Mohon tunggu...
Raelita Wahyu
Raelita Wahyu Mohon Tunggu... Freelancer - penulis lepas

Menerima jasa penulisan artikel maupun fiksi (cerpen, puisi) email: raelitawahyu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bullying Bukan Bercanda

28 Juli 2022   10:47 Diperbarui: 30 Juli 2022   13:08 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bullying pic by: @lucashew via unsplash.com

Menurut Kemenppa, bullying atau perisakan adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.

Belum lama ini, terjadi kasus bullying yang menimpa seorang anak SD di Kabupaten Tasikmalaya. Anak tersebut di-bully oleh anak lain yang lebih dewasa. Ia disuruh untuk (maaf) menyetubuhi seekor kucing, kemudian direkam dan disebarkan ke media sosial. Si anak menjadi stres berat, depresi lantas meninggal dunia.

Mungkin dalam benak kita akan berpikir "masa sih anak kecil  sudah punya pikiran keji seperti itu?" Asumsi kita bahwa semua anak adalah kertas polos yang putih bersih tanpa noda. 

Tapi lain zaman, lain juga keadaan. Itulah realita kehidupan saat ini. Kita tidak bisa memandang anak sebagai mahluk yang tanpa dosa dan tidak akan melakukan kesalahan. Mereka sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan, media sosial, apalagi tidak adanya pengawasan dan arahan dari orangtua, guru, dan masyarakat.

Banyak dari kita, si orang dewasa, menganggap perundungan yang dialami anak adalah sebuah bercandaan. Seperti yang dilontarkan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum kepada wartawan (23/7/2022). Dilansir Kompas, beliau berujar,

"Iya, saya juga mohon maaf. Saat kecil begitu, pernah lah ya, pernah, sering dengar (tentang perundungan). Bahkan teman saya dengan kerbau orang Cikatomas, tahu. Tetangga saya dengan ayamnya, ya saat usia SD-SD begitu. Itu candaan lah ya. Itu biasa pak itu. Tapi justru karena ada medsos dan jadi pertanyaannya, kenapa mesti diviralkan?"

Meskipun Selasa (26/7/2022), di laman Instagramnya, Uu menganulir pernyataan tersebut, dan meminta maaf. Namun hal itu tidak bisa menyingkirkan fakta bahwa praktik pembiaran di dunia nyata itu ada, pewajaran hal-hal yang tidak wajar itu benar adanya.

Bullying akan tetap ada karena pembiaran dan pewajaran dari orang-orang dewasa seperti ini. Hingga sekelas pejabat saja tidak menunjukan rasa empati mereka. 

Para perisak yang masih berkeliaran di luar sana, akan merasa ditenagai dengan adanya pernyataan-pernyataan seperti itu. Dengan dalih 'bercanda' mereka akan terus melancarkan aksinya.

Padahal sesuatu bisa dikategorikan bercanda, bila membahagiakan kedua belah pihak. Bukan hanya satu pihak yang tertawa sedang pihak yang lainnya depresi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun