Mohon tunggu...
Rafly Febriansyah
Rafly Febriansyah Mohon Tunggu... Security - Scavenger Poem

Ada yang harus aku tuju, kemudian aku buat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pria Sumbang dan Gadis Kinantan

22 September 2019   06:35 Diperbarui: 22 September 2019   06:50 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: cocottecreative.fr

Aku, pria sumbang tanpa nama
berkaca, pada cermin yang berselisih dengan bayangan
dibalik jendela yang menempel dipojok rumah separuh baya
tubuhku disana bergelut dengan lalat-lalat bangkai.

Saat itu, bintang-bintang bersembunyi dibilik langit
Bulan turun tanpa sayap,
cahayanya berlumuran dibatang-batang pohon tak berbuah.
Seluruh gadis berpaling kepada tanah
kerupawanannya sekejap berubah menjadi kesumat.

Pak tua, penjahat berkedok perwira itu,
tunduk dengan wajah kusam agak pucat.

Pada benakku yang berterbangan, aku kelabakan.
Angin sembunyi di kolong tanah
Hujan kembali naik ke atas langit
Pria itu dicekam oleh gadis kinantan
Sebagian gadis lain berdiri melingkar dengan mengepal tanah bercampur batu.

Bapak itu merintih kepada daun
Anak kecil tak diundang, menangis dengan ampun.
" Kau pria, dengan tubuh gagah. Kelopak matamu akan merungus. "

Salahku apa? Kenapa aku mereka cekam setiba bulan turun? .
Para gadis itu mengangkat tangan dengan geram, ketika gadis kinantan itu mendekap wajahku.
Kepalan itu semakin kencang, aku mencoba rasakan kemana angin itu tertiup.
Tetap saja lemparan itu buta sasaran.

Delusi tak terarah, teka-teki sangat getir
sampai akhirnya lingkaran itu sepi
hanya gadis kinantan berdiri dalam sunyi.

" Beritahu aku kinanta, apa yang akan kau lakukan kepadaku? "
" Diamlah pria tampan, kau akan mengetahuinya nanti "

Ada terang yang tak kulihat
ada irama yang samar tak terdengar.

Kemudian gadis itu membuka dekapan wajahku
Lalu kulihat sesekali sinar bulan bergenang merona didalam mata.

" Tahukah kau pria sumbang, kenapa kau aku seret kemari? "
( Suara rintihan air menangis kepada awan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun