Mohon tunggu...
Rafhael Rafha
Rafhael Rafha Mohon Tunggu... Freelancer - Believer

Hobi menulis dan menyukai sastra terutama cerita pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sangkan Paraning Dumadi

3 Juni 2020   16:38 Diperbarui: 3 Juni 2020   16:45 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sendirian di gunung dan bertapa dengan sekuat tenaga karena banyaknya gangguan astral yang setiap kali mengacaukan pikiranku. Ketika aku berhasil mencapai alam lain aku melihat emas yang sangat banyak jumlahnya, kemudian terdapat peti berisi permata dan benda-benda berkilauan lainnya yang tentu saja menggoda untuk diambil. Aku ingat perkataan Ki Adman fokusku hanya kepada apa yang berada diakhir dari godaan itu. 

Aku berjalan menyusuri nya dan ketika aku mencapai pintu yang memisahkan ruangan tersebut emas-emas itu berubah menjadi tulang belulang manusia, mayat-mayat berhamburan dimana-mana aku terdiam dan kemudian kembali berjalan memasuki pintu kedua. Ketika masuk aku disuguhi oleh benda-benda pusaka yang tak ternilai harganya dan dari buku yang kubaca apabila aku memilikinya maka aku akan menerima kekuasaan dan kekuatan ilmu gelap seperti ilmu sihir sehingga setiap orang akan tunduk padaku. 

Aku kembali fokus walaupun sempat berpikiran untuk mengambil salah satu pusaka tersebut ku urungkan niatku dan kembali berjalan. Benda-benda pusaka itu menghilang dan berubah menjadi ular berbisa. Aku segera memasuki pintu ketiga dan mendapati keluargaku dan orang-orang terdekatku, namun ketika aku mendekatiny, mata mereka semua tiba-tiba terlepas dan jatuh ke tanah badan mereka penuh dengan luka-luka basah, keluar darah dari mulut dan hidung dan yang paling parah kepala mereka terlepas. 

Aku sangat ketakutan saat itu hanya dapat terdiam tertegun melihat sebuah fatamorgana gila yang sangat menyeramkan. Aku menutup mata dan berlari menuju pintu keempat. Segera setelah aku memasuki pintu yang kutemukan hanya sebuah ruangan kosong sama seperti mimpiku sebelumnya dan kembali aku dapati sosok Kuntilanak Merah yang kali ini menampakan wujudnya dalam paras yang sangat rupawan. 

Namun ketika aku mengatakan "Aku tidak tergoda, aku hanya menginginkan ketenangan untuk diriku dan keluargaku, pergilah aku tidak menganggumu maaf atas apa yang menimpamu". Ketika itu juga dia tersenyum dan berubah kembali ke parasnya yang anggun dan menghilang di akhir itu juga aku telah selesai menyelesaikan pertapaanku aku terbangun dan segera berdiri. Ki Adman mendekatiku dan mengatakan bahwa aku telah selesai dengan apa yang diperintahkan. Aku sudah bebas dari belengu tersebut dan aku bisa pulang. 

Dalam perjalanan menuruni gunung aku diberitahu bahwa sebenenarnya tidak ada kontrak dengan mahluk-mahluk astral tersebut, manusia hanya tidak sengaja bersinggungan dengan mereka dan untuk terbebas manusia hanya perlu ketenangan batin dan berusaha untuk mencari tau kesalahan kita terhadap mereka. Apabila sudah meminta maaf tidak ada yang akan terjadi semuany hanya sebuah kenangan buruk yang menghantui pikiran manusia. 

Aku mengucapkan terimakasih dan ketika aku sampai di rumah aku segera masuk dan mendapati ayah dan ibuku dengan muka yang sedikit pucat dan mengatakan bahwa Ki Adman meninggal dunia 2 hari yang lalu aku sangat shock dan seketika pucat pasi tanpa bisa berkata-kata aku baru saja bertemu dengannya dan bercakap dengannya. Apabila dirinya sudah meninggal maka siapa yang tadi aku temui. Aku tertegun teremenung seakan masih belum menerima yang terjadi dan memikirkan siapa yang aku temui selama aku bertapa di gunung. 

Aku terdiam dan mengingat kejadian demi kejadian dan ternyata aku baru tersadar bahwa selama ini Ki Adman yang akyu temui tidak menginjakan kaki ke tanah dan bersuara parau. Aku masih sedikit bingung apabila itu memang wujud astral dari Ki Adman mengapa dirinya menunjukan dirinya hanya kepadaku dan bukan kepada yang lain. Dirinya memang tertutup namun kenapa dia seakan-akan ingin mengatakan bahwa aku adalah yang terpilih dan hubungan antara manusia dan mahluk astral dapat terjadi melalui diriku.

Ketika aku beranjak dewasa aku menemukan buku kitab Jawa dan menadapati tulisan Sangkan Paraning Dumadi yang berarti hubungan antara manusia dan mahluk dari alam lain mungkin saja terjadi dan dikitab itu pula aku mempelajari sebuah kenyataan yang menjelaskan tentang Ki Adman yang dimana terdapat sosok gaib yang memiliki 2 keperibadian yang satu dapat berperawakan baik dan yang satu memiliki aura membunuh yang menjadi tanda tanya di benakku mengapa Ki Adman dapat tau bahwa aku telah di ganggu oleh Kuntilanak Merah padahal aku belum pernah mengatakan hal itu sebelumnya bahkan ayahku sendiri tidak mengetahui nya. 

Memang manusia harus hidup berdampingan dengan mahluk astral tersebut mau tidak mau karena mereka juga berasal dari manusia yang meninggal dengan cara yang tragis dan mengenaskan sehingga arwah mereka tidak dapat beristirahat dengan tenang dan kembali dalam wujud tertentu untuk membalaskan dendamnya ataupun untuk menyelesaikan yang belum terselesaikan semasa hidupnya. 

Memang tidak dapat aku pungkiri kenyataan pahit bahwa Ki Adman yang aku kira dapat menolongku dapat juga membunuhku apabila aku lengah sedikit saja mungkin aku akan terjebak di alam "mereka" tanpa tau jalan kembali. Aku bersyukur masih dapat hidup walaupun masih mendapati gangguang dari mahluk tak kasat mata namun aku belajar untuk menguatkan imanku dengan ilmu agama agar aku tidak mudah tergoda dengan kekuatan, kekuasaan dan kekayaan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun