Mohon tunggu...
Rafika Septiani
Rafika Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hi selamat datang

Take care of your self✨

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemikiran Tan Malaka dalam Aksi Massa

10 Mei 2022   12:03 Diperbarui: 10 Mei 2022   12:06 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tan Malaka lahir di Suliki, Sumatera Barat pada tahun 1897. Setelah tamat sekolah, Tan Malaka melanjutkan pendidikannya di Harleem, Belanda pada tahun 1913. Enam tahun kemudian ia kembali ke Indonesia untuk menjadi guru bagi anak-anak kaum buruh perkebunan di Sumatera.

Tan Malaka semasa hidupnya telah banyak menghasilkan karya tulis tentang pemikiran-pemikirannya. Salah satunya adalah buku Aksi Massa yang ia tulis sekitar tahun 1926, saat Tan meloloskan diri dari Indonesia dan masuk ke Singapura dengan menggunakan nama Hasan Gozali.

Dalam pemikirannya usaha perebutan kekuasaan dengan cara yang radikal bukan solusi terbaik. Radikal itu adalah satu aksi segerombolan kecil yang bergerak diam-diam dan tak terhubung dengan rakyat banyak. Gerombolan itu bisanya hanya membuat rencana menurut kemauan dan kecakapan sendiri tanpa memedulikan perasaan dan kesanggupan massa.

Menurut Tan, segerombolan yang radikal itu lupa bahwa revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai macam keadaan. Agar sebuah gerakan dapat mencapai tujuannya, Tan Malaka menawarkan aksi massa sebagai solusinya. Karena "aksi massa berasal dari orang banyak untuk memenuhi kehendak ekonomi dan politik mereka".

Bagi Tan Malaka revolusi bukan saja menghukum, sekalian perbuatan ganas, menentang kecurangan dan kelalilaman, tetapi juga mencapai segenap perbaikan dari kecelaan. Didalam masa revolusi lah tercapai puncak kekuatan moral, terlahir kecerdasan pikiran dan teraih segenap kemampuan untuk mendirikan masyarakat baru. Revolusi adalah mencipta.

Menurutnya revolusi Indonesia sebagian kecil menentang sisa-sisa feodalisme dan sebagian yang terbesar menentang imperialisme Barat yang lalim. Ia juga didorong oleh kebencian bangsa Timur terhadapa bangsat Barat yang menindas dan menghina mereka.

Pati (inti) revolusi (sekurang-kurangnya di Jawa) harus dibentuk oleh kaum buruh industri modern, perusahaan dan pertanian (buruh mesin dan tani). Benteng-benteng politik terutama ekonomi imperialisme Belanda, hanya dapat dipukul oleh kaum buruh.

Revolusi Indonesia yang memperoleh kemenangan mendatangkan perubahan yang tepat dalam perekonomian, politik dan sosial pada waktu kecerdasan kapitalis krisis. Bila kaum buruh tetap giat, Dapatlah mereka memegang peran yang terpenting.

Pekerjaan yang berat sekali bagi kaum revolusioner yang akan membawa seluruh rakyat Indonesia kepada garis-garis yang sesuai dan selaras dengan aksi-aksi marxistis. Ia mudah tergelincir menjadi tindakan cari untung dan anarki.

Kelebihan aksi massa daripada putch (anarkis) ialaha bahwa dengan aksi massa perjuangan kita dapat dijaga, sedangkan dengan kekerasan kita hanya akan memperlihatkan iri kepada musuh, didalam aksi massa, pemimpin boleh bertahan sekian jauh menurut kepatutan yang perlu di waktu ini. Ia selamanya dapat menentukan berapa jauh ia boleh mengadakan tuntutan politik dan ekonomi tanpa tidak menanggung kerugian besar (pengorbanan mesti ada dalam tiap-tiap aksi massa). Dan ia tidak kehilangan hubungan dengan massa. Demikian pun, hubungan antara massa itu sendiri tidak putus.

Aksi massa membutuhkan pemimpin yang revolusioner, cerdas, tangkas, sabar dan cepat menghitung kejadian yang akan datang, waspada politik. Ia harus juga bekerja dengan kekuatan nasional yang sudah ada dan tidak mengharapkan kekuatan yang sekadar lamunan. Selanjutnya, ia harus mengetahui tabiat massa yang dipimpinnya (mengetahui waktu dan cara bagaimana reaksi rakyat terhadap kejadian-kejadian politik dan ekonomi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun