Kisah Bu Sulastri, Usaha, dan Semangat yang Tak Pernah Lelah
"Jangan takut pensiun. Tak ada yang benar-benar pensiun dari hidup. Selama kita masih bisa memberi, kita masih bekerja."-- Bu Sulastri, guru, ibu, dan inspirasi
Masa pensiun bagi banyak orang dipandang sebagai awal lembaran baru---waktu untuk beristirahat, mengejar hobi, atau menjalankan rencana yang lama tertunda.Â
Namun bagi Bu Sulastri, masa pensiun bukan sesuatu yang tiba-tiba, melainkan buah dari perjalanan panjang yang dimulai sejak jauh hari.Â
Ia tidak menunggu SK pensiun untuk mulai bersiap, karena baginya, hidup yang bermakna harus dibangun setiap hari, dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan cinta.
Jauh sebelum kata "pensiun" muncul dalam percakapan keluarga, Bu Sulastri telah menabur benih-benih harapan di pekarangan rumah dan dapur sederhana.Â
Masa Sulit, Hati Kuat
Bapak adalah seorang petani. Hidup kami sederhana, mengandalkan hasil sawah yang tak pasti. Tidak ada gaji bulanan, tidak ada jaminan tetap. Tapi dari Bapak, kami belajar syukur dan kerja keras, bahkan saat musim paceklik datang bertubi-tubi.
Sementara itu, Ibu---Bu Sulastri---adalah seorang guru SD lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Kala itu, ijazah SPG cukup untuk mengajar.Â
Namun, seiring waktu, aturan berubah. Pemerintah mewajibkan guru untuk melanjutkan ke jenjang D2. Di tengah gaji pas-pasan dan tanpa tunjangan sertifikasi, Ibu tak mundur. Ia tetap mengajar, tetap belajar, dan tetap berjuang demi anak-anak dan murid-muridnya.