Mohon tunggu...
raga bagas
raga bagas Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surabaya Penuh, Tidak Kumuh

10 Desember 2017   19:06 Diperbarui: 12 Desember 2017   16:00 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kota surabaya adalah ibu  kota provinsi Jawa Timur. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di  indonesia setelah Jakarta, dengan luas 350,54 km dan jumlah penduduk  yang mencapai 3juta jiwa lebih. Daerah metropolitan Surabaya yaitu Gerbangkertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Menurut data kependudukan tahun 1990, kepadatan penduduk di Surabaya tercatat sebesar 7.568 jiwa/km2.

 Nilai  ini terus bertambah hingga berdasarkan data kependudukan tahun 2010,  kepadatan penduduk di Surabaya tercatat sebesar 8.462 jiwa/km2. Dengan  data tersebut, Kota Surabaya menduduki peringkat ke-13 berdasarkan  jumlah nilai kepadatan penduduk dari 92 kota besar lainnya yang ada di  Indonesia.

Penyebab padatnya penduduk tersebut berkaitan dengan  banyaknya bayi yang lahir di Surabaya dan maraknya migrasi atau  perpindahan penduduk dari kota lain menuju Surabaya. Namun, kepadatan  penduduk di Kota Surabaya mayoritas diakibatkan oleh tingginya tingkat  urbanisasi di wilayah ini.

Badan Pusat Statistik Surabaya  menyebutkan jumlah penduduk Kota Surabaya pada tahun 2011 sebanyak  3,024,321 jiwa, dengan jumlah penduduk datang 41,441 jiwa. Pada tahun  2012 sebanyak 3,125,576 jiwa, dengan jumlah penduduk datang 111,594  jiwa. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa pertambahan penduduk di  Surabaya hampir menyentuh angka 50,000 jiwa setiap tahunnya. 

Tentu  ini tidak terjadi begitu saja, melainkan ada beberapa faktor penarik  sehingga masyarakat luar Surabaya ingin pindah ke dan menetap di  Surabaya. Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan , indrustri dan  pendidikan di kawasan jawa timur. Dengan keadaan karakteristik kota  surabaya tersebut dapat menimbulkan daya tarik tersendiri bagi para  pendatang/perantauan dari luar daerah untuk memperbaiki kesejahteraan  hidupnya. Terbukti dengan salah satu siswa yang berasal dari Sidoarjo  lebih memilih untuk bersekolah di Surabaya, dengan alasan sekolah  favorit.

Saat ini, di Surabaya sendiri sering kita jumpai  orang-orang dengan beragam etnis, seperti etnis Melayu, Cina, India,  Arab, dan bahkan Eropa. Etnis Nusantara pun juga sering dijumpai,  seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi yang membaur  dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya yang  selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Namun, sebagian besar  imigran yang ada di Kota Surabaya adalah masyarakat Madura. 

Karena  Surabaya berbatasan langsung dengan Selat Madura dan ditunjang lagi  dengan fasilitas Jembatan Suramadu yang dapat mempermudah akses  masyarakat Madura menuju Surabaya. Maka masyarakat Madura dengan mudah  berimigrasi ke Kota Surabaya. Terbukti dengan salah satu kawasan yang  mayoritas penduduknya adalah orang Madura, kawasan tersebut adalah  kawasan Bulak Banteng.

Kepadatan penduduk yang berlebihan biasanya  berdampak pada semakin sempitnya lahan kosong yang tersedia, sehingga  menyebabkan para pendatang yang awalnya menginginkan hidup layak, malah  bernasib sebaliknya. Mereka bertempat tinggal dan beraktivitas di lokasi  yang illegal, seperti bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, dan  sebagainya. Menyebabkan sulitnya lokasi-lokasi tersebut terjangkau oleh  sarana dan prasana. Infrastruktur yang sering terjadi masalah adalah  drainase dan sanitasi persampahan. Sebagai bukti di lingkungan Bulak  Banteng. 

Akibat dari tingginya kepadatan penduduk di wilayah  tersebut, kualitas permukiman serta daya dukung lingkungan menurun. Hal  ini dapat dilihat dengan menurunnya kualitas air sumur dan sumber air  lainnya. Terbatasnya ketersediaan air bersih juga menyebabkan penduduk  sekitar terpaksa menggunakan air sungai untuk kegiatan MCK atau membeli  air bersih di pedagang air eceran. Selain itu banyaknya jumlah penduduk  di wilayah tersebut mengakibatkan seringnya terjadi kemacetan, terutama  saat jam kerja berlangsung.
            Para imigran sendiri  berpindah ke Surabaya untuk memperbaiki taraf hidup yang lebih baik.  Namun, tak jarang juga para imigran yang berpindah ke Surabaya taraf  hidupnya menjadi lebih buruk. Karena dengan adanya bukti bahwa beberapa  dari mereka masih tinggal di tempat tinggal yang illegal dan juga  semakin menambah jumlah pengangguran yang ada di Kota Surabaya.

Namun saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, akan mengetatkan  pemberian izin bagi warga luar kota yang ingin tinggal atau pindah  datang ke Surabaya. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil  (Dispendukcapil) Kota Surabaya, M Suharto Wardoyo mengatakan, setiap  penduduk yang datang ke Surabaya setelah ada surat keterangan pindah  dari daerah asal, kemudian meminta surat keterangan jaminan tempat  tinggal dari RT/RW lalu ke kelurahan.
Di kelurahan, petugas akan  memverifikasi tempat tinggalnya, termasuk pekerjaan yang bersangkutan,  kecuali bila ada keterangan formal pekerjaan dari perusahaan.

"Intinya,  di Surabaya betul-betul sudah ada jaminan tempat tinggal yang layak dan  juga sudah ada pekerjaan layak. Jangan sampai di Surabaya tidak ada  pekerjaan," tutur Suharto, Jumat, 8 September 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun