Mohon tunggu...
Rafika Anggraeni
Rafika Anggraeni Mohon Tunggu... Seniman - seniman

Kata orang sich seniman, yang suka nyusun kata-kata untuk maksud apa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Para Kawanan

20 Desember 2019   20:35 Diperbarui: 20 Desember 2019   21:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu ada sebuah pesta di sudut gang kecil yang jauh dari keramain orang-orang kota. Cassie dan kawanannya sedang merayakan hasil buruan di hari itu yang melampaui target. Berbagai jenis hidangan dan musik dihadirkan, sehingga mereka dapat menyantap hingga kenyang dan menari sepanjang malam.

"Kawan-kawan, hari ini kita merayakan hasil buruan, mari bersyukur untuk pencapaian kita agar esok lebih banyak lagi dan kota ini aman dari para pencuri", Cassie berpidato di tengah-tengan iringan musik dan gelak semangat kawanannya.

"Ya, mari bersyukur!", serentak para kawanan membalas ucapan Cassie.

Hari itu menjadi malam yang terpanjang dari sebelumnya. Suka ria mencapai puncaknya meski kota mulai terlelap, lampu-lampu menyala sebagian.

Waktu berselang setelah hingar bingar di sudut gang, pesta malam itu seperti menjadi yang terakhir. Di hari-hari setelahnya hasil tak sesuai yang diharapkan. Kawanan menjadi risau dan putus asa, Cassie tak ingin terlibat risau yang sama.

"Kita tak bisa bertahan terus dengan kondisi ini Cass, bulu-bulu kita sudah mulai rontok, dan kau lihat, Baron dengan mudah mendapatkan makanan dari juragannya kini, tak perlu bersusah payah berburu semalaman", begitulah salah satu dari kawanan yang bernama Juno berpendapat di suatu pertemuan.

"Maksudmu?, kau ingin kita seperti Baron?, menggadaikan naluri hanya untuk makanan yang setiap saat dapat hadir?", timpal Cassie dengan sedikit bersungut-sungut.

"Kawan-kawan, kita harus dapat bertahan di situasi ini, yakinlah ini tak akan lama, jangan pernah berfikir untuk menanggalkan naluri kalian, kota ini membutuhkan itu", Cassie melanjutkan kata-katanya.

"Tapi benar kata Juno, kita sudah kesulitan mendapatkan makhluk-makluk pengerat untuk kita konsumsi, mereka seperti hilang di tengah kota, lama-lama kita juga akan kurus kering dan jadi bangkai", salah seoang dari kawanan menyahut.

Pertemuan berakhir, para kawanan berlalu lesu. Pertemuan hanya mengahadirkan debat, tak menemui jalan keluar. Masing-masing bergulat pada suara-suara yang lirih di sanubari. Cassie tertunduk lemas.

Semantara kota menjadi jelaga bagi makhluk-makhluk pengerat, ada saja orang yang datang menuju rumah yang penuh peralatan medis. Jumlahnya makin hari makin bertambah..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun