[caption caption="Sumber foto : www.harianrakyatbengkulu,com"][/caption]
Indonesia adalah negara demokrasi, apalagi sesudah adanya reformasi seperti saat ini. Semua dapat bebas dengan sebebas-bebasnya untuk bersuara dan menyatakan pendapat, maupun mengkritik pemerintah. Beda saat era orde baru (Orba), berani mengkritik, terancam hilang di telan bumi.
Pada era tumbangnya orla dan orba, mahasiswa mempunyai peran penting dalam mobilitas perpolitikan di Indonesia. Meskipun terbagi-bagi dalam beberapa kelompok, seperti GMNI, HMI, PMKRI dll, tapi dapat sedikit bersatu padu untuk berdemokrasi di Indonesia.
Kelompok-kelompok seperti GMNI, HMI, PMKRI, PMII, KAMMI, GMKI, FMN, LMND, IMM, sering disebut dengan organisasi mahasiswa ekstra kampus (OMEK). Organisasi-organisasi tersebut tak hanya melakukan demo, demo dan demo, akan tetapi juga berkegiatan lain, seperti diskusi, dan kegiatan sosial.
Saya sendiri pernah ingin tergabung dalam salah satu OMEK di kampus saya. Tapi hanya sekedar ingin, tidak berniat untuk masuk ke dalamnya. Yang membuat saya tertarik masuk OMEK pada saat itu adalah diskusinya. Tapi hanya sekedar diskusi, tak ingin masuk kedalam kepentingan-kepentingan organisasi.
Soe Hok Gie, adalah inspirasi saya untuk tidak masuk kedalam organisasi mahasiswa ekstra kampus. Menurutnya, organisasi seperti itu hanya bergerak dan mengambil keputusan atas nama golongan. Dan menurut saya, anggapan tersebut masih berlaku pada saat ini.
Telah bisa kita lihat pada saat ini, organisasi mahasiswa ekstra kampus lebih sering bergerak dan bersuara sendiri, dalam artian tidak menggandeng OMEK yang lain. Walaupun menggandeng, pasti menggandeng organisasi lain yang masih sepaham dengan nya. Jelas, terdapat unsur politik dalam organisasi seperti ini.
Apalagi era kepemimpinan Jokowi seperti saat ini. Berbagai mahasiswa yang mengatasnamakan organisasi tak henti-hentinya mengkritik berbagai kebijakan pemerintahan JKW-JK. Tapi, ada juga organisasi mahasiswa yang tergolong besar tak ikut turut serta dalam aksi mengkritik seperti ini. Sudah jelas bahwa terdapat kepentingan politis dibalik layar. Seperti yang terjadi dalam kampus saya beberapa saat yang lalu, disaat BEM KM turut serta dalam aksi demonstrasi besar-besaran, terdapat organisasi kampus besar yang tidak menggabungkan diri ke dalam BEM KM.
Memang, banyak tokoh-tokoh nasional di Indonesia yang lahir dari organisasi ekstra kampus, tapi apakah itu suatu jaminan bahwa mereka akan berpolitik dengan baik ? Atau bahkan bisa jadi keputusan politiknya hanya untuk kepentingan partai dan golongan.
Bicara politik di Indonesia, tak dapat dipisahkan dengan adanya partai politik. Bisa dikatakan bahwa, partai politik telah mengalir dalam darah perpolitikan di Indonesia. Tak heran jika kepentingan-kepentingan partai dan golongan mempunyai pengaruh besar dalam pengambilan keputusan politik.
Tak terkecuali dengan organisasi-organisasi mahasiswa ekstra kampus, sebagian besar organisasi seperti ini juga digandeng berbagai partai politik. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk sarana mewujudkan kepentingan partai dan golongan.