Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Berhalusinasi dalam Kemenangan

19 April 2019   01:49 Diperbarui: 19 April 2019   02:42 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pertarungan politik skala nasional wajar bila ada saling klaim kemenangan. Meskipun menurut survei angka prolehan suara dimenangkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, di pihak Prabowo-Sandi mengklaim kemenangannya 62 persen berdasarkan hitung internal BPN. Itu wajar-wajar saja, karena pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum dimulai.

Saat ini KPU sedang melakukan proses perhitungan, pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 2 Prabowo-Sandi sudah mengumbar keinginan jika nantinya dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Periode 2019-2024.

Sebelum dilantik sebagai Presiden ke-8, Prabowo menegaskan memburu para koruptor hingga ke Antartika sekalipun. Baginya, Indonesia sedang mengalami sakit kronis karena digerogoti koruptor.

Jika ditelusuri fakta sebenarnya, memang benar. Koruptor digambarkan seperti debu menembel ditembok istana negara. Setiap hari harus dibersihkan untuk menjaga para tamu agar tidak bersin atau iritasi kulit. Begitulah koruptor menurut Prabowo.

Tidak bisa dilupakan, ancaman jaringan korupsi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) patut jadi bahan perhatian Prabowo. Ketegasannya sebagai Presiden bisa saja mengunci pagar kantor KPK agar tidak dimasuki penyusup. Belum lagi korupsi di senayan, bisa saja anak buahnya sekalipun dipaksa mengaku telah korupsi.

Dibidang pangan, energi, infrastruktur, lingkungan hidup dan air pastinya akan ditepati Prabowo dan Sandi sebagai partnernya dibidang ekonomi. Muara dari janjinya itu adalah menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Tidak ada lagi kemiskinan merajalela hanya karena tekanan perusahaan atau investor asing.

Kolaborasi indonesia optimis meyakinkan masyarakat bisa mencapai kesejahteraan. Sandi lebih jago mengurusi persoalan ekonomi. Sementara Prabowo memiliki segudang strategi yang bisa dipadukan dengan strategi ekonomi Sandi.

Begitulah kejadiannya jika Prabowo-Sandi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Betapa indahnya Indonesia jika kesejahteraan itu benar-benar nyata dirasakan masyarakat. Harga terjangkau, akses ekonomi mudah, dominasi kekayaan alam tidak jatuh ditangan pihak asing, dan segelintir angan-angan bagaimana Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Sementara Jokowi, saya fikir tidak perlu repot-repot berjanji. Apa yang telah dicapai selama memimpin lima tahun ini jadi cerminan masyarakat tentang apa yang sedang dipikirkan Jokowi kedepan. Kepastian pembangunan, infrastruktur, ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya telah berada dalam geggamannya. Buktinya lumayan banyak, seperti Bandara, pelabuhan, jalan tol, kebutuhan pangan terjamin dan lain sebagainya. Jadi untuk apa Jokowi bicara banyak. 

Patut dipertanyatakan apa yang bisa dilakukan Ma'ruf Amin jika kelak dilantik sebagai Wakil Presiden. Dalam hati kecil orang banyak, ada rasa pesimis bisa membatu Jokowi memimpin negara ini. Track record di dunia politik maupun pemerintahan hampir tidak ada datanya. Bahkan ulasanannya pun hampir tidak ada. Jujur atau tidak, itu yang terjadi. Mau mengelak, silahkan saja, tunjukkan data dan ulasannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun