Mohon tunggu...
Muhammad Rafiq
Muhammad Rafiq Mohon Tunggu... Jurnalis - Bersahabat dengan Pikiran

Ketua Umum Badko HMI Sulteng 2018-2020 | Alumni Fakultas Hukum Universitas Tadulako | Peminat Hukum dan Politik | Jurnalis Sulawesi Tengah

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Mencermati Nalar Kritis Dua Capres

14 Februari 2019   17:29 Diperbarui: 15 Februari 2019   04:24 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun debat kedua Pilpres akan digelar Minggu (17/2/2019), tim sukses kedua capres sudah saling berdebat dan mengumbar sisi kelemahan. Tak ayal, prediksi tentang apa saja gagasan Jokowi dan Prabowo dalam debat kedua ini mulai bermunculan satu persatu.

Sebelumnya, Jokowi dan Prabowo sudah salin bertemu berbicara banyak soal gagasan dalam debat 2014 lalu. Tidak sedikit yang menyebut debat kala itu hanya sebatas wacana belaka. Jika Jokowi disinggung dengan hal ini, tentu semua orang akan berkata setuju, Jokowi tidak pandai berkata-kata. Kalau Prabowo, bisa saja diuntungkan kosa kata sedemikian rupa.

Namun pada kenyataannya, Jokowi yang menang dan membuktikan dirinya tidak perlu banyak berkata-kata jika menginginkan Indonesia baik. Sementara Prabowo harus gigi jari menyaksikan lawannya terjun ke lapangan sekadar membuktikan kata-kata.

Meskipun telah memenangkan kursi nomor satu, tidak membuat Prabowo diam begitu saja. Segala kajian strategi dipersiapkan sedemikian rupa untuk mengkaji segala apa yang dikerjakan Jokowi.

Jokowi sebagai petahana, tentu memiliki sederet capaian dan keberhasilan selama lima tahun. Sebagaimana tema yang diangkat dalam debat Pilpres kedua ini diantaranya infrastruktur, energi, pangan, sumber daya alam serta lingkungan sudah dikerjakan Jokowi.

Lain halnya Prabowo, segala pengetahuan tentang itu hanya didapat lewat gerakan ekstra pemerintahan dan posisinya sebagai kelompok penyeimbang. Tentu segala capaian Jokowi harus dilihat dari sisi lain.

Infrastruktur: Hutang atau Rakyat

Banyak penilaian atas program di bidang infrastruktur Joko Widodo tak sesukses yang digembar-gemborkan orang banyak. Seperti peneliti Network for South East Asian Studies (NSEAS), Muchtar Effendi Harahap banyak program infrastruktur tidak mencapai target. Misalnya, pembangunan proyek strategis nasional (PSN) tidak berjalan mulus sepanjang 2018. Pada Januari-Oktober 2018 hanya ada 2 PSN baru rampung dikerjakan. Bila dihitung sejak 2016, total rezim Jokowi baru menyelesaikan 32 PSN.

Tapi tidak sedikit juga yang menganalisa program pembangunan infrastruktur Jokowi mendapat apresiasi. Chief Economist PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Fithra Faisal Hastiadi menyebut keberhasilan pembangunan infrastruktur Jokowi, di antaranya proyek air bersih dan irigasi, proyek ketenagalistrikan, proyek infrastruktur bandara, proyek infrastruktur pelabuhan, dan proyek di sektor transportasi perkotaan.

Melihat semua capaian ini, Prabowo akan membantah semuanya dengan dalih seluruh pembangunan yang diinginkan Jokowi bersumber dari hutang, bukan dari uang rakyat. Mudah saja bagi Prabowo untuk membuktikan kegagalan Jokowi dibidang ini, salah satunya enam BUMN besar yang tercatat memiliki utang (liabilities) Rp291,7 triliun pada kuartal I 2018 atau tumbuh 68 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp173,2 triliun.

Penyematan istilah Menteri Pencetak Hutan kepada Menteri Keuangan, Sri Mulyani sebagai sebuah kenyataan yang harus diungkapkan Prabowo. Apabila Jokowi menyatakan dirinya berhasil membangunan Indonesia karena rakyat, maka Prabowo harus menyinggung keberhasilan itu diraih karena hutang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun