Mohon tunggu...
Rafika SN
Rafika SN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MAHASISWA UIN WALISONGO

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pola Asuh Orangtua Maudy Ayunda Berdasarkan Teori Psikososial Erik Erikson

19 April 2021   13:30 Diperbarui: 19 April 2021   14:07 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nama: Rafika Setiya Ningrum
NIM : 1903016052
FITK/UIN Walisongo Semarang (Pai 4B)


A. PENDAHULUAN
          Keluarga adalah lingkungan pertama yang dimiliki dan paling dekat dengan anak. Sebuah keluarga sangat mempengaruhi kondisi perkembangan anak. Keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, begitupun sebaliknya. Jika keluarga memiliki hubungan  yang hangat dan harmonis kemungkinan besar akan  menghasilkan  anak yang  bersifat hangat, santun, lemah  lembut, dan sebagainya. Sebaliknya jika hubungan keluarga sangat dingin, penuh dengan amarah dan kebencian akan  menghasilkan  sifat anak yang temperamen ataupun pemurung.
          (Tiara Emiliza,2019) Pada dasarnya manusia dalam kehidupan mengalami berbagai tahap tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak. Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan perkembangan dan kemandirian adalah sangat penting. Pencapaian suatu kemampuan untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari pada anak berbeda-beda dan anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang tetapi juga tegas agar anak tidak mengalami kebingungan.
          Zubaedi dalam bukunya Strategi Taktis Pendidikan Karakter menyatakan bahwa perkembangan karakter anak berproses melalui interaksi sosial dalam lingkungannya, karena lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang positif. Karakter terbentuk sebagai hasil pemahaman dari hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan dan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak dini, biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Mendidik anak dengan baik dan membantu mengoptimalkan perkembangan anak adalah hal yang wajib dilakukan oleh orang tua. Orang tua harus aktif berinteraksi dan memancing anaknya untuk berfikir mengenai apapun, dan mengobrol mengenai berbagai hal. Mendukung semua keputusan anak asalkan itu hal positif, selalu menciptakan perasaan dimana anak akan merasa bahwa orang tuanya akan selalu dibelakangnya adalah juga kunci utama dalam keberhasilan menciptakan sebuah kepribadian yang positif..

B. PEMBAHASAN
          Keberhasilan dalam mendidik anak bisa dilihat dari tingkah laku maupun cara berfikir yang dilakukan oleh anak. Ketika orang tua aktif dalam berinteraksi dengan anak maka anak pun akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan merasa nyaman berada di dekat keluarganya. Misalkan seperti yang dirasakan oleh Maudy Ayunda, orang tuanya berhasil mendidik hingga ia diperebutkan oleh 2 universitas bergengsi di dunia yaitu Harvard dan Stanford. Orang tua Maudy sering mengajaknya mengobrol untuk menentukan suatu hal yang di inginkan. Bahkan ia bersama dengan adiknya juga diminta untuk menemukan pemecahan masalah pada hal-hal sederhana. Dulu sosok Maudy adalah anak yang pemalu namun berkat dukungan dan dorongan orang tuanya lah yang menjadikan ia anak yang berbakat hingga ia bisa masuk dunia televisi.
          (Nita Febriani, 2019) Maudy " Menurut mama aku harus punya kepekaan sosial jadi mama selalu ajak aku untuk berinteraksi dengan anak lain di luar kehidupan sehari-hari. Diajak untuk melihat dunia secara luas."
          (Adisty Titania) mengungkapkan bahwa Maudy Ayunda mengatakan "Kalau aku evaluasi ke diri sendiri, sepertinya ada dua hal yang selalu diterapkan oleh orang tua aku sejak aku kecil. Dari dulu, orang tua aku khususnya mama tipe orang yang senang sekali ngajak ngobrol. Apalagi kalau ngomongin soal kekayaan interaksi dengan orang tua, aku ini dari kecil kaya akan interaksi. Dari dulu, sejak aku kecil saat bermain mama aku memang sering melakukan interaksi dengan aku, misalnya bermain role play. Dan sampai sekarang ini, orang tua aku selalu melibatkan anaknya dalam hal problem solving. Bahkan dari hal-hal kecil. Misalnya kalau mau ada acara keluarga lalu mau makanan apa saja. Makanan yang cocok dikombinasikan dengan jeni makanan lainnya. Hal ini sih sebenernya sederhana banget, tapi buat mikirin itu bisa ngabisin 30 menit sendiri loh. Kenapa harus makanan padang yang dipilih, kenapa nggak makanan lainnya? Ini mungkin hal sederhana, tapi akan terbawa pada diskusi lainnya yang lebih berat dan penting. Dari dulu, culture of problem solving di dalam keluarga tuh memang selalu ada sejak aku masih kecil. Orang tua aku juga selalu menanamkan pentingnya yang namanya keseimbangan. Dulu aku saat aku lagi sibuk sekolah, maunya belajar melulu. Lalu saat dapat tawaran untuk main film, mama juga yang mendorong aku untuk ambil kesempatan.. Waktu itu dalam filmya Untuk Rena, ia berperan sebagai anak yatim, syutingnya dua bulan di panti asuhan di Cipanas. Disana aku bia dapetin banyak pelajaran. Belajar kerja, belajar tanggung jawab, dan juga di sana kepekaan sosial aku benar-benar di asah. Dengan banyak anak-anak yang kurang beruntung. Waktu itu aku masih 9 Tahun dan syuting selama 2 bulan bersama temen-temen disana. Tidur bareng, main sama kerbau dan main lumpur, begitu pulang aku tuh nangis. How come? Soalnya aku bisa pulang ke rumah yang nyaman, sementara temen-temen aku yang lain masih harus di panti asuhan. Pengalaman pertama aku syuting film itu emang bener-bener memberikan pelajaran berharga buat aku. Dari sana aku juga bisa belajar apa aja yang bisa aku lakukan untuk membawa perubahan baik untuk orang-orang di ekitar. Dan ini akhirnya bisa terbawa sampai sekarang."        
          Orang tua memiliki kunci utama dalam perkembangan anak, Menurut penulis berdasarkan topik di atas jika kita lihat pola asuh orang tua Maudy dan ditinjau dari teori Psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson, bahwa yang dilakukan oleh orang tua Maudy adalah cara yang tepat untuk mendukung perkembangan anak. Dikutip dari Jurnal Idrus Qaimuddin: Teori Perkambangan Sosial/Psikososial Erik Homberger Erikson, Vol.2, No.1,2020, dijelaskan bahwa Erik Erikson membagi 8 tahapan:
1. Trust vs Mistrust usia 0-1 Tahun
          Dalam tahap ini Erik Erikson berpendapat bahwa bayi membutuhkan pengasuhan dan kehangatan, jika orang tua bisa memenuhi kebutuhan terebut maka anak akan mengembangkan kemampuan kepercayaannya.
2. Autonomy vs Shame usia 2-3 Tahun
          Pada tahap ini anak akan belajar mengontrol diri dan tubuhnya sehingga orang tua dituntut untuk melatih mengontrol keinginan dan kemandirian anaknya.
3. Initiative vs Guilt 3-6 Tahun
          Pada tahap ini anak akan belajar mengenai sebuah perencanaan dan juga bagaimana cara ia melaksanakan ataupun merealisasikan apa yang telah ia rencanakan. Bila tahap ini gagal maka akan akan mengalami ketakutan dalam mengambil sebuah keputusan sehingga orang tua dituntut untuk terus meyakinkan dan mendukung bahwa apapun yang diputuskan oleh anak adalah hal yang harus bisa dipertanggungjawabkan walaupun gagal nantinya. Sehingga anak akan merasa percaya diri.
4. Industry vs Inferiority (6 Tahun-Remaja)
          Pada tahap ini anak akan menemukan banyak pengalaman baru, mereka akan aktif berpetualang dan aktif belajar hal baru oleh karena itu orang tua beserta gurunya juga harus bisa mendampingi dan mengarahkan kepada hal-hal yang positif.
5. Identity vs identity confusion (10-20 Tahun)
          Pada tahap ini, anak akan memulai mengenali diri tentang siapa ia sebenarnya dan untuk apa ia melangkah di hidup ini. Sehingga orang tua perlu mendukung peran yang sedang di jelajahi sang anak.
6. Keintiman vs Isolasi (20-30 Tahun)
          Pada tahap ini, anak akan memulai hubungan keakraban dengan orang lain. Erikson menggambarkan keintiman sebagai menemukan jati diri dan sekaligus kehilangan diri dalam diri orang lain. Jika memiliki persahabatan yang sehat maka akan tercapai sebuah keintiman.  
7. Generativitas vs Stagnansi  (40-50 Tahun)
         Pada tahap ini kepedulian utamanya adalah membantu  generasi yang lebih muda dalam mengembangkan dan mengarahkan kehidupan menjadi berguna. Sebaliknya Stagnansi adalah perasaan bahwa dirinya tidak berbuat apa-apa untuk membantu generasi mendatang disebut stagnansi.
8. Integritas vs Keputusasaan (60 Tahun keatas)
          Dalam tahap ini, seseorang bercermin pada masa lalu dan menyimpulkan baha ia telah menjalani hidup dengan baik, atau sebaliknya menyimpulkan baha hidupnya belum dimanfaatkan dengan baik.
          Dengan pola pendidikan dari keluarga yang seperti itulah yang menjadikan Maudy merasa beruntung karena ia memiliki orang tua yang mengajarkan cara berpikir kritis, dan sejak kecil ia sudah terbiasa untuk menentukan sebuah keputusan. Dari sikap orang tuanya yang mendukung Maudy untuk melakukan syuting hingga 2 bulan lamanya, dari situlah Maudy mendapatkan banyak hal. Mulai dari berpetualang seperti yang dipaparkan Erik Erikson di teorinya Industry vs Inferiority (6 Tahun-Remaja) hingga timbulnya sebuah kepercayaan, kemandirian juga kepekaan sosial yang masih terbawa hingga ia tumbuh dewasa.      
Menurut penulis dari aspek 1-6 yang dikemukakan oleh Erik Erikson sudah dipenuhi oleh orang tua Maudy dalam mengasuh anaknya. Mulai dari kebebasan memilih, mengambil keputusan, sebuah dukungan ataupun yang lainnya. Sehingga tercipta seorang Maudy Ayunda yang sekarang. Perkembangannya sangat berhasil dan juga memberikan efek positif baik dari segi kecerdasan maupun tingkah lakunya. Seorang Maudy yang dulunya pemalu namun ia berhasil percaya diri dan menjadi penyanyi terkenal. Tidak berhenti disitu, terbukti dari keberhasilan Maudy yang diperebutkan 2 Universitas ternama yaitu Harvard dan juga Stanford juga menjadi kebanggaan sekaligus penghargaan atas keberhasilan orang tuanya dalam mendidik. Dan pada akhirnya ketika ia memilih universitas Stanford, keputusan tersebut pun juga didukung oleh orang tuanya.


C. Kesimpulan
          Dari Pembahasan diatas bisa kita tarik kesimpulan bahwa lingkungan keluarga benar-benar mempengaruhi proses perkembangan anak. Tidak hanya itu, kepekaan dan juga kepiawaian orang tua dalam mengasuh anak juga menjadi faktor utama untuk membentuk kepribadian positif dari anak. Dari 8 tahapan tersebut semuanya harus terpenuhi karena jika tidak maka seseorang akan memiliki ketidakseimbangan dalam kepribadiannya.
          Dikutip dari Jurnal Pendidikan Khusus: Perkembangan Psikososial anak. Vol.5, No.2.2017. Perkembangan psikologi manusia dipengaruhi salah satunya oleh interaksi sosial. Keluarga sangat berperan penting dalam perkembangan psikososial anak. Hubungan dengan orang tua atau pengauhnya merupakan daar bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Salah satu aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah pola asuh. Perkembangan moral seorang anak juga dipengaruhi oleh lingkungan. Pertemanan mempunyai arti penting dalam perkembangan sosial anak-anak. Jika anak tidak dapat beradaptassi dengan baik dengan lingkungannya, anak akan membentuk perilaku yang bermasalah dan proses belajarnya akan terganggu.  
          Diusia 26 Tahun 1-6 Tahap sudah dilalui Maudy dan tingkat keberhasilan dari orang tuanya dalam mendidik sudah tebukti adanya. Jadi bisa disimpulkan bahwa memang pola asuh orang tua sangat mempengaruhi perkembangan psikososial anak.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
       
                                                                                                   

D. Daftar Pustaka
Emiliza, Tiara. 2019. Konsep Psikososial Menurut Teori Erik H.Erikson Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Tinjauan Pendidikan                   Islam.Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Tadris: Bengkulu.
Febriani, Nita.2019. Pantas saja cerdas! Ternyata ini Pola Asuh Yang diterapkan Ibu Maudy Ayunda.
Riendravi, Scania. 2017. Jurnal Pendidikan Khusus: Perkembangan Psikososial Anak..Vol.5, No.2.
Titania, Adisty.Ternyata ini yang sebabkan Maudy Ayunda berani "bersuara" dan mengecap pendidikan tinggi.
Yusuf, Yahyu Herliany. 2020. Jurnal Idrus Qaimuddin: Teori Perkambangan Sosial/Psikososial Erik Homberger Erikson.Vol.2.No.1.
Zubaedi.2017. Strategi Taktis Pendidikan Karakter. Depok:Rajawali Pers

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun