Mohon tunggu...
Rafael Amadeus Dei
Rafael Amadeus Dei Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Siswa kelas 12 yang sangat menyukai ekonomi dan dunia digital

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency Pilihan

Probabilitas Cryptocurrency sebagai Metode Pembayaran Baru di Dunia

4 Desember 2022   16:20 Diperbarui: 4 Desember 2022   16:19 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cryptocurrency. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Banyak masyarakat Indonesia yang terjebak ke dalam “lingkaran setan”, dimana semua orang berlomba-lomba untuk berinvestasi ke dalam cryptocurrency untuk mendapatkan keuntungan berlipat ganda. Bahkan, cryptocurrency mengubah paradigma orang bahwa berinvestasi akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari modal awal, sehingga banyak orang yang memutuskan untuk “gambling” dengan cara menaruh semua uangnya di dalam cryptocurrency. 

Hal ini menyebabkan banyak orang menderita kerugian yang banyak, sampai beberapa orang di Indonesia terlilit hutang karena aksi bar-barnya yang berani memasukkan seluruh uangnya ke dalam investasi berisiko tinggi ini. Maka dari itu, muncul beberapa pertanyaan di benak saya, apakah cryptocurrency dapat dijadikan sistem pembayaran baru di dunia, atau justru cryptocurrency akan memporak-porandakan sistem perekonomian dunia?

Sistem keuangan dunia telah mengalami metamorfosis yang begitu masif semenjak awal ditemukannya alat pembayaran di dunia. Pada awal mula sistem pembayaran ditemukan, manusia menggunakan teknik barter sebagai sarana untuk memiliki dan menukar suatu barang. Lalu, mata uang ini berkembang menjadi uang kartal yang terbagi menjadi uang logam dan uang kertas. 

Mata uang ini telah dipakai sampai sekarang, dimana seluruh dunia menetapkan uang logam dan uang kertas sebagai alat pembayaran yang sah untuk melakukan transaksi jual beli. Tidak bisa dipungkiri lagi, perkembangan teknologi yang pesat membuat adanya disrupsi baru di dunia pembayaran, dimana sekarang transaksi secara cashless dapat dilakukan dengan mudah. 

Contoh konkrit dari pernyataan ini adalah adanya QRIS dan e-Wallet di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari adanya disrupsi dunia pembayaran di bidang digital. Ada banyak macam perkembangan keuangan di bidang digital, yaitu munculnya mata uang elektronik seperti Flazz, e-Money, lalu mata uang kripto yang berbasis blockchain, e-Wallet atau dompet digital, dan masih banyak lagi contoh dari mata uang digital. Di dalam artikel ini, artikel ini akan membahas secara mendetail mengenai perkembangan cryptocurrency di dunia dan probabilitasnya untuk menggantikan mata uang fisik yang sudah dipakai di seluruh dunia sebagai metode pembayaran.

Tidak bisa dipungkiri lagi, banyak sekali evolusi-evolusi yang terjadi di tatanan dunia sekarang, salah satunya adalah dunia perbankan. Di era 4.0 ini, dunia perbankan mengalami disrupsi sistem pembayaran menjadi sistem pembayaran digital. Sebenarnya, apa arti dari disrupsi digital? Disrupsi dunia digital dan teknologi adalah suatu efek yang mengubah hal mendasar mengenai pandangan serta perilaku masyarakat terhadap segala proses didalamnya yang disebabkan oleh inovasi dan perkembangan teknologi digital yang semakin maju. 

Artikel ini akan memfokuskan pembahasan terhadap disrupsi sistem perbankan digital, khususnya sistem pembayaran. Teknologi di masa sekarang menjadi sebuah pisau bermata dua, dimana kita bisa memanfaatkan untuk hal baik, atau justru dimanfaatkan menjadi hal jahat. Di dalam kasus ini, banyak sekali kasus-kasus negatif di dunia perbankan digital, seperti pengambilan data rekening oleh pihak tidak berwenang, pinjaman online dengan bunga mencekik, dan masih banyak lagi. Sehingga, dengan adanya disrupsi digital ini, kita harus bisa menganalisis dan memiliki pengetahuan yang cukup, agar kita tidak merasakan dampak negatif dari disrupsi teknologi ini.


Cryptocurrency / mata uang digital merupakan sebuah mata uang baru yang diciptakan di dalam sebuah ekosistem blockchain. Cryptocurrency ini sendiri merupakan bentuk konkrit dari disrupsi dunia perbankan digital, dimana mata uang ini tidak tersedia dalam bentuk fisik/dapat dilihat, melainkan menggunakan uang koin virtual. 

Mata uang ini dapat disimpan dalam dunia digital untuk digunakan sebagai alat transaksi. Cryptocurrency ini mengutamakan sistem peer-to-peer, dimana uang akan digunakan sebagai alat transaksi dari satu orang ke orang lainnya. Yang menjadi kelebihan dari mata uang ini adalah, mata uang ini terdesentralisasi, yang artinya tidak akan terpengaruh kurs, dan transaksi dapat dilakukan secara bebas dari negara mana saja. Selain itu, keamanan pengguna cryptocurrency ini juga terjaga, karena setiap transaksi akan dienkripsi. 

Mungkin para pembaca bertanya-tanya bagaimana cara memverifikasi transaksi ini. Cara verifikasinya adalah dengan mining / menambang, dimana para “penambang” ini akan menggunakan komputer dengan kekuatan tinggi untuk mencari dan menemukan kode tersembunyi dari setiap transaksi (kode enkripsi), dan disesuaikan. Sehingga, mata uang ini bisa dibilang dapat menjadi ladang bisnis para masyarakat di dunia.’

Fenomena munculnya cryptocurrency ini tentu menimbulkan sebuah persepsi baru di masyarakat, dimana muncul pertanyaan bahwa apakah cryptocurrency ini dapat menggantikan mata uang tunai? Atau justru malah merugikan semua orang? Ada satu analogi yang dapat menjelaskan fenomena ini, yaitu crypto bagaikan pintu kemana saja. Analogi ini saya gunakan karena, cryptocurrency memiliki banyak sekali fungsi selain sebagai alat pembayaran, seperti konektivitas dengan metaverse (dunia digital), karya seni virtual yang berbentuk limited (NFT), dan masih banyak lagi. Cryptocurrency sendiri memiliki banyak sekali kontroversi jika dijadikan mata uang utama. 

Mengapa? Karena, pasar koin kripto sendiri masih sangat fluktuatif dan sentimental terhadap kata-kata seseorang. Kita ambil contoh DOGEcoin, sebuah koin hiburan yang diciptakan oleh Billy Markus dan Jackson Palmer untuk hiburan semata. Namun, harga DOGEcoin sendiri sangat fluktuatif dan terpengaruh oleh Elon Musk. Tentu hal ini terjadi bukan tanpa sebab. 

Hal ini terjadi karena koin kripto bisa dibilang tidak memiliki fundamental yang kuat, tidak seperti saham. Sehingga, jika dijadikan alat pembayaran utama, tentu akan berbahaya, karena nilai tukar koin ini akan berbeda-beda dan gampang terpengaruh oleh dunia luar. Selain itu, masih banyak negara yang tidak mengesahkan koin kripto ini sebagai alat pembayaran. Hal ini terjadi karena sistem desentralisasi kripto yang menyulitkan tiap negara untuk melacak transaksi keuangannya. Sehingga, hal ini menjadi 2 alasan kuat untuk tidak menjadikan kripto sebagai alat pembayaran utama.


Perkembangan teknologi kripto tidak bisa dipungkiri lagi melesat jauh beberapa waktu belakangan ini. Munculnya Non-Fungible Token (NFT), Metaverse, Pasar koin seperti Binance, Indodax, dan Tokocrypto membuat semua masyarakat dapat mengakses dan membeli koin dengan mudah. Hal ini membuat kita dapat menarik konklusi singkat, dimana kita bisa memanfaatkan disrupsi kripto ini sebagai sarana untuk berinvestasi. 

Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi akan mengalami perkembangan yang sangat masif di masa depan nanti. Hal ini didukung oleh usaha Microsoft, Apple dan Nvidia yang sedang membuat dunia baru di dunia daring, yaitu metaverse. Sehingga, kripto dapat menjadi sebuah platform investasi yang bagus. Namun, perlu diketahui juga jika investasi kripto memiliki risiko yang tinggi. Hal ini terjadi karena minimnya fundamental dari setiap koin, dan rawannya fenomena Rugpull, seperti yang dilakukan Le Anh Tuan. Le Anh Tuan melakukan Rugpull dari pasar NFT di jaringan Solana setelah mendapatkan Rp 39 milliar. Sehingga, kita sebagai masyarakat dunia harus tetap menganalisis dan berhati-hati terhadap perkembangan teknologi sekarang.


Kesimpulan yang bisa diambil adalah, walaupun perkembangan teknologi sudah sangat masif, namun masih banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki untuk menjadikan koin kripto sebagai alat pembayaran utama, seperti kestabilan harga koin, kolaborasi antar negara untuk membangun kebijakan baru, dan masih banyak lagi. Hanya ada 1 langkah yang bisa dilakukan untuk menanggapi perkembangan koin kripto ini, yaitu dengan menjadikan kripto sebagai sarana berinvestasi. Kita bisa membeli NFT dan bergabung dalam metaverse untuk mempelajari lebih lanjut mengenai dunia kripto. Namun, risiko berinvestasi masih tetap ada. Pandailah berinvestasi dan selalu melihat berita agar dapat mengetahui sisi positif dan negatif dari investasi kripto. Selamat berinvestasi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun