Mohon tunggu...
H. Rackhmad Kristianto Adi
H. Rackhmad Kristianto Adi Mohon Tunggu... Kurikulum

Saya Guru Fisika di SMA Sedes Sapientiae Jambu, sekolah swasta Katolik berasrama yang berfokus pada pembentukan karakter dan pendidikan holistik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Seorang Guru SMA tentang Kurikulum, Penjurusan, dan Masa Depan Pendidikan

21 April 2025   12:00 Diperbarui: 21 April 2025   14:55 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Siswa yang sedang belajar. Dokumen Pribadi

"Saya mendidik generasi masa depan, tapi arah masa depan itu sendiri terus berubah."
Kalimat ini menggambarkan apa yang saya rasakan sebagai guru SMA yang sudah mengabdi sejak September 1999. Saya memulai perjalanan mengajar di tengah era Kurikulum 1994, saat Ebtanas masih menjadi raja. Kini, lebih dari dua dekade kemudian, saya masih berdiri di ruang kelas yang sama, tetapi menyaksikan sistem yang terus berubah---kadang maju, kadang terasa berputar kembali.

Dari Ebtanas ke TKA: Nama Boleh Berganti, Arah Tetap Mencari

Pada tahun 1999, saya dan rekan-rekan guru menghadapi Ujian Nasional dengan nama Ebtanas. Sejak saat itu, nama ujian berganti menjadi UAN, UN, ANBK, hingga kini muncul wacana tentang TKA (Tes Kemampuan Akademik). Meskipun namanya terus berubah, kegelisahan guru dan siswa tetap sama: sistem penilaian dan seleksi yang belum benar-benar menyentuh esensi pendidikan itu sendiri.

Pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, tentang TKA yang tidak wajib diikuti oleh semua siswa dan bukan penentu kelulusan menjadi langkah baru. TKA akan menjadi salah satu komponen dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), mencakup Bahasa Indonesia, Matematika, dan satu mata pelajaran pilihan sesuai dengan jurusan. Namun, bagi kami yang sudah lama mendampingi siswa SMA, TKA terasa seperti sebuah ulangan dari sistem lama yang hanya berganti nama.

Penjurusan: Kebutuhan Nyata atau Kembali ke Zona Nyaman?

Kurikulum Merdeka sempat menghapus klasifikasi jurusan dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih mata pelajaran lintas disiplin. Namun, kebebasan ini justru menimbulkan kebingungan di lapangan. Siswa merasa bingung, orang tua cemas, dan guru kerepotan dalam menyusun jadwal. Kini, pada tahun ajaran 2025/2026, kebijakan penjurusan akan kembali, menawarkan IPA, IPS, dan Bahasa sebagai peminatan utama di kelas XI.

Sebagai guru dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, saya melihat bahwa kebutuhan akan penjurusan ini memang ada. Namun, waktu yang diberikan untuk mempersiapkannya sangat singkat. Hanya ada waktu Mei, Juni, dan awal Juli sebelum tahun ajaran baru dimulai. Kami harus melakukan:

  1. Sosialisasi singkat kepada siswa dan orang tua.

  2. Pelaksanaan TKA internal untuk pemetaan.

  3. Pengisian formulir minat siswa.

  4. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
    Lihat Pendidikan Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun