Mohon tunggu...
Rafendra Aditya
Rafendra Aditya Mohon Tunggu... Staf Biro Informasi dan Hukum Kemenko Kemaritiman -

Menulis membuatku merasakan hal-hal yang tak dapat kurasakan di dunia nyata. Menulis itu membangun rumah, dengan pondasi gagasan, material kata-kata dan atap khasanah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekali Saja

6 Desember 2016   16:30 Diperbarui: 6 Desember 2016   18:41 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan mengintip bumi ibukota sayu-sayu pagi itu. Sepertinya Tuhan sengaja menabur embun pagi-pagi untuk menyejukkan hati. Hati massa yang bergerak menuju jantung Jakarta dengan berpakaian serba putih. Tentu, siapa tau barang isi hati walau aksi 212 ini bertajuk 'super damai'. Apalagi hati ribuan bahkan jutaan umat pada kondisi mudah tersulut emosi.

 Kanak-kanak sampai aki nini, dari mobil bak sampai bus  dengan bendera tinggi-tinggi tumpah ruah menyusuri urat pagi.

 Tetapi ada tanya tentu pada diri saya,

 Kenapa dukungan besar ini tak terjadi pada umat yang teraniaya? Muslim Rohingya yang termakzulkan dari negaranya.

 Kenapa pula massa ini tak bergerak pada kasus penggandaan uang? Yang jelas2 mengatasnamakan agama dan bahkan memakan korban jiwa.

 Apakah benar, kebesaran muslim negara ini hanya ada pada jumlah, yang seringkali tenaganya tercurah pada yang tak jelas arah.

 Duh, apatah kuasa saya pikiri... apalagi upaya makar yang terindikasi.

 Tapi salahkah, jika hari itu saja, sekali saja, saya benci pada yang berbaju putih?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun