Mohon tunggu...
Rafiq Al Aziz
Rafiq Al Aziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswa

Mahasiswa AMIKOM Yogyakarta, Program Studi Ilmu Komunikasi (19.96.1579), Fakultas Ekonomi Sosial

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lingkungan Dikelola Makhluk Berakal

22 April 2021   12:29 Diperbarui: 22 April 2021   12:38 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bumi merupakan suatu tempat yang telah diciptakan sebagai tempat tinggal mahkluk hidup. Akibatnya, terbentuklah lingkungan-lingkungan di atas muka bumi yaitu kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan harus dijaga keseimbangannya agar suatu kehidupan dapat berjalan dengan baik.

Manusia mahkluk yang diciptakan paling sempurna, dilengkapi akal untuk bertahan hidup dan mengelola lingkungan tempat tinggalnya dengan baik. Saking cerdasnya, bahkan manusia dapat memiliki dan memanfaatkan sesuatu yang seharusnya tidak dimiliki dan dimanfaatkannya. Karena keserakahan itulah kadang manusia lupa untuk berpikir tentang akibat atas perbuatannya itu.

Kita simak ulah dari mahkluk cerdas itu, memanfaatkan semua lahan sebagai tempat sampah dan menggunduli pohon di hutan yang berakibat banjir, membangun rumah mewah dengan kaca berakibat pemanasan global. Terbukti bahwa sampah salah satu sebab utama penyebab banjir, tercatat oleh merdeka.com banjir Jakarta hasilkan 50 ribu ton sampah dan tercatat pula suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir dan masih banyak lagi ulah dari manusia yang tidak memikirkan akibat perbuatannya. Dengan kata lain, kebanyakan manusia sudah tidak peduli dengan lingkungannya dan hanya mementingkan ego pribadi.

Terlebih lagi kondisi pandemi saat ini, manusia merasakan krisis berkepanjangan, krisis ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Akibat perbuatannya sendiri yang tak peduli dengan lingkungan sekitar tapi kali ini alam bersuara setelah sekian lama terdiam atas perbuatan tangan manusia, berharap manusia dapat mengambil pelajaran atas peristiwa peristiwa yang telah terjadi. Lalu, apakah dengan ini manusia dapat tersadar atas ulahnya selama ini, lantas menyesal untuk tidak mengulanginya lagi?. Tidak, masih banyak manusia diluar sana yang merusak lingkungan untuk keinginan pribadinya, karena semua sektor kehidupan sangat krisis dimasa pandemi ini. Maka, manusia berusaha bertahan hidup dengan kecerdasannya memanfaatkan celah sekecil apapun untuk menuruti egonya, walaupun dengan cara yang tak sepantasnya dilakukan tanpa memperhatikan sebab akibat perbuatannya itu.

Lalu dengan cara apalagi untuk membuat manusia sadar?, sadar bahwa perlakuannya selama ini merugikan lingkungan yang akibatnya juga akan kembali kepada umat manusia. Apakah perlu menunggu hancurnya lingkungan yang manusia tinggali, dengan kata lain setelah umat manusia tidak punya tempat tinggal lagi, harapannya itu tidak perlu terjadi, dengan berbenah perilaku manusia saat ini yang merugikan lingkungan demi ego pribadi.
Bumi ini telah sampai pada masa senjanya. Apa yang dimiliki bumi telah diberikan kepada manusia, akan tetapi manusia membuatnya hampir sirna. Pencemaran dimana-mana, udara, tanah, dan juga air. Temperatur bumi telah naik hampir tiba pada puncaknya.

Bumi telah sakit sekian lama atas perbuatan manusia, jangan memperpendek waktu bumi untuk memberi tempat tinggal mahkluk hidup. Mungkin jika bumi dapat menangis ia telah menangis sekencang kencangnya. Mari, kita manusia yang memiliki akal untuk berpikir dan kecerdasan untuk melakukan sesuatu, bertindaklah dengan akal serta kecerdasan ini agar tidak mengulang kesalahan yang sama, biarlah ulah kita terdahulu menjadi pembelajaran. Lalu, kita pandang masa depan didepan sana, untuk menyiapkan lingkungan yang baik dan memperbaiki kesalahan umat manusia dimasa lalu untuk generasi yang akan datang. Cukuplah generasi kita dan sebelumnya saja yang merusak lingkungan, mari kita didik generasi setelah kita dan seterusnya untuk cinta dengan lingkungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun