Pendidikan tinggi Indonesia masih ditopang oleh perguruan tinggi swasta (PTS), sejumlah 64,03% dari total 4.437 perguruan tinggi di Indonesia. Karenanya, pelayanan terhadap perguruan tinggi swasta, terutama di Wilayah Aceh sebagai teras barat Indonesia, harus dilaksanakan dengan baik oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti).Â
Pesan tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Khairul Munadi yang didampingi staf khusus Mendiktisaintek Eski Tri Rezeki Widianti, dalam kegiatan dialog bersama pimpinan dan pegawai di LLDikti Wilayah XIII Aceh pada Jumat (7/02/2025) di Kantor LLDikti XIII.
"Artinya, tanpa kehadiran perguruan tinggi swasta, proses pendidikan tinggi, proses pembelajaran kepada anak bangsa itu tidak bisa kita penuhi," tutur Khairul menjelaskan betapa strategisnya peran LLDikti XIII.Â
Menurut Dirjen Dikti, terdapat tiga tantangan utama di bidang pendidikan tinggi Indonesia, termasuk di wilayah Aceh, yaitu masalah akses, mutu, dan relevansi. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) saat ini tengah berupaya untuk menyelesaikan tantangan-tantangan itu, salah satunya melalui peninjauan ulang regulasi pendidikan tinggi yang eksis saat ini.
"Prinsipnya, regulasi jangan menghalangi pengembangan dan ruang minat dosen, tetapi harus mampu mengembangkannya untuk pendidikan tinggi bermutu," tutur Guru Besar bidang teknik elektro tersebut.Â
Guna menuntaskan tiga tantangan itu, Dirjen Dikti kembali menegaskan peran LLDikti harus menjadi garda terdepan dalam menuntaskannya. "Saya harapkan LLDikti dapat memfasilitasi PTS, termasuk dari daerah-daerah, kita harus jemput bola," ajak Dirjen Dikti.Â
Tantangan tersebut diamini oleh Kepala LLDikti Wilayah XIII Aceh Dr. Ir. Rizal Munadi, M.M., M.T. Ia menuturkan saat ini tantangan utama pendidikan tinggi di Wilayah Aceh adalah soal kualitas dosen. Pasalnya, dari 78 PTS di Wilayah Aceh, baru terdapat 7 guru besar. "Jadi proses mendapatkan guru besar di Aceh ini sangat-sangat sedikit, ini menjadi PR kami juga. Perlu perhatian dari Pak Dirjen," tutur Rizal.
Tantangan kedua ialah soal kelembagaan. Di Wilayah LLDikti XII masih terdapat dua perguruan tinggi dalam status pembinaan, sehingga tidak aktif. Sehingga, LLDikti XII terus mengupayakan agar PTS yang masih aktif dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Selain itu, lokasi PTS di wilayah 3T Aceh masih memerlukan perhatian khusus untuk pelayanan pengembangannya.
Dalam kegiatan ini, Dirjen Dikti percaya bahwa LLDikti XIII dapat menjadi garda terdepan dalam penuntasan masalah tersebut. Pasalnya, secara fasilitas perkantoran, LLDikti XIII telah menjadi salah satu rujukan utama bagi LLDikti di wilayah lain.Â
"Fasilitas perkantoran yang ramah terhadap disabilitas, dapat memastikan pelayanan yang inklusif. Ini yang sedang kita upayakan juga di perguruan tinggi di Indonesia," ujar Khairul saat mengunjungi fasilitas LLDikti XIII. Ia pun berharap LLDikti XIII dapat terus meningkatkan layanan prima demi menuntaskan tiga masalah pendidikan tinggi di Indonesia. (MFR/Dikti)