Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Traveler Madyanger Fiksianer #MuseumLover

BEST IN FICTION Kompasiana 2014 AWARD Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger #MuseumLover email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persahabatan Itu Saling Menyayangi

23 Februari 2014   21:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393312821408392181

JAM istirahat sekolah telah tiba. Lilis beranjak keluar kelas. Perutnya keroncongan, tadi pagi tak sempat sarapan. Hanya minum air putih segelas. Tujuannya ke kantin sekolah. Sesaat ia teringat sesuatu.

“Toni, yaaa kemarin dia janji mau traktir hari ini, karena membantunya mengerjakan PR minggu lalu,” gumamnya.

Lilis melangkahkan kakinya di lorong kelas. Sesaat melewati kelas Toni. Memang dia beda kelas dengannya. Namun meski demikian, mereka adalah sepasang sahabat sejak masa Sekolah Dasar hingga kembali melanjutkan sekolah di SMU yang sama. SMU Generasi Bangsa.

Ruang kelas itu sepi. Tak ada orang.

“Mey, lihat Toni nggak?” tanyanya kepada Meylan yang melintas di depan kelas. Ia hanya menggelengkan kepala.

Lilis lalu beranjak ke kantin sekolah. Kantin yang menjadi tempat dirinya dan Toni sering menghabiskan jam istirahat sekolah.

*** “Tak ada juga disini. Kemana dia yaa,” gumam Lilis dalam hati.

Matanya beredar ke sekeliling ruangan kantin yang lumayan luas. Di pojok kanan, tak ada. Pojok kiri tak ada juga. Kepalanya melongok-longok kesana kemari. Nampak siswa siswi yang sedang makan dan minum sembari bersendau gurau. Lilis menggaruk-garukkan kepalanya yang tak gatal. Ia kehabisan akal, mau cari kemana lagi sahabatnya itu. Mau telpon, tapi tak membawa ponsel karena dilarang oleh peraturan sekolah.

“Hei, minggir atuh Neng, ngalangin jalan,” seru sebuah suara.

“Ah, Emak, maaf Mak,” kata Lilis, baru sadar kalau dia berdiri di tengah jalan kantin itu. Ternyata Mak Ijah, pemilik kantin akan lewat sambil membawa nampan berisi 4 porsi bakso.

“Ehh Mak, bentar, mau Tanya, Toni tadi kesini gak?”

“Toni? Ooo, iya tadi pagi kesini, cuman sebentar minum kopi aja… Eeehh Neng, waktu kesini mukanya kayak orang sakit. Lesu, lemah tak bersemangat. Kayak kurang tidur,” kata Emak Ijah.

“Oooo getu ya Mak. Baik Mak, terima kasih.” Lilis bergegas meninggalkan kantin. Di tengah jalan ia berpapasan dengan Ayumi.

“Hai, Lis, tahu tidak? Toni tadi jam pelajaran kedua, ijin pulang. Dijemput Mamanya. Dia sakit. Mukanya pucat sekali lhoo,” kata Ayumi.

***

Mama Lisa, ibunda Toni masih terisak di ruang perawatan itu, saat Lilis dan beberapa temannya datang. Kesedihan dirasakannya melihat putra keduanya terbaring lemah di pembaringan ruang perawatan Rumah Sakit Nirmala. Ayah Toni, duduk memeluk pundak Mama Lisa, berusaha menghiburnya.

“Gimana Om keadaan Toni?” Tanya Lilis kepada Ayah Toni.

“Sudah mendingan. Dia hanya butuh istirahat Nak Lilis,” jawab Ayah Toni.

“Syukurlah Om, kalau begitu,” kata Lilis sambil melihat Toni yang tidur pulas. Tidak dia tidak sedang tidur pulas, tapi gelisah! Wajahnya nampak pucat, lusuh. Matanya terlihat cekung dan merah. Bibirnya kehitam-hitaman.

“Yaa ampun saya baru sadar, Toni agak kurusan sekarang,” gumam Lilis dalam hati. Padahal dia sering ketemu, dan ternyata perubahan fisik Toni luput dari perhatiannya.

***

Dua hari berselang. SMU Generasi Bangsa heboh. Tersiar kabar kemarin polisi menangkap dua orang siswa selepas pulang sekolah. Para guru pagi itu melakukan pertemuan, membahas siswanya yang berurusan dengan pihak berwajib. Beberapa mata pelajaran hari itu ditiadakan. Peristiwa ini memukul hati para guru, khususnya kepala sekolah. Sedikit banyak nama sekolah terpengaruh oleh peristiwa itu yang sempat dimuat di Koran lokal pagi itu.

Lilis termenung di bangku kelasnya. Hamparan kertas Koran tergolek di depannya. Koran yang memuat kasus penangkapan dua teman di sekolahnya. Meski di Koran dicantumkan nama inisial saja, namun dirinya bisa menebak nama kedua temannya itu. Pasalnya teman-teman yang lain, ramai membicarakannya. Teman yang sekelas dengan Toni!

***

Di Rumah Sakit.

“Maafkan saya Ma. Saya tak bisa menolak kemauan mereka. Mereka memaksa saya Ma. Katanya demi rasa persahabatan dan solidaritas teman,” ujar Toni kepada Mama disampingnya. Matanya berkaca-kaca.

“Iya Sayang. Mama maafin kamu.”

“Toni janji Ma, tidak akan melakukannya lagi. Tidak akan memakai barang-barang itu lagi. Saya janji Ma, Pa.”

“Iya, Sayang, yang penting Toni harus segera sembuh. Ikuti saran dokter yaaa,” kata Mama Lisa.

Toni mengangguk. Sementara di sebelahnya nampak dokter Heri dan teman-teman Toni. Ada Lilis, Andi, Meylan, Anton, Ayumi, Jaka, Maria dan Dita.

“Kita wajib bersyukur, dengan peristiwa ini, menyadarkan kita semua untuk selalu berhati-hati dalam bergaul. Rasa solidaritas itu bagus, sebatas untuk hal-hal kebaikan,” kata dokter Heri.

Lilis dan teman-temannya menyimak penjelasan dokter Heri. Memang seringkali dia merasakan, pilihan yang sulit saat bergaul atas nama persahabatan. Menjaga perasaan teman, malah lupa mengingatkan jika teman itu salah langkah.

“Nak Toni, beruntung belum terlampau jauh mengkonsumsi narkoba itu. Namun jika tidak ketahuan, akibatnya bisa fatal ke depannya. Narkoba berbahaya bila disalahgunakan. Secara fisik akan membuat tubuh sakit. Secara mental akan berefek negatif, misalnya menyebabkan rasa malas, lupak tanggung jawab, tak punya kepeduliandan lain-lain. Mereka yang terlanjur menjadi pengguna narkoba, sesegera mungkin harus ikut programrehabilitasi pengguna narkoba,” jelas Dokter Heri.

“Teman-teman, saya malu. Saya sudah mengecewakan kalian. Saya sudah mengotori persahabatan baik yang kalian berikan,” kata Toni.

“Tidak Sob, kami cukup senang, bila kamu tidak mengkonsumsi narkoba itu lagi,” kata Jaka.

“Benar Ton, kejadian ini menjadi pelajaran kita semua,” sambung Dita.

“Yoii Bro. Santai saja. Kita tetap sahabatmu kok,” tukas Andi.

“Ya kami selalu akan menjadi sahabat Toni. Kami buktikan bahwa bersahabat dengan kami, teramat jauh lebih daripada bersahabat dengan Narkoba,” ujar Lilis.

“Narkoba tidak bisa menjadi sahabat kalian. Narkoba adalah penyakit yang harus disembuhkan. Bersahabatlah dengan teman-teman sebaik-baiknya. Persahabatan itu mengingatkan. Persahabatan itu menyayangi apapun kondisinya. Kalian generasi muda masa mendatang, memikul tanggungjawab bangsa nantinya. Maka dari itu, jadilah generasi yang membanggakan dengan memiliki sikap Anti narkoba untuk mewujudkan Indonesia bebas narkoba. Kalian bisa mendukung Badan Narkotika Nasional(BNN) dalam upaya untuk memberantas penyalahgunaan narkoba,jelas dr. Heri.

Mereka semua terdiam mendengar penjelasan dr. Heri. Berkecamuk dengan pikiran masing-masing. Membayangkan bagaimana nantinya nasib bangsa jika penyalahguna narkoba semakin marak. Narkoba adalah perusak bangsa yang canggih. Seperti senjata biologis yang mampu memusnahkan secara missal. Tak mengherankan jika kejahatan narkoba masuk dalam kategori kejahatan luar biasa.

“Lalu bagaimana kami mengenali para pecandu narkoba Dok, apa ciri-cirinya?” Tanya Jaka.

“Oya, pertanyaan bagus Jaka. Ciri-ciri pecandu narkoba yang gampang dikenali cukup mudah. Misalnya jalannya sempoyongan, selalu terlihat mengantuk, terdapat tanda bekas suntikan atau sayatan di bagian tubuh, mudah tersinggung, malas untuk belajar, sering bengong atau linglung, suka membolos di sekolah dan masih banyak lagi. Apabila mereka sudah mencapai tingkat ketergantungan narkoba,menyebabkan gangguan pada otak yang menimbulkan perubahan perilaku, pikiran dan perasaan. Efek ketergantungan ini sangat berbahaya,” jawab dr. Heri.

“Lalu apa yang harus kami lakukan Dok, jika ada kawan atau saudara kami mengkonsumsi narkoba?” Tanya Dita kemudian.

“Laporkan. Para pecandu itu harus dipulihkan. Jadi laporkan ke Instansi Penerima Wajib Lapor atauIPWL seperti Puskesmas, Rumah Sakit ataupun BNN. Pasal 55 Undang-Undang No. 35 tahun 2009 mengatakan bahwa setiap orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur atau pemakai narkoba yang masih kategori anak-anak wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) rumah sakit dan atau lembaga rehabilitasi medis dan lembaga rehabilitasi sosial (IPWL) yang ditunjuk oleh pemerintah. Dengan melaporkan maka kita berperan dalam penyelamatan terhadap mereka penyalahguna narkoba,” jelas dr. Heri.

“Melaporkan pecandu? Wah bisa dipenjara dong dokter?” Tanya Dita lagi.

“Ooo tidak. Bagi mereka para pecandu bukan dipenjara tapi harus direhabilitasi, dipulihkan dari penyakit kecanduan narkobanya. BNN, DPR dan lembaga lainnya telah mencanangkan tahun 2014 sebagai Tahun PenyelamatanPengguna Narkoba. Mendukung program itu maka pengguna narkoba lebihbaik direhabilitasi daripadadipenjara, tambah dr. Heri.

Mendengar penjelasan dr. Heri, Lilis dan teman-temannya terdiam. Masing-masing sibuk dengan bayangan menyeramkan, seandainya generasi seusianya salah jalan dengan terjerumus ke pemakai narkoba. Dalam hati, mereka bertekad untuk menjauhi narkoba. Turut mendukung program Anti Narkoba agar Indonesia Bebas Narkoba. Jika tidak, apa jadinya negeri ini di masa mendatang?

Salam Anti Narkoba. Indonesia Bergegas.

***

Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, jumlah pengguna narkotika di Indonesia saat ini sudah mencapai angka 4,5 juta orang. Angka ini meningkat signifikan selama 2 tahun terakhir. Hasil penelitian tahun 2008 jumlah penyalahguna narkoba mencapai 3,3 juta orang. Kemudian tahun 2011 menjadi 3,8 juta orang.

Faktor utama penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja karena pertemanan yang salah. Data dari Bareskrim Polri & Badan Narkotika Nasional 2013 menyebutkan tersangka narkoba berdasarkan jenjang pendidikan, setingkat SMU menduduki peringkat paling tingi: 60,13 persen.

Bogor - 23 Februari 2014

Ganendra

Sumber Gambar Ilustrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun