Mohon tunggu...
Raden Ainul Yakin
Raden Ainul Yakin Mohon Tunggu... Sejarawan - Sejarawan

Hal Yang Aku Tahu Dari Diriku, Adalah Aku Tidak Tahu Apa-apa. (Pembelajar)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menakar Historis Kenabian

8 November 2019   23:20 Diperbarui: 9 November 2019   07:40 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini secara singkat mengulas bagian yang termuat dalam buku Falsafah Kenabian, Karya Filsuf Muslim Ayatullah Syahid Muthahhari. Tersimpan polemik dikalangan filosof terkait eksistensi kenabian. Utamanya beberapa para filosof Barat yang tajam tentang peran kenabian. Adakah eksistensi kenabian dalam lintasan sejarah memiliki peran positif atau negatif ?.

Ada pandangan yang menyatakan bahwa diutusnya seorang nabi memiliki muatan negatif. Hal demikiian ditengarai dari anggapan para nabi menolak eksistensi realitas objektif dalam kehidupan duniawi sehingga mengarahkan atau membawa orientasi kehidupan manusia semata-mata hanya menjangkau kehidupan ukhrawi sehingga terjebak dalam kehidupan asketisme negatif.

Pandangan negatif lainnya, sebagaimana yang diyakini oleh filsuf besar seperti Frederich Nietszche yang memandang para nabi membawa sistem moral yang disebutnya sebagai moralitas budak yang mengantarkan nasib manusia dalam kehidupan yang serba jumud penuh dengan stagnasi yang selalu patuh dalam kehendak penguasa. 

Mental budak yang diaktualisasikan dengan nilai-nilai pengorbanan, kepatuhan, cinta serta kerja sama sebagaimana diajarkan para nabi menurut Nietszche justru mengafirmasi sisi kelemahan manusia sehingga hal demikian kontras dengan upaya manusia dalam mencapi visi kemajuan dalam hidupnya. 

Artinya, para nabi dengan misi keagamaan sebagaimana pandangan Nietsche yang melahirkan mental budak justru menghalangi kehendak manusia untuk progres. 

Sebab, segala nilai-nilai seperti pengorbanan merupakan sisi kelemahan yang diperuntukkan kaum lemah jutru diajarkan para nabi dalam pesan keagamaan. Sehingga kehendak untuk menguasai sebagai daya gerak manusia dalam menciptakan dominasi atau keunggulannya dalam mencapai visi progresifitas justru mendapat kebuntuan.

Berlawanan dengan pandangan Nietszche yang melihat kenabian yang tidak mengakomodir spirit kehendak untuk menguasai. Marx, agama sebagaiman dalam konsepnya sebagai produk capital untuk meredam arus resistensi kalangan borjuis dalam melihat relasi ketertndasan yang dialaminya. 

Para nabi tentu yang membawa agama justru menciptakan stagnasi dengan spirit candu atas doktrin agama sehingga potensi kesadaran kelompok tertindas menjadi beku dan terisolir dalam praktek ritual keagamaan. 

Kesadaran kalangan tertindas akan realitas kehidupannya menjadi semu. Disatu sisi mereka merasa derita akan relasi eksploitatif dengan kaum capital dalam ikatan kerja. 

Disatu sisi,mereka mengalami indoktrinasi dari nilai-nilai agama yang menurut marx sebagai upaya pelanggengan status Quo kaum capital. Dengan kata lain, kenabian yang membawa misi agama sebagaimana dalam perspektf marx justru berkontrbusi negative dalam upaya pembebasan manusia atas hegemoni capital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun