Mohon tunggu...
Rade A. Ludji
Rade A. Ludji Mohon Tunggu... Guru - Kisahku sejarahku. Sejarahku bisa jadi bagian dari sejarahmu

asal NTT, sabu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sabu-ku

21 Oktober 2018   15:58 Diperbarui: 21 Oktober 2018   15:59 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 'Marilah orang sabu yang adalah kaum pintar yang selama ini berada diluar sabu....datang dan bangun daerah ini....cobalah kurangi kritikan dan marilah bangun sabu'. Ini merupakan salah satu pesan teman saya dalam sebuah group diskusi tentang sabu. Sebuah pernyataan yang membuat pedih di hati. Tentunya sebagai orang sabu yang tidak berada di Sabu saat ini, membuat saya merasa pesan tersebut ditujukan kepada saya.

Memang benar, saat ini Sabu sedang dalam kondisi sekarat. Sabu membutuhkan orang-orang untuk membangunnya kembali. Ia ditawan oleh para koruptor. Keadilan diperjualbelikan. Hasil bumi hanya tertumpuk pada orang-orang tertentu saja. Bukan hanya itu saja kekeringanpun terjadi di sana. Bahkan menurut prediksi, beberapa tahun kedepan sabu akan menjadi gurun.

Demi mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari,  ibu-ibu dan anak-anak melewati jalan berkilo-kilo di bawah terik matahri serta membutuhkan waktu berjam-jam.

Bayangkanlah, bagaimana keluarga dan generasi di tempat ini bisa maju, jika sebagian besar waktu dan energi mereka digunakan untuk megambil air.

Bukan hanya itu, ketiadaan air yang memadai membuat masyarakat jarang mandi serta MCK sembarangan. Keadaan seperti ini, membuat sejumlah penyakit tumbuh. Seperti, malaria, penyakit kulit dan lain-lain.

Mirisnya, dalam kondisi seperti ini, masyarakat masih dihebohkan dengan kasus korupsi yang dilakukan oleh para wakil rakyat. Kaum muda dan intelektualpun hanya menjadi penonton. Bersorak-sorai saat permainanan berjalan dengan semestinya, dan mencemooh saat pemain melakukan kesalahan.

Pesan teman saya ' Kaum Pintar kembali dan bangun Sabu', tidak cukup. Bukankah mereka yang disebut 'Kaum pintar' yang melakukan korupsi? Bukankah mereka yang disebut'Kaum Pintar' yang memperjualbelikan keadilan?

Dear JL, untuk membangun sebuah daerah, pintar saja tidak cukup. Butuh integritas dan takut akan Tuhan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun