Mohon tunggu...
Raditya Putra Efendi
Raditya Putra Efendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Film dan Televisi - Universitas Pendidikan Indonesia

A Pop Culture enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Film

Membaca Mise en Scene dalam film "The Disruptors"

31 Desember 2022   14:48 Diperbarui: 7 September 2023   10:06 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Poster Film Disruptor (Sumber: https://m.imdb.com/title/tt14854294/) 

The Disruptors adalah film dokumenter rilisan tahun 2022 yang disutradarai oleh Stephanie Soechtig. Film ini berfokus dalam mengeksplor sifat dari ADHD itu sendiri, dimana berfokus kepada suatu perspektif kalau ADHD bukanlah suatu halangan, melainkan suatu aset bagi kehidupan. Dengan mengajak narasumber-narasumber pengidap ADHD yang sudah sukses dalam kehidupannya, film ini berusaha menyampaikan cerita-cerita mereka dalam hidup dengan ADHD serta perjuangan mereka dalam menghadapi segala persepsi dan miskonsepsi yang lingkungan terhadap kondisi mereka. 

Tidak mudah dalam menganalisis aspek mise-en-scne dalam film dokumenter ketimbang film fiksi, meskipun demikian tetap ada beberapa aspek mise-en-scne yang dijaga atau dibuat filmmaker dokumenter untuk memberikan pesan tersirat atau hanya untuk sekedar menguatkan kedudukan atau cerita narasumber. Untuk memudahkan analisis, penulisakan mengkategorikan setiap mise-en-scne berdasarkan pembagian konteks naratif film yaitu ada tentang "Kehidupan dengan ADHD", "Mempelajari ADHD", dan "Menerima ADHD". Setiap konteks naratif memiliki fokus bahasan serta partisipan atau narasumber yang berbeda sehingga menghasilkan mise-en-scne yang beragam pula. 

Living With ADHD

Pada bagian ini, film berfokus pada pengalaman serta cerita dari berbagai keluarga yang dimana salah satu anggota keluarga mereka mengidap ADHD. Jadi mise-en-scne yang dihasilkan pada bagian ini adalah bagaimana keadaan rumah, keseharian dari sebuah keluarga, dimana pastinya lebih berfokus kepada kenyamanan atau kesantaian yang sangat merefleksikan keluarga. Hal-hal tersebut dimunculkan dengan penggunaan color palette yang cerah dan warm, pakaian yang digunakan oleh para narasumber atau partisipan juga merupakan pakian sehari-sehari, dan juga banyak menggunakan teknik kamera hand-held ketika menunjukkan beberapa aktivitas tertentu yang memberikan kesan personal terhadap beberapa adegan. 

Gambar: Narasumber keluarga.
Gambar: Narasumber keluarga. "The Disruptors", menit: 00:22:15 
Namun hal-hal tersebut merupakan hal yang lumrah dalam keluarga manapun, sedangkan ini bukanlah suatu keluarga yang biasa. Keluarga-keluarga tersebut memiliki sebuah keistimewaan yang belum tentu dimiliki oleh keluarga lain, lalu bagaimana cara filmmaker mengkomunikasikan hal tersebut? Tentunya melalui mise-en-scne. Seperti pada saat film menunjukkan keseharian Brianna dalam mengasuh anaknya Bear, yang mengidap ADHD, atau saat kita ditunjukkan rumah dari keluarga Rece dan keluarga Nick yang punya catatan atau papan pengingat disekitar rumah mereka. 

Learning ADHD 

Lalu bagian selanjutnya ada "mempelajari ADHD". Pada bagian ini, film berusaha untuk menjelaskan serta mengedukasi penonton mengenai ADHD, Mulai dari gejala-gejalanya, bentukan kondisinya, hingga berbagai cara untuk mengurus mereka yang mengidap ADHD. Jadi tentunya narasumber atau partisipan yang ditunjukkan adalah ahli-ahli yang emiliki kompetensi di bidang ADHD, seperti psikolog, penulis buku, dan penggiat atau pendiri komunitas ADHD. Mise-en-scne yang paling utama atau menonjol pada bagian ini tentu saja dari aktor atau narasumber itu sendiri. Dimana para narasumber berbicara dan cara mereka menyampaikan suatu pernyataan secara lebih teratur dan terstruktur, merefleksikan sisi keprofessionalan mereka. 

Gambar: Narasumber ahli.
Gambar: Narasumber ahli. "The Disruptors", menit: 00:37:17 

Terlepas dari subjek, mise-en-scne mengenai keprofessionalan dan keformalan para narasumber yang terbentuk pada bagian ini juga didukung oleh wardrobe, prop, color palatte, serta set atau latar tempat para narasumber. Dimana dari segi wardrobe, setiap narasumber berpakaian dengan formal seperti mengenakan kemeja, setelan jas, atau bahkan dress bagi yang perempuan. Lalu prop yang sering-kali dimunculkan adalah buku-buku menguatkan serta merefleksikan latar belakang pendidikan dari narasumber. Lalu warna dominan pada bagian ini adalah warna putih, hal ini dikarenakan putih memberikan kesan keformalan dan ketepatan. Lalu terakhir ada mise-en-scne yang terbentu dari set lokasi narasumber, dimana set nya menggunakan ruang kantor. Hal-hal tersebut-lah yang menjadi sebuah validasi kepada penonton terhadap kedudukan para narasumber sebagai ahli dan penyokong informasi. 

Accepting ADHD 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun