wiendra Waworuntu, banyak anak-anak penderita pneumonia yang ternyata disebabkan oleh kebiasaan orang tuanya yang kerap merokok di dalam rumah atau di sekitar anak.

Poster di area acara. (Foto Ganendra)
Poster di area acara. (Foto Ganendra)
Sebenarnya, pneumonia dipicu oleh virus, jamur atau bakteri. Namun, akibat dari banyaknya orang tua yang merokok di sekitar anaknya, maka pneumonia pada anak kini bisa dipicu oleh kebiasaan buruk ini. Itu gegara asap rokok yang melekat pada pakaian dan badan orng tua yang dapat memicu timbulnya penyakit pneumonia pada balita. 

Artinya balita dapat menjadi perokok pasif yang mengakibatkan sering   mengalami batuk, pilek berulang akibat terpapar racun rokok. Ya, bahayanya bukan dari asap yang keluar dari mulut perokok, namun asap rokok yang menempel di tubuh perokok.

Salah satu aktivitas dia cara Save The Children. (Foto Ganendra)
Salah satu aktivitas dia cara Save The Children. (Foto Ganendra)
STOP Pneumonia
Oleh karena itulah,s alah satu pencegahan pneumonia, sangat membutuhkan peran ayah dan peran ibu. Seorang ayah dapat membantu mencegah pneumonia dimulai dari cara sederhana. Jika ayah adalah perokok pasif, tentu saja berupaya menghindarkan asap rokok menempel di tubuh dan pakaiannya. Jika sulit, pilihannya ya hentikan kebiasaan merokok.

Cara lainnya adalah dengan metode STOP Pneumonia seperti dianjurkan oleh  Dr. Wiendra Waworuntu. STOP itu kependekan dari: Pertama adalah dengan pemberian ASI Eksklusif serta pemberian MPASI di dua tahun pertama kehidupan anak.

Kedua, tuntaskan vaksin pada anak untuk menjaga kekebalan tubuhnya. Ketiga, obati anak jika mengalami penurunan kondisi selama berhari-hari. Keempat, pastikan kecukupan gizi saat anak sakit.

Yuk saatnya #BerpihakPadaAnak dengan STOP Pneumonia pada anak. #SalamSehat

@rahabganendra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun