Mohon tunggu...
Irwan121
Irwan121 Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis Budaya, Politik dan Filsafat

Penggagas Intelijen Maritim, Koordinator Gerakan Nasional Sadar Maritim, Penulis, Pengagum BUYA HAMKA, Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Meretas Sejarah, Jalan Terjal Zulkifli Lubis

5 Mei 2019   01:30 Diperbarui: 5 Mei 2019   01:37 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanggal 30 November 1957 di Perguruan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, dikenang sebagai Jumat berdarah bagi rakyat Indonesia. Ketika sekelompok orang berusaha membunuh Presiden Soekarno, tetapi ternyata kemudian gagal.

Soekarno mengunjungi Perguruan Cikini di Jalan Cikini, Nomor 76, Jakarta Pusat, dalam rangka menghadiri perayaan ulang tahun ke-15 sekolah itu. Kunjungan Presiden untuk memenuhi undangan Johan Sirie, Direktur Percetakan Gunung Sari dan Sumadji Muhammad Sulaimani, Kepala Perguruan Cikini, sebagai panitia penyelenggara.

Komplotan orang yang diyakini tidak puas dengan kondisi politik saat itu berniat membunuh Presiden Soekarno di depan Perguruan Cikini, tepat ketika Soekarno berada di tengah kerumunan anak-anak.

Zulkifli Lubis, kala itu mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat periode 1952-1956 dan mantan Kepala Intelijen Negara yang berada di bawah Soekarno, dituduh menjadi dalang di balik aksi penggeranatan. Zulkifli yang kerap berseberangan pandangan dengan Soekarno karena sikapnya yang anti komunis dianggap layak dicurigai. Zulkifli adalah anggota Gerakan Anti Komunis (GAK) dan kemudian kelak bergabung dengan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang oleh Sukarno dianggap sebagai pemberontak.

Persidangan terhadap para terdakwa pemboman tersebut menempatkan Zulkifli sebagai otak intelektual penyerangan, walaupun kesaksian tersebut disangkal oleh Zulkifli.

Ia sempat dianggap melakukan pemberontakan PRRI sampai kemudian mendapat 'pengampunan' presiden 1961. Yang aneh, Zulkifli tidak lama kemudian ditangkap dengan tuduhan lama, terlibat bom cikini 1957. Walaupun kemudian dilepaskan.

Nama Zulkifli Lubis tidaklah dapat dipisahkan dari berdirinya Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI) pada 7 Mei 1946. Lembaga yang konon menjadi cikal bakal institusi intelijen di Indonesia. Pengetahuan intelijen yang ia peroleh dari mentor-mentornya, para intelijen Jepang, saat jaman pendudukan Jepang, membuat Zulkifli dipandang amat agresif. Ia seringkali bermanuver, merombak sekaligus merekrut agen-agen intelijen. Persengketaannya dengan tokoh-tokoh komunis seperti Amir Syarifuddin, yang saat itu menjabat Menteri Pertahanan, juga kerap memaksanya untuk tetap bersiasat.

Tetapi yang menarik dan jarang diketahui umum adalah kisah perseteruannya dengan AH Nasution, rekannya di Angkatan Darat, yang juga sama-sama berdarah Mandailing, bahkan ibu Zulkifli bermarga Nasution. Perbedaan awal diantara keduanya yang paling tegas dan kentara adalah soal latar belakang sejarah kemiliteran. 

Nasution adalah mantan KNIL, kesatuan tentara yang dibentuk Belanda untuk membantu Belanda melawan Jepang. Sedangkan Zulkifli berlatar tentara PETA yang dibentuk oleh Jepang, yang kemudian menjelma menjadi tentara rakyat.

Keduanya berkali-kali bersengketa, saling bersiasat. Bedanya, Zulkifli yang sempat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), dan punya kesempatan kembali kejabatannya, tetapi ia menolaknya. Sedangkan Nasution yang juga sempat 'terlempar' dari posisi KASAD, justru mau menerima kembali jabatan itu. Sebuah sikap yang bertolak belakang.

Walaupun beberapa kali, keduanya berusaha untuk disatukan tetapi selalu saja gagal. Zulkifli memang akhirnya terlempar dari peta ketentaraan republik. Ia, yang dalam istilah beberapa pihak dijuluki 'intel murni' kerap dianggap suka mengintip dan mengetahui langkah politik perwira lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun