Mohon tunggu...
Rafika Meldy
Rafika Meldy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab UIN RMS Surakarta

Saat raga dibekukan, maka tulisan yang mampu terus dialirkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Dakwah Milenial Anak Milenial

26 Juli 2021   20:22 Diperbarui: 26 Juli 2021   20:49 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selamat  pagi  pemuda  Islam  Indonesia,  apa  kabar?  Masihkah  panas dengan isu politik saat ini? Mungkin saja dan bisa jadi hal itu membuat kita lupa bahwa kita termasuk pemuda yang beruntung  karena akan  menjumpai masa bonus  demografi Indonesia. Hal ini telah diprediksi   akan  terjadi   pada tahun 2030-2040, yang disampaikan oleh Thohir Afandi selaku kepala Biro Humas dan Tata Usaha Pimpinan Kementerian PPN/Bappenas saat siaran Pers pada 22 Mei 2017.

Bonus   demografi   adalah  keadaan  jumlah penduduk  usia  produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia   di bawah  15  tahun  dan  di  atas  64  tahun).  Pada  periode  tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari  total   jumlah penduduk  yang  diproyeksikan  sebesar  297  juta  jiwa. Lumayan besar ya!.

Bonus demografi akan kita jumpai sepuluh tahun lagi, tentu saja semua rakyat Indonesia mengharapkan bonus demografi itu bisa memberi dampak baik bagi bangsa kita. Sangat disayangkan jika hal ini dilewatkan begitu saja tanpa persiapan sama sekali. Terutama bagi kita yang masih rentang usia muda yakni usia antara 18-30 tahun.

Saat ini yang sedang marak di kalangan pemuda adalah penggunaan gadget, hal ini bisa dilihat dengan jelas melalui akun media sosial masing- masing dan juga kenyataan fisik anak muda ketika keluar rumah yang sulit lepas dari gawainya. Saat makan di restoran, saat kuliah di kampus, saat berbelanja, pemandangan anak muda sedang asik bermain gawai sudah tidak asing lagi. Saat ini juga gadget adalah kebutuhan yang harus dipenuhi, apalagi dengan keadaan pandemi Covid-19 yang segala hal diarahkan melalui online, belajar online, belanja online, mengurus surat kependudukan online, bahkan perlombaan- perlombaan juga banyak yang dialihkan melalui via online.

Lalu apa korelasi antara bonus demografi dengan penggunaan gadget oleh para pemuda? Masih ingat tentang pidato bung Karno " Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia". Dari isi penggalan pidato itu bisa kita simpulkan bahwa pemuda mempunyai daya juang yang tinggi, fisik yang masih kuat, pikiran yang masih jernih dan kesibukan belum padat. Jika para pemuda diberi pendidikan yang baik dan bisa mempunya karakter yang baik pula, maka para pemuda akan menjadi sumber kekuatan bangsa ini. Dengan banyaknya jumlah pemuda di Indonesia yang menggunakan gadget ataupu media komunikasi lainnya, hal ini menjadi peluang yang baik untuk media dakwah Islam di Indonesia. Seperti yang telah disampaikan oleh Fathul Wahid bahwa memasuki milenium baru, dunia dakwah sedang menghadapi tantangan baru yang sifatnya lebih sistematik. Tantangan ini lebih pada persoalan implementasi   dakwah  dalam  milenium  teknologi  komunikasi  dan informasi. Pengkajian  kembali  tentang  pengertian,  ruang  lingkup,  dan  metode dakwah perlu terus dilakukan. Dakwah diera globalisasi dimana dunia semakin lama sebuah masyarakat yang tanpa batas dan umat manusia hidup didalam dunia yang semakin menciut kadar keimanannya. Terutama disebabkan oleh lajunya perkembangan teknologi, komunikasi, informasi, dan transformasi. Adapun kunci dari keberhasilan dalam pengembangan dakwah diera reformasi tidak lain ialah dengan pemanfaatan manajemen dakwah modern. (Fathul Wahid, 2004)

Salah satu media sosial yang bisa dijadikan media dakwah modern adalah Instagram. Saat ini media sosial yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi di telinga anak muda bahkan orang nomor satu di negeri ini, Bapak Jokowi juga salah satu pengguna aktif media sosial ini. Instagram adalah media yang bisa untuk mengunggah gambar, video, tulisan dan bisa juga untuk berkomunikasi secara virtual baik melalui live streaming ataupun melalui kolom kementar. Media dakwahpun tidak dibatasi hanya melalui lisan dan  tindakan, namun bisa juga dengan media sosial.

Artikel yang dirilis di Kompas.com dijelaskan bahwa sampai dengan November 2019, jumlah pengguna aktif bulanan Instagram di Indonesia dilaporkan telah mencapai 61.610.000 . Setidaknya demikian menurut laporan terbaru dari NapoleonCat, salah satu perusahaan analis Sosial Media Marketing yang berbasis di Warsawa, Polandia. Artinya, 22,6 persen, atau nyaris seperempat total penduduk Indonesia, adalah pengguna Instagram.


Melalui data-data di atas media Instagram tidak diragukan lagi bisa menjadi salah satu media dakwah yang efektif yang bisa kita tujukan untuk para pemuda di Indonesia. Menjadikan karakter pemuda yang baik memang tidak mudah, generasi Indonesia tidak hanya harus pintar, berani berbicara, namun juga perlunya dibentengi dengan kefahaman agama yang baik. Nabi Mukhammad SAW sebagai uswatun khasanah umat Islam telah banyak   membekali umatnya untuk selalu belajar ilmu agama dan ilmu dunia. Namun sayangnya kesadaran untuk mempelajari ilmu agama masih kecil, masih banyak orang tua yang mengarahkan putra-putrinya untuk belajar ilmu dunia saja tanpa dibekali ilmu agama. Maka tidak heran, bila didapati para pejabat ataupun tokoh masyarakat yang tidak amanah dengan kedudukan yang dipunyainya.

Dengan menjadikan Intagram sebagai salah satu media dakwah, ini  bisa menjadi strategi yang bisa ampuh untuk menyebar luaskan kebaikan, amar ma'ruf nahi mungkar. Membuat konten-konten islami yang menarik akan membuat anak muda mempunya konten tontonan yang bermanfaat dan bisa menggugah untuk mempelajari Islam secara mendalam. Salah satu pembuat konten di Instagram berupa dakwah atau seruan kebaikan yang dikemas dengan tulisan ataupun video adalah @injo.id (Inspiring Journal Indonesia). Saya mengambil contoh konten ini karena kemasan untuk berdakwah sangat milenial dan mengikuti trend anak muda. Selain itu masih ada akun dakwah lainnya yang menarik bagi anak muda yaitu; @felixsiauw yang mempunyai 4,7juta follower, isi kontennyapun tidak monoton dan  bertujuan untuk dakwah.

Strategi dakwah Islam harus selalu dikembangkan dan direncanakan dengan baik, karena setiap manusia mempunyai kewajiban untuk berdakwah. Dan dari uraian di atas, berdakwah melalui Instagram bisa menjadi solusi bukan? Kondisi kedepannya akan didominasi dengan usia produktif dan Intagram adalah media sosial yang menjadi primadona anak muda. Jadi, yuk anak milenial berdakwah dengan cara milenial

Daftar pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun