Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Andris Wijaya, Sosok Pengangkat Citra Beras Asli Garut

23 Oktober 2016   04:18 Diperbarui: 23 Oktober 2016   14:09 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecintaan dan motivasi besar untuk mengangkat nama beras asli Garut ke kancah yang lebih luas, membuatnya pantang mundur dan terus menerus berkreasi produk-produk menarik dari olahan beras Garut. Jatuh bangun, permasalahan yang datang silih berganti yang ditemuinya, tak lantas membuat sosok ini patah arang. Justru aneka problema itu menjadi pelecut dirinya untuk lebih termotivasi membuat terobosan-terobosan baru. Satu impiannya adalah, mengangkat perekonomian para petani Garut, dengan memperjuangkan beras Garut yang berkualitas tinggi, agar dikenal banyak orang. Caranya adalah mengolah bahan baku beras Garut menjadi produk-produk menarik, yakni Nasi Liwet Instan 1001. Melalui produk kreatif ini, citra beras Garut kian hari kian bersinar, diakui dan disukai banyak orang. Efeknya, para petani lebih terberdayakan dan terangkat perekonomiannya.

*

ANDRIS WIJAYA nama sosok pria yang tumbuh dari keluarga petani sekaligus wiraswasta beras di Kabupaten Garut. Lahir di Garut, 6 Juli 1979 dari pasangan H. Dedi Mulyadi dan Hj. Yayat Maryati, Andris mewarisi usaha turunan orang tuanya yang telah lama mati suri, sejak ayahnya meninggal dunia pada 1990 silam. Itulah saat dimana Andris memutuskan dan meneguhkan untuk bergelut di bidang agrobisnis.

Berbekal pendidikannya dan pengetahuannya di teknik mesin yang direguk dan diselesaikannya pada 2001 di Politeknik Institut Teknologi Bandung/ITB, ia merintis kembali usaha orang tuanya dengan ‘cita rasa’ baru. Cita rasa hasil dari kreativitasnya ‘meramu masalah’ yang datang silih berganti dalam pengembangan bisnisnya.

Andris sadar, bahwa ‘dunia beras’ menjadi takdirnya. Takdir sebagai sumber penopang perekonomian hidupnya sekaligus sarana dirinya memaknai hidup untuk lebih banyak bermanfaat dan berbuat banyak bagi masyarakat.

Memegang filosofi hidup dengan teguh serta mengaplikasikannya, membuat semangat Andris tak pernah surut. “Kesuksesan dalam hidup adalah bisa bangkit dari kegagalan,” salah satu filosofi yang dipegangnya. Pesan agung dari almarhum sang ayah yang asli Sunda, lekat dalam ingatannya, “Mun keyeng pasti pareng.”

“Kalau kita rajin dan giat, pasti akan tercapai. Man jadda wajada,” begitu kira-kira arti pesan itu.

Beras Garut semakin dikenal banyak orang, salah satunya lewat kreativitas bisnis Nasi Liwet Instan 1001. (Istimewa)
Beras Garut semakin dikenal banyak orang, salah satunya lewat kreativitas bisnis Nasi Liwet Instan 1001. (Istimewa)
Problema adalah Motivasi
Sejak menerima ‘tongkat estafet’ meneruskan bisnis beras keluarganya pada 2003, Andris sudah dihadapkan dalam berbagai permasalahan. Suami Rully Putri Mustika ini sempat mengalami kegagalan. Saat itu harga beras Garut produk pabrik penggilingan padinya didera jatuh bangun. Tak stabil. Sempat pabrik itu terancam dijual, karena banyak terkena tipu, utang semakin bertambah, modal tinggal sedikit, sementara beban yang harus dipenuhi besar. Hingga diputuskan pabrik yang telah dirintis orang tuanya sejak 1975 itu rencana dijual.

Dalam kondisi seperti itu, Andris sadar biasanya orang bisa berpikir ke arah positif dan juga bisa negatif. Momen menunggu pembeli dengan harga yang cocok dan pas, bukanlah hal sebentar. Padahal setoran harus dipenuhi. Beruntung Andris lebih rasional berpikir ke arah positif.

“Pernah gagal itu pelajaran agar tak gagal lagi dan mampu bangkit kembali,” adalah filosofi yang diyakini Andris. Gagal tidak membuatnya kapok, semisal ganti usaha. Pasalnya jika berganti usaha, peluang gagal justru makin besar karena belum menguasainya. Berbeda dengan halnya jika usaha tetap di beras, kemungkinan gagal lebih kecil, karena sudah memahami salahnya apa dan dimana, untuk selanjutnya diperbaiki.

Sejak 2003 mulai mengelola pabrik penggilingan beras di daerahnya. Pasarannya pun tidak tentu dan belum pasti ada pembeli yang membelinya di Jakarta. Ditawarkannya ke toko-toko, namun harga sering dipermainkan. Bahkan terpaksa harus melepas berasnya dengan harga yang minim dan merugikan. Terpaksa ia mengikuti harga sesuai keinginan pembelinya, untuk menghindari kerugian lebih besar.

Andris mulai berpikir, kondisi itu tak bisa dibiarkan terus menerus merugi. Ia berpikir bagaimana caranya biar tak jatuh rugi terus menerus. Dulu ayahnya sempat berhasil. Ia berkisah, ayahnya berangkat ke Jakarta menjual beras telah menggunakan brand sendiri pada produk berasnya. Bahkan sebelum beras datang, pembeli sudah antre.

“Kenapa saya tidak bisa, meski sistem memang sudah berubah?” Katanya saat wawancara by phone dengan Penulis, Jumat (21/10/2016) pagi.

Itu yang ada di benak Andris, dan membuatnya termotivasi untuk bangkit. Ia harus berhasil.

Beras Garut Harus Dikenal Banyak Orang
Misi untuk memperbaiki keadaan pasar beras Garutnya, mendorong Andris memutar otak. Dia yakin harus ada pembeda beras produknya di antara beras produk lainnya. Akhirnya Andris memutuskan memakai merek dari ayahnya dulu, yakni merek 1001, yang artinya “Di antara seribu hanya ada satu yang seperti ini.” Maksudnya jelas bahwa Andris ingin beras Garutnya dinilai spesial dengan keunggulannya. Filosofi dari suatu keunikan.

Umumnya beras dari beberapa pabrik penggilingan padi di Garut, saat tidak panen, mereka membeli gabah dari daerah lain. Gabah itu dibawa ke Garut dan diolah, dicampur dan dijual dengan merek beras Garut. Andris tak mau demikian. Baginya itu yang membuat pembedanya. Ia tetap mempertahankan orisinalitas beras Garutnya. Tidak dicampur. Walau pun dalam keadaan tak panen dan harga sedikit lebih mahal. Ia jadikan pembeda dari beras lainnya. Namun ternyata ‘pembeda’ beras Garut originalnya itu tak berhasil. Pasalnya, harga kalah oleh beras yang dicampur. Tak mampu bersaing harga. Pembeli lebih memilih beras tak original.

Tak patah arang, Andris tertuju pada sisi kualitas beras Garut. Ia mengaplikasikan ilmu dari bangku kuliahnya di jurusan mesin dengan membuat mesin yang menghasilkan beras Garut yang berbeda. Menghasilkan mesin yang bisa menggiling beras lebih putih bersih tanpa bahan kimia melalui proses mekanik. Hasilnya berasnya berbeda dari beras yang diproduksi pabrik lain. Lebih berkualitas. Sekali digiling bisa sekaligus dicuci. Hasilnya bisa menghasilkan beras lebih putih, bersih, dan mengilap.

Aktivitas penggilingan padi milik Andris Wijaya. (Istimewa)
Aktivitas penggilingan padi milik Andris Wijaya. (Istimewa)
Saat dikonteskan, ‘dijejer-jejer’ dengan beras-beras lainnya di pasar Jakarta, harganya berbeda. Jadi lain sendiri. Beras Garutnya pun langsung diterima oleh pedagang beras terbesar di pasar induk. Akhirnya ia menjadi supplier. Harga pun stabil, tak dipermainkan. Bahkan beras yang dihasilkannya dihargai selisih Rp 1000 lebih tinggi dibanding beras produk pabrik lainnya.

Namun muncul permasalahan baru. Meski dari penjualan beras keuntungan sudah dirasakan, namun ada yang mengganjal. Harga beras Garutnya sudah lebih tinggi namun nama beras Garut tak sampai ke konsumen. Merek atas nama ‘beras Garut”, tak diketahui banyak orang. Pasalnya sebagus apapun beras yang dihasilkan, oleh para pedagang disalin karungnya dengan merek lain. Otomatis nama beras Garutnya tak sampai ke konsumen. 

Ia prihatin dan miris dengan kondisi tersebut. Baginya beras Garut harus dikenal. Nama Garut harus dimunculkan. Lalu bagaimana cara mengangkat beras Garut?

Andris lalu terpikir bahwa harus memiliki brand sendiri. Jika ‘bergerak’ pemasaran di pusat akan diganti karungnya. Berarti ia harus ‘bergerak’ di daerah. Namun di daerah ada kendala. Ternyata banyak orang Garut yang belum mengetahui kelebihan beras Garut. Ia terpikir kembali filosofi 1001.

“Harus ada pembeda lagi,” pikirnya.

Menjemur padi di pabrik penggilingan Andris Wijaya. (Istimewa)
Menjemur padi di pabrik penggilingan Andris Wijaya. (Istimewa)
Filosofi 1001 Telurkan Produk Berbahan Beras Garut
Andris, bungsu dari lima bersaudara ini merasakan bahwa Garut menjadi kota wisata. Soal wisata identik dengan sesuatu yang khas, unik dan menarik. Dan beras Garut itu termasuk sumber daya khas Garut. Kenapa demikian?

Andris meyakini bahwa meski varietas berasnya sama (Garut) namun jika ditanam di daerah di luar Garut, maka baik gabah maupun beras dan nasinya akan berbeda. Dari sinilah timbul keinginan menjadikan beras Garut sebagai ole-ole khas Garut.

Namun apakah ole-ole itu dalam bentuk beras Garut? Tentu jika dikemas seperti beras biasa, orang akan berpikir dua kali untuk membelinya.

Ngapaen beli oleh-oleh beras Garut, di rumah juga masih ada,” kata Andris.

Anggapan itu tentu sangat mungkin terjadi, pasalnya orang-orang belum mengetahui kelebihan beras Garut. Beras Garut yang unggul berwarna putih alami, tanpa pakai pemutih. Rasanya pulen dengan rasa sari-sari manisnya. Sangat berbeda dengan beras lainnya yang terkadang berasa lebih hambar. Juga keunggulan beras Garut saat penyimpanan di rice cooker yang lebih tahan tak berubah warna, rasa, tak berair, tak berbau.

Harus ada konsep out of the box-nya yang bisa menarik wisatawan agar tertarik dengan oleh-oleh berbahan beras Garutnya. Maka kemudian Andris terpikir untuk mengadopsi konsep mie instan. Dalam mie instan ada komposisi terdiri dari mie, bumbu, minyak, toping. Lalu Andris menggali dan mempelajari informasi soal kuliner di Garut. Ternyata di Garut dari aneka macam olahan, olahan yang paling digemari adalah nasi liwet. Ya nasi liwet.

Itulah yang mendorong Andris selanjutnya mempelajari nasi liwet, mulai dari resepnya. Ternyata resepnya mudah untuk dikeringkan. Lalu timbul keinginan membikin nasi liwet dari beras hasil dari mesin modifikasinya, yaitu beras dari mesin yang ketika digiling sudah bersih, dan dicuci. Bisa langsung dimasak tanpa dicuci lebih dahulu. Akhirnya pada 2013, produk Nasi Liwet Instan 1001 tercetus.

Nasi Liwet Instan 1001, Misi Menaikkan Citra Beras Garut
Sejak awal Nasi Liwet Instan 1001 adalah sebagai alat untuk menaikkan nama beras Garut. Inilah cara efektif menyebarkan virus beras Garut agar lebih dikenal banyak orang. Bagaimana bisa demikian?

Biasanya para wisatawan tak hanya dari satu daerah. Dari banyak daerah. Dan biasanya juga wisatawan membeli oleh-oleh untuk dibagikan ke kerabat, saudara, teman, kolega dan lain-lain. Meski mereka tak datang ke Garut, namun mendapat oleh-oleh Nasi Liwet Instan 1001, maka akan merasakan kelebihan beras Garut. Semakin banyak yang menikmati Nasi Liwet Instan 1001, akan berdampak pada semakin banyak orang yang mengetahui kelebihan beras Garut. Jika semakin banyak yang mengetahui kelebihan beras Garut, maka akan mencari beras curahnya, yakni beras Garut. Selanjutnya konsumen mencari beras dengan label beras Garut. Setidaknya di dalam karung dicantumkan nama beras Garut.

Efek positifnya adalah diharapkan jika sudah banyak yang mengonsumsi beras Garut, maka beras Garut akan mempunyai pangsa pasar sendiri. Harga bisa stabil. Jika harga beras stabil akan berpengaruh pada harga gabah petani. Harga gabah stabil otomatis akan meningkatkan perekonomian para petani. Kesejahteraan petani pun akan meningkat. Inilah yang menjadi misi utama Andris dengan mengangkat citra beras Garut melalui nasi liwet instan 1001.

Upaya meningkatkan kualitas beras Garut, dilakukannya dengan melakukan pembinaan terhadap petani, bagaimana menanam padi yang baik. Ia berhasil membina sekitar 250 orang petani. Mulai dari pembibitan, perawatan, cara memanen agar kualitasnya tetap terjaga. Pinjaman modal pun diberikan kepada para kelompok taninya. Hasil panen para petani ditampung dan dibeli dengan harga bagus.

Salah satu kegiatan pembinaan petani. (Istimewa)
Salah satu kegiatan pembinaan petani. (Istimewa)
Aneka kreasi saat lomba berbahan beras Garut. (Istimewa)
Aneka kreasi saat lomba berbahan beras Garut. (Istimewa)
Saat ini pembeli yang membeli gabah di Garut tidak hanya pengusaha beras dari Garut saja, tapi ada dari Bandung, Kerawang dan lain-lain. Bahkan seandainya harga beras di Jakarta turun, tak berpengaruh terhadap harga gabah dan beras di Garut. Andris pun sudah tak perlu menjual beras Garutnya ke Jakarta, karena sudah bisa dijual di daerah.

Dalam perkembangannya, Nasi Liwet Instan 1001 ini sudah masuk ke pasar modern dan bahkan ekspor ke luar negeri. Selanjutnya positioning Nasi Liwet Instan 1001 bukan hanya sekadar oleh-oleh semata, namun sudah sebagai pemenuhan kebutuhan orang-orang yang mau membuat nasi liwet yang lebih praktis.

Kegiatan proses produksi. (istimewa)
Kegiatan proses produksi. (istimewa)
Kegiatan di proses produksi. (istimewa)
Kegiatan di proses produksi. (istimewa)
Nasi Liwet Instan 1001, Produk Out of the box
Nasi Liwet Instan 1001 yang diproduksi Andris selain tersebar di pasaran lokal, juga sudah menembus pasaran ekspor. Meski baru merupakan awalan ekspor perdana ke Amerika Serikat dan Dubai. Kemasan ekspor dalam berat 250 gram. Sementara di toko oleh-oleh ada kemasan 400 gram dan 250 gram. Sedangkan di pasar modern hanya dijual dalam kemasan 250 gram. Harga ke konsumen cukup ekonomis hanya Rp. 23.400,- kemasan 250 gram.

Dalam satu kemasan ada beras yang dihasilkan oleh mesin modifikasinya, ada bumbu, rempah-rempah. Cara memasaknya cukup masukkan semua bahan baku, lalu tambahkan air, dan langsung dimasak. Ada 7 varian rasa Nasi Liwet Instan 1001 yakni Nasi Liwet Instan 1001 Jambal, Nasi Liwet Instan 1001 Teri, Nasi Liwet Instan 1001 Cumi, Nasi Liwet Instan 1001 Original, Nasi Liwet Instan 1001 Jengkol, Nasi Liwet Instan 1001 Petai dan Nasi Liwet Instan 1001 Pedas.

Aneka produk Liwet Instan 1001, di antaranya Liwet 1001 Rasa Jambal 500 Gr, Liwet 1001 Rasa Jengkol 500 Gr, Liwet 1001 Rasa Cumi 250 Gr, dan Liwet 1001 Rasa Original 250 Gr. (sumber www.liwet1001.com)
Aneka produk Liwet Instan 1001, di antaranya Liwet 1001 Rasa Jambal 500 Gr, Liwet 1001 Rasa Jengkol 500 Gr, Liwet 1001 Rasa Cumi 250 Gr, dan Liwet 1001 Rasa Original 250 Gr. (sumber www.liwet1001.com)
Awal kemampuan produksi Nasi Liwet Instan 1001hanya menghasilkan 50 pax per-hari. Namun terus mengalami perkembangan seiring permintaan yang terus meningkat. Saat ini pabriknya mampu memproduksi Nasi Liwet Instan sebanyak 2000 pax per hari. Nah sebagai hitungan kasar, jika produksi 2000 pax per hari, dengan harga per satu pax adalah Rp 23.400,- omset yang dihasilkan sekitar 40 juta per hari, atau rata-rata 1 M lebih per bulan.

Sementara itu untuk produksi beras Garut curahnya, mampu menghasilkan 7 ton per hari. Beras curah yang diproduksi mesin ‘ciptaannya’ itu, terpakai untuk memproduksi Nasi Liwet Instan 1001, baru 10%. Tentu hal ini masih bisa dikembangkan, hanya tinggal penambahan peralatan dan karyawan.

Usaha bisnis Andris saat ini mampu menyedot tenaga kerja, total ada 100 orang karyawan. Terdiri dari 60 orang untuk produksi Nasi Liwet Instan 1001 dan Nasi Uduk Instan. 40 orang lainnya adalah pekerja restorannya.

Segi higienis produk Nasi Liwet Instan 1001 sangat diperhatikan. Ada label halal, tes kandungan gizi dari teknik pangan Universitas Padjajaran Bandung, Dinas Kesehatan. Untuk pemasaran lokal tersebar di Alfamidi Jabodetabek, Tiptop dan Carefour. Saat ini, Andris juga sedang proses MoU, kerja sama dengan pihak Indomaret. Bukan hanya itu, penjualan juga dilakukan dengan sistem penjualan online melalui laman www.liwet1001.com.

Tersebutkan di atas, selain produk Nasi Liwet Instan 1001 itu, Andris sudah memproduksi juga Nasi Uduk Instan. Produk ini lahir dari semakin banyaknya kompetitor yang memproduksi Nasi Liwet Instan. Andris berpikir harus memproduksi produk kreatif lainnya agar tetap di depan. Menjadi pelopornya. Ia mensyukuri adanya kompetitor yang membuatnya termotivasi untuk kreatif lagi menciptakan produk, yakni Nasi Uduk Instan.

“Saya senang ada kompetitor. Artinya yang mengikuti jejak bisnis nasi liwet instan saya ini, semakin banyak. Dan semakin banyak pula orang yang bisa menghidupi dari produk ini,” ujarnya.

Produknya ini ditegaskannya terjamin kesehatannya. Pasalnya tanpa bahan pengawet dan pewarnanya pun alami. Ia menyiasatinya pada proses pengolahan dan pengemasan, sehingga produknya ini mampu awet hingga 1 tahun. Saat ini ada varian warna Nasi Uduk Instan yaitu ungu (pewarna ubi ungu), kuning (kunyit) dan merah (angkak), putih original, kuning pedas, dan pedas. Saat ini sedang eksperimen untuk pewarna hijau yang belum diproduksinya.

Aneka produk nasi uduk warna, diantaranya Nasi Uduk Ungu 1001 - 250 Gr, Nasi Uduk Angkak 1001 - 250 Gr, Nasi Uduk Pedas 1001 - 250 Gr, dan Nasi Kuning Instan 1001 - 250 Gr. (sumber www.liwet1001.com)
Aneka produk nasi uduk warna, diantaranya Nasi Uduk Ungu 1001 - 250 Gr, Nasi Uduk Angkak 1001 - 250 Gr, Nasi Uduk Pedas 1001 - 250 Gr, dan Nasi Kuning Instan 1001 - 250 Gr. (sumber www.liwet1001.com)
Inovasi terus dilakukan Andris seiring permintaan yang semakin tinggi. Seperti saat ini Andris 'tertantang' ketika ada pasar luar negeri menantang memproduksi nasi seduh. Eksperimen sudah berhasil, tinggal diuji. Lalu memproduksi masal untuk dilaunching pada tahun depan, 2017. Tentu hal ini akan membawa nama dan citra beras Garut semakin terangkat. Dan akan berdampak positif bagi peningkatan kehidupan petani, seperti yang diharapkannya.

Buah dari keuntungan produk-produknya, Andris melebarkan sayap ke bisnis kuliner. Usaha yang mampu menyedot tenaga kerja sebanyak 40 karyawan. Restoran D’Anclom pun didirikannya. Restoran yang membawa ciri khas Garut, seperti menu berkuah yang disajikannya. Baso Aci adalah salah satunya. Konsep unik dan menjadi pembedanya adalah dengan menerapkan konsep Suki. Merebus menu sendiri di meja.

Bahan beragam baso. Ada baso khas Garut, Bakso Aci. Bagi orang Garut menjadi sesuatu yang baru, karena factor penyajiannya yang berbeda. Sementara bagi wisatawan dengan bahan baku khas Garut akan menjadi hal unik.

“Baso sudah dikenal umum di Garut, namun dengan penyajian berbeda membuat masyarakat tertarik,” kata pria yang belum dikarunia anak ini.

Ada 99 menu yang disediakan. Terdiri dari menu tradisional khas dari seluruh Indonesia. Ada menu khas Padang, Manado, Bali, Sunda, oriental, hingga western. Konsep adalah masuk ke berbagai kalangan. Ada lagi yang unik, yakni Pizza. Pizza biasanya menggunakan toping tuna, daging. Di D’Anclom toping pizza menggunakan aneka buah-buahan. Unik. Sementara menu minuman yang tak ada di restoran lain, seperti jodol (jus leci dodol), frozdol (frozen dodol), wedhol (wedhang dodol) dan lain-lain. Penasaran dengan menu-menu D’Anclom? Cek saja di akun Instagramnya: d_anclom.

Misi dari bisnis kuliner Andris tetap adalah mengangkat nilai dan potensi khas daerah. Ia ingin generasi muda menggemari makanan khas Indonesia dibanding makanan luar negeri seperti menu dari Korea, Amerika dan lain-lain.

Merangkak Menuju Prestasi
Perjuangan tanpa henti setelah memproduksi Nasi Liwet Instan 1001 adalah tantangan di pemasarannya. Penolakan-demi penolakan di toko ole-ole sering dialami Andris. Kesangsian terhadap produknya menjadi alasan utama. Dari satu pintu tertutup, Andris datang ke pintu lain. Andris datang ke kantor pemerintahan. Misi mengangkat beras Garut dari produk yang ditawarkannya, menarik kantor-kantor dinas waktu itu. Akhirnya membawanya bergabung di beragam pameran.

Beragam kompetisi dari tingkat daerah sampai nasional diikutinya yang membawa pada penghargaan. Buntutnya bisnis Andris diliput oleh banyak media massa, cetak maupun elektronik. Sontak saja, nama pria yang menikah pada 2012, lambat laun dikenal banyak orang.

Family Gathering karyawan Liwet Instan 1001. (Istimewa)
Family Gathering karyawan Liwet Instan 1001. (Istimewa)
Harapan Dunia Pertanian yang Terus Membayang
Andris berharap besar produk-produknya dapat mengangkat citra beras Garut yang akan berdampak besar pada perekonomian para petaninya. Di samping itu produk-produknya dapat menarik minat generasi muda agar dapat menikmati khas nasi daerah Indonesia. Keprihatinannya terhadap semakin minimnya minat generasi muda menjadi petanilah yang memotivasi untuk lebih luas lagi mengangkat citra beras Garut. Mengangkat bahwa image petani itu menjadi sesuatu yang keren dan berharap bisa memancing generasi muda tertarik ke bidang pertanian.

Apa yang dilakukan Andris adalah upaya dirinya dalam turut membangun negeri. Bukan sekadar untuk diri sendiri, namun yang terpenting adalah berbuat hal bermanfaat bagi orang lain. Dengan upaya-upaya yang dilakukannya, Andris menaruh harapan negeri ini bisa fokus bidang pertanian dan mampu menjadi negara dengan predikat swasembada pangan. Menurutnya tanah negeri ini sangat subur, bahkan membuat Thailand yang mampu mengekspor beras ke tanah air, iri dengan kualitas tanah di Indonesia.

Perjuangan panjang Andris dalam upaya mengangkat citra beras Garut beserta pandangan-pandangannya yang luas terkait pemberdayaan masyarakat, membuat Danamon memilihnya menjadi salah seorang peraih Danamon Sosial Enterpreneur Award 2016. Dukung Andris Wijaya, sebagai peraih favorit Danamon Social Entrepreneur Awards 2016. Klik: www.danamonawards.org

@rahabganendra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun