Mohon tunggu...
Rafli Marwan
Rafli Marwan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bahasa, sastra, dan Budaya

"Seorang Penulis dapat melihat segi-segi lain yang umum tidak mampu melihat (Pramoedya)"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jalan Pikiran Seorang Pemerkosa

21 Juli 2019   00:55 Diperbarui: 29 Juli 2019   02:29 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi pemerkosa itu mudah dan bebas, saya bisa melakukan kapan saja sesuai hasrat. Kalau hasrat membutuhkan pemenuhan, saya turutin walaupun orang-orang mengutuk saya. Tetapi kutukan itu tidak saya hiraukan. Buat apa hiraukan, memang dari awal saya punya niat kok.

Menjadi pemerkosa itu enak, apalagi orang seperti saya yang hidup di negeri bebas dari hukuman mati. Saya memerkosa perempuan cantik mendapatkan kenikmatan yang tak terhingga ditambah bebas dari hukuman mati. Sementara orang yang menghisap narkoba yang nikmatnya tidak seberapa, sudah terkena penyakit, ditambah hukuman mati.

Memang saya juga dihukum, seperti doa orang-orang agar Tuhan menghukum saya di neraka, tapi saya tak peduli karena kalau menghukum di Sana, lebih baik saya nikmatin hasrat di sini, nanti tua saya bertobat sebanyak-banyaknya setelah dokter menyembuhkan saya. Orang-orang juga menghukum dengan cacian dan makian, tapi orang seperti saya yang mendapat banyak kenikmatin, saya juga tak peduli. Begitu pula polisi yang menghukum dengan cara memenjarakan. 

Bagi saya penjara bukan hukuman, karena dibalik jeruji besi pun saya tetap bebas bukan? kecuali tangan dan kaki saya diikat dan digantung kaki diatas kepala dibawah selama bertahun-tahun. Memang kalau di penjara, anak-anak rutan menghantam saya, tapi itu hanya sementara, setelah itu saya bebas berkeliran di lingkungan penjara. 

Jadi hukuman seperti itu bagi saya sangat sepeleh dibandingkan dengan keenakan dan kenikmatan saya memerkosa anak orang, apalagi anak perawan. Saya memerkosa, masuk penjara dan keluar lagi, bebas.

Seperti sepuluh tahun lalu, mata saya tergoda dengan remaja berambut panjang, cantik dan menawan. Orang seperti saya yang dipanggil om ini tak mungkin berhasrat dengan remaja itu. palingan saya akan ditampar dan dianggap cabul. Tapi hasrat saya tetap butuh pemenuhan. Membayangkan keringat seksual menempel di tubuhnya, saya tak tahan. 

Akhirnya saya mencari cara dengan bersikap seperti lelaki pelindung bagi remaja cantik itu, dan dia pun demikian, menganggap saya sebagai om-om yang baik, tak memikirkan bahwa sebenarnya niat saya lain. Saya mencari kesempatan yang bagus yang bisa digoyang-goyang. Kalau masalah berteriak, palingan ditutup mulutnya dengan tangan sekitar lima menit langsung lemah. Perempuan memang begitu, awalnya keras, lama-lama lunak. Saya jauh lebih kuat, dia jauh lebih lemah, apalagi masih remaja. Ini sudah saya pertimbangkan dari awal. Kalau perempuan petinju, saya masih pertimbangkan dua kali.

Ketika situasi aman, saya langsung sergap tubuhnya, dia berontak, saya keluarkan jurus kekerasan, dia berteriak saya tutup dengan tangan. Kemudian saya goyang pelan-pelan, dan dia tergeletak menikmati layaknya istri saya. Setelah puas, saya tinggalkan dan melarikan diri. Tapi pelarian saya tak lama, polisi membekuk saya, dan memfonis lima tahun di penjara. Saya merasa lega. Lima tahun mana lama. Di penjara saya dikasih makan, diajarkan ilmu agama, dan lain-lain. Walaupun begitu, saya lihat ibu polwan, hasrat saya semakin menjadi. Bahkan saya semakin berani.

Setelah lima tahun jalani, akhirnya saya bebas, pulang kampung dan mencari perempuan untuk nikah supaya saya bisa bebas bergoyang-goyang. Saya kemudian kerja sebagai sopir. Tiap hari saya melintas dijalanan mencari uang. 

Walaupun begitu, uang saya cepat habis, mungkin karena terlalu boros. Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun ini, keborosan saya menyebabkan banyak hutang. Selain itu, saya pun sudah bosan bergoyang-goyang dengan perempuan satu itu saja. Hasrat saya sepertinya butuh perempuan lain.

Suatu hari, pagi-pagi sekali, saya mondar mandir mencari penumpang. Di emperan jalan ada remaja cantik ditemani beberapa orang sedang menunggu kendaraan. Saya berhenti, tapi yang naik cuma remaja itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun