Mohon tunggu...
Ragil mangkubumi
Ragil mangkubumi Mohon Tunggu... Seniman - Curhatan saja

Aku seorang musisi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabatku Sedang Curhat

18 April 2020   21:02 Diperbarui: 18 April 2020   21:51 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jumat, 17 april 2020 pukul 21.00
Saya tengah menelpon sahabatku yang tinggalnya di pulo empang bogor
Dia perempuan kelahiran 1993. Ya maklumlah karena kita sudah lama tidak bertemu lagi. Aku dimalang dan dia di bogor. Kita bertemu partama kali pas rencana pendakian ke Semeru dan dari situ kita banyak merencanakan pendakian ke gunung-gunung yang lain. Ditengah terjadinya situasi seperti ini (adanya virus corona)rencana kita banyak yang terbengkalai, dan akhirnya dia memutuskan untuk lebih menikmati hidup di dalam ruangan tempat dia bekerja. Dia bekerja di klinik persalinan. Akhir-akhir ini Dia tengah giat-giatnya mendalami ilmu agama islam (manhaj salaf), meskipun bukan dari alumni pesantren bahkan dia memiliki masa lalu yang kelam dia mau bertaubat dan memutuskan untuk memakai cadar.

Di tengah percakapan kita saat itu, dia memulai bercerita tentang keresahan dirinya sebagai tenaga medis dibagian persalinan.
Tentu saja cerita itu membuat hati saya serasa ada yang menusuk perlahan dan sakit. Sungguh membuat saya menarik nafas panjang dan sembari saya usap dada ini

Bagaimana tidak,
Sebulan dia di gaji cuma 1 juta.
Tidak cukup di situ. Disaat situasi seperti ini yang seharusnya tenaga medis harus safety dalam perihal pakaian (APD), Dia sama sekali tidak mendapatkan kelayakan dalam hal safety.
Dari pihak pemerintah maupun bos yang memiliki usaha praktik klinik bersalin tersebut tidak pernah memikirkan hal ini.
Tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu, karena dia masih memiliki uang tabungan yang cukuplah buat membeli baju APD yang mungkin bukan standart WHO dalam urusan Covid, tapi itu cukup buat melindungi diri dari virus yang entah nantinya akan datang dari siapa dan darimana.

Pun tidak cukup disitu. Soal stok makanan tiap hari di tempat kerja, dia hanya diberi makanan ala kadarnya. Tahu tempe dan ikan asin serta beras itupun kalau dia mau bilang ke bosnya. Soal sayur dia harus memikirkan sendiri dan masak sendiri terkadang jika bosnya datang, beliau ikut makan masakannya tanpa berfikir sedikitpun kesehatan teman saya ini
Padahal kalau menurut saya, tenaga medis harus mendapatkan nutrisi yang bagus dari makananya. Sehingga dia tahan banting saat berada di depan menolong orang lain.
Bosnya tidak memikirkan hal itu justru malah memperkaya dirinya sendiri.
Sempat dia curhat begini, " pernah bos gue beli minuman C1000 satu kardus, tapi gue cuma di kasi satu botol doang, pernah lagi bos gue beli daging ayam, gue cuma di beri ikan asin doang, coba lu bayangin 1 tahun gue makan ikan asin?"

Tidak cukup itu sobat ....
Ketika ada pasien yang harus di rujuk ke rumah sakit, dia harus mengantarkannya ke rumah sakit dari pendaftaran, ambil obat sampai pulang. Apalagi ketika pasienya golongan menengah ke atas dan pakai BPJS, dia tidak lagi di manusiakan. Di suruh kesana kemari tanpa diganti ongkos apapun. Pernah juga ada pasien yang lupa bawa uang ke rumah sakit malah ngutang ke teman saya ini setelah dia dapat makian.
Belum lagi dia harus memikirkan sendiri kendaraan dari mana dan apa yang harus dia pakai untuk merujuk pasien.#

Mungkin ini tidak seberapa mengenaskan ya
Tapi coba kita fikirkan, diluaran sana saya yakin banyak sekali tenaga medis yang sangat tidak beruntung lagi. Lebih tidak beruntung lagi daripada teman saya ini

Next..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun