Mohon tunggu...
Rafie Mohammad Dirgantoro
Rafie Mohammad Dirgantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Perkenalkan nama saya Rafie, saya mahasiswa dan berdomisili di kota Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sisi Lain dari Pembelajaran Daring

21 September 2021   09:30 Diperbarui: 21 September 2021   09:35 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Reform atau pembentukan ulang proses pembelajaran yang diikuti peserta didik pada masa pandemi yang terjadi di seluruh negara di dunia merupakan hal paling tidak biasa yang terjadi pada satu tahun terakhir ini dan nampaknya menjadi satu-satunya jalan keluar untuk tetap melakukan dan atau menjaga keberlangsungan kegiatan pembelajaran yang harus diikuti tiap peserta didik. 

Dilansir dari laman kemendikbud.go.id proses pembelajaran pada satuan tingkat pendidikan usia dini, dasar serta menengah dilaksanakan secara daring serta bertempat di rumah masing-masing peserta didik, dikarenakan adanya pembatasan dalam berbagai kegiatan dan aturan khusus yang dikeluarkan oleh WHO yakni 3m memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. 

Meski dengan adanya aturan ini, pemerintah Indonesia khusus dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan dan Kebuyaan Riset dan Teknologi, mengambil keputusan untuk lebih baik mengganti proses pembelajaran pada tiap satuan pendidikan dilakukan secara daring atau pun jarak jauh.

Pada satu sisi, benar adanya dengan pengubahan metode pembelajaran ini, proses pembelajaran masih tetap dapat berjalan dan nampak baik-baik saja, apalagi dengan adanya bantuan subsidi dana untuk pembelian kuota internet bagi peserta didik dan yang kemudian berubah menjadi bentuk subsidi kuota internet yang telah disiapkan oleh Kemendikbudristek. Semua berjalan lancar, namun apakah benar demikian? 

Perbedaan daerah tetaplah menjadi pembeda yang cukup mencolok dalam hal meratanya proses pendidikan di Indonesia, namun kali ini yang akan lebih disorot adalah efek samping yang cukup membekas pada diri tiap peserta didik dan nampaknya gejala akut mulai terlihat dengan adanya gejala turunnya minat baca buku atau bahkan kemampuan membaca pada diri peserta didik serta kemauan atau minat untuk membaca yang nampaknya telah tergantikan oleh kegiatan bermain permainan pada gawai yang dimiliki peserta didik. Nampaknya permainan ini jauh lebih menarik dan membuat proses pembelajaran teralihkan dan mengakibatkan terjadi fenomena yang bernama Learning-loss pada diri peserta didik.

Dikutip dari laman antaranews.com, menurut pemerhati dan praktisi pendidikan Indra Charismiadji, learning-loss adalah istilah yang mengacu pada hilangnya pengetahuan dan keterampilan baik secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena suatu kondisi tertentu, dan antaranews mengutip dari keterangan pers. 

Namun apabila dipikirkan dengan seksama, kondisi ini cukup relevan dengan adanya proses pembelajaran jarak jauh ataupun daring di sekolah-sekolah yang memang terkesan membosankan bagi anak didik. Hal ini dapat terlihat jelas dengan ketimpangan kualitas dari aspek penarik minat anak didik, dimana proses pembelajaran jarak jauh maupun daring dikalahkan dengan perkembangan teknologi yang berupa permainan online, yang dengan mudahnya dapat diakses atau dimainkan oleh anak-anak saat ini. Yang menyebabkan anak didik akan lebih memilih bermain game ketimbang belajar atau membaca buku. 

Maka kondisi saat ini adalah kondisi yang mengkhawatirkan dikarenakan efek buruk yang lebih besar dapat terjadi atau dapat dirasakan, baik oleh guru maupun orang tua anak didik. Fenomena Learning-loss ini dapat sangat mudah diamati pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar, dimana pada tahapan inilah anak-anak seharusnya dibimbing untuk mencari tahu kearah mana minat yang mereka miliki dan dapat dikembangkan untuk menyongsong masa depannya serta membanggakan bagi orang tuanya serta bangsa dan negara. 

Tingkat kepedulian orang tua serta guru berperan penting dalam kondisi saat ini guna meminimalisir tingkat hilangnya pengetahuan yang dimiliki peserta didik, dimana peran yang harus dilakukan adalah menjadi filter bagi anak terhadap apa yang anak lakukan dalam hal ini, permainan atau game yang dimainkan oleh anak. Begitu juga guru, diharapkan dapat membimbing sepenuhnya meskipun dalam kondisi yang serba terbatas ini agar siswa mengetahui apa imbas dari permainan yang mereka mainkan itu memiliki dampak yang tidak terlalu baik bagi mereka. 

Dampak ini dapat diamati dari aspek psikis serta moral anak. Secara psikis, anak pada tiap tingkatan umur terdapat hal-hal indikator yang akan menandakan apakah anak telah mendapatkan pendidikan yang baik dalam hal psikologi pada salah satu tingkatan umur, contoh yang dapat dikatakan terburuk adalah ketidak wajaran dalam hal suka kepada lawan jenis pada tingkat sekolah dasar, Ini merupakan indikator yang sekaligus melibatkan aspek moral. 

Lebih lanjut pada aspek moral, hal tersebut akan merambat pada bagaimana siswa bersikap kepada teman sebaya dan kepada orang yang lebih tua, ini juga merupakan indikator yang dapat diamati dengan jelas, sehingga memunculkan sudah baikkah pendidikan sikap yang diterima oleh peserta didik? Namun aspek eksternal merupakan hal yang terkadang tidak dapat diubah atau sulit untuk diubah, hal yang dimaksud adalah kondisi di dalam keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun