Mohon tunggu...
RadenTsaniah AddarariWK
RadenTsaniah AddarariWK Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

A Communication Department Student, University of Muhammadiyah Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

America Membatasi Pelancong dari RRC, Apakah Termasuk Tindak Diskriminasi?

6 Januari 2023   02:19 Diperbarui: 6 Januari 2023   02:46 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mulai dari 8 Januari 2023 Pemerintah Beijing, Republik Rakyat China (RRC) mulai mengendorkan kebijakan Covid-19, kenaikan angka wisatawan yang berasal dari RRC diperkirakan akan membludak (Global Times, 2022). Hal ini terjadi karena RRC memiliki waktu kuarantina wilayah yang lebih lama dibandingkan negara negara lain. Namun ditengah berita Bahagia bagi rakyat RRC tersebut, ada beberapa negara yang malah membatasi dan menerapkan beberapa regulasi bepergian terhadap warga negara bambu tersebut. Negara negara yang menerapkan kebijakan bepergian tersebut diantaranya tidak lain adalah Amerika Serikat (AS). 

Hal ini pun menimbulkan banyak kritikan dan opini dari para pakar bahwa tidakan AS ini merupakan Tindakan yang 'sia-sia' dan 'mendiskriminasi' RRC. Pasalnya dengan mereka menerapkan kebijakan perjalanan tersebut, mereka seperti tidak menghargai kebijakan pengendalian Covid RRC yang sudah dilaksanakan selama 3 tahun (Global Times, 2022).

Dalam pembelaannya Otoritas AS mengklaim langkah-langkah tersebut diperkenalkan karena "tidak adanya data urutan genomik virus dan epidemiologis yang memadai dan transparan yang disediakan dari" Beijing dan dimaksudkan untuk "memperlambat penyebaran" virus di AS setelah kebangkitan di RRC (Global Times, 2022). Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menyatakan, mulai 5 Januari, siapa pun yang terbang ke AS dari daratan RRC, Hong Kong, atau Makau harus menunjukkan bahwa mereka telah pulih dari infeksi sebelumnya atau memiliki hasil tes COVID-19 itu negatif. Aturan tersebut juga berlaku untuk pelancong yang melakukan penerbangan koneksi melalui AS ke negara lain serta mereka yang memasuki AS dari negara ketiga.

Apalah ini termasuk Diskriminasi?

RRC percaya ini merupakan diskriminasi dan seharusnya tanggapan negara-negara terhadap COVID-19 harus berbasis sains, proporsional, dan berlaku sama untuk pelancong dari semua negara tanpa memengaruhi perjalanan reguler, pertukaran orang-ke-orang, dan kerja sama, menurut Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri RRC dalam menanggapi tindakan pembatasan kedatangan dari RRC. Dia berharap semua negara akan bekerja sama dan mengikuti strategi respons berbasis sains untuk memastikan perjalanan internasional yang aman, menjaga stabilitas rantai pasokan global, dan mendukung perang melawan COVID dan pemulihan ekonomi global.

Berhubungan Dengan Kurang Baiknya Politik AS dan RRC

Berawal dari masa kepemimpinan Presiden Donald Trump dengn memulainya perang dagang dengan RRC, hubungan politik mereka menjadi kurang baik. Ditambah ketika Covid19 muncul dan Presiden Trump menuduh WHO berkolaborasi dengan RRC dalam tidak mempublikasikan berita virus secepat mungkin dan terkait AS keluar dari WHO. Para ahli mengatakan bahwa dapat dimengerti jika negara-negara berhati-hati dalam menghadapi COVID-19, tetapi secara khusus menargetkan China dan membuka kembali untuk menerapkan regulasi perjalanan COVID-19 hanya pada RRC dan sistemnya jelas merupakan trik politik kotor oleh negara-negara tersebut.

Selain mengadopsi langkah-langkah pembatasan pada kedatangan dari RRC, masi banyak propaganda yang AS lontarkan terhadap RRC. Ketika AS menunjuk jarinya ke RRC karena menghentikan laporan hariannya tentang kasus COVID-19 dan mengakhiri pengujian massal, tampaknya telah lupa bahwa AS membatalkan pelaporan harian kasus COVID-19 pada bulan Oktober, dan upayanya yang gagal untuk mengekang varian yang lebih mematikan dari peredaran telah mengakibatkan lebih dari 1 juta kematian di negara ini, lebih banyak daripada di mana pun di dunia (Global Times, 2022).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun