Mohon tunggu...
Rachmawaty ST MBA MIFP
Rachmawaty ST MBA MIFP Mohon Tunggu... Guru - Dosen

Dosen Universitas Pamulang dan Institute TAZKIA, saat ini S3 di Doktor Ilmu Manajemen Universitas Pasundan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Emak Main Saham, Sebuah Satire Kehidupan

14 April 2021   11:39 Diperbarui: 14 April 2021   11:56 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masa pandemi bukan berarti masa panceklik buat semua orang, justru dapat menjadi momen memperoleh keberuntungan dimana semua saham-saham diobral murah pada pertengahan maret dan bergerak naik dengan seiring perkembangan penemuan vaksin covid-19. Teori pasar tentu berlaku yaitu beli murah dan jual di harga tinggi.  Berdasarkan informasi dari Kompas "selama pandemi peningkatannya drastis hampir dua kali lipat, mereka berasal dari kaum milenial yang berusia 20-30 tahun," ujar Paramita dalam Focus Group Discussion Tren Investasi di Masa Pandemi yang disiarkan secara virtual, (Kompas,22/12/2020).

Riuhnya info dari para selegram/ influencer  menceritakan keuntungan mereka ketika bermain saham tidak hanya menarik bagi para kaum milineal namun juga para ibu rumah tangga (walupun belum ada data yang di release berapa persen penambahannya).

Cerita berikut adalah sebuah fiksi, seorang ibu rumah tangga (emak) yang mencoba peruntungan untuk bermain saham, sebuah cerita yang mungkin terjadi di beberapa keluarga.

Seorang emak yang memiliki facebook, Instagram tentunya tak luput dari seliweran membaca berita para influencer yang memposting profit main saham. Dengan naluri hati-hatinya tentunya emak tidak bermain saham asal, maka berbekal ilmu yang diperoleh dari membaca berita, nonton youtube, dan juga searching baik buruknya main saham serta tak lupa mengikuti webinar saham, akhirnya emak memutuskan untuk bermain saham.

Dana yang digunakan emak untuk bermain saham tentunya dana tabungan dan Sebagian dana dapur, emak sangat paham bahwa jika jual beli saham ada beda waktu transfer uang yaitu H+2hari kerja, ada saham Syariah dan non Syariah, ada technical analysis yang tinggal klick-klick periode grafik saham dan ada fundamendal analysis gaya Lo Kheng Hong yang mesti baca laporan keuangan perusahaan. Tapi yang emak tahu pasti bahwa saham sangat sensitive terhadap berita, telat membaca berita maka berarti telat membaca momen untuk jual atau beli. Ketidaktepatan emak membaca momen inilah yang menjadikan cerita satire kehidupan.

Meja makan sebagai sarana penting komunikasi merupakan tempat emak berbagi informasi, menentukan strategi dan juga tak lupa menggunakan otoritas untuk menentukan kebijakan pengelolaan uang termasuk menu makanan. Anak-anak juga terbawa suanan untuk membaca pergerakan saham, issue covid meningkat di eropa dikabarkan oleh anak ke emak dengan cepat, termasuk isue yang lagi trend di influencer. 

Emak memiliki saham-saham di industri kesehatan, makanan dan infrastrukture, serta saham perusahaan emas dan nikel. Semuanya dibeli emak dengan harga murah. Saat membeli saham tersebut, emak tentunya melakukan pengetatan anggaran belanja. Menu makanan yang biasanya selalu tersedia protein hewani tiba-tiba jadi lebih sering protein nabati, perkedel yang dulu isinya daging menjadi perkedel model baru yaitu perkedel tahu, semua anggota keluarga diberikan edukasi terkait kemana perginya anggaran belanja tersebut, ketika saham kesehatan naik, emak tidak menjual karena harapannya saham akan lebih naik lagi, tentunya para anggota keluarga juga diminta bersabar dan mengamati pergerakan saham. Namun sayang, momen kenaikan saham tersebut juga diikuti dengan momen penurunan harga saham berhari-hari diikuti dengan auto reject bawah sehingga emak tidak bisa menjual sahamnya. Hal tersebut juga terjadi berulang-ulang di saham-saham emak di infrasturkture yang naik berkali lipat ketika ada issue SWF dan saham nikel ketika ada issue TESLA.  Akhir kata, anak emak bertanya kira-kira doa apa yang pas, ketika saham murah, emak belanja2 saham dan ketika harga saham naik emak tidak menjual saham dan meminta bersabar karena mengharapkan keuntungan lebih. Emakpun tersadar, harus berani ambil keputusan tidak hanya saat beli, namun juga saat menjual saham. Emak sekarang tidak lagi menghabiskan waktu menonton drakor, namun bergerak lincah membaca berita, untuk menentukan momen menjual saham yang sekarang kompak menurun semua, sementara itu kebutuhan dapur karena ramadhan dan idul fitri sudah dekat. Emak pun berdoa semoga IHSG membaik di bulan ramadhan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun